Judul di atas ini muncul sebagai respons saya untuk "analisis telek" Lurah Bakul Jamu yang sedang nyaru menjadi Marek Andrzej Rejniak di bawah ini:
Klik gambar di atas untuk menyimak konten original post dan komentar responden
yang menyebabkan munculnya posting "sok'sokan bahasa inggris" berikut ini.
yang menyebabkan munculnya posting "sok'sokan bahasa inggris" berikut ini.
I see you didn't do your home work at all, kid!
As the matter of fact, you have 2 ridiculous things to proof to me that they're not as ridiculous, namely:
- You understand English as good as your very self-proclaim, and certainly perfectly understood whatever you've copy paste from English texts into your analisis telek,
- You're able to find for me your claim of "missing seventh day" in the universe creation process mentioned by the Quran which lasted only in 6 periods.
I don't want to hear any more stupid excuses from you and therefore I give you another chance.
So, do yourself a favor kiddo!
Make sure you can translate the English translation of the hadits you're talking about into bahasa Indonesia accordingly.
Ref: Asbab Al-Nuzul by Al-Wahidi
"And verily We created the heavens and the earth, and all that is between them, in six Days, and naught of weariness touched Us." [50:38].
Al-Hasan and Qatadah said: " .... bla .... bla ..... ba ......."
And of course, convince me that "YAWM" in the QS 50:38-39 are days within a week as you claimed, by showing me where the 7th day is standing in those verses.
For your info, there is no answer for such a silly question like, "apa bahasa TS gua ketinggian?" in this group.
Everybody here speaks bahasa Indonesia and obviously expects to read whatever you write in bahasa Indonesia as well.
Do I make myself clear?
So, you shall see for yourself how high actually is your self-positioning and how painful it is when you fall off from there then.
OK, that's all kid!
Remember, I'm waiting!
[From the original post in Dagelan Bakul Jamu Group]
..
ReplyDeleteTAFSIR QS. AL-A'RAAF: 54 OLEH KEMENAGA RI
ReplyDeletePada permulaan ayat ini Allah menegaskan bahwa Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari (masa). Dialah Pemilik, Penguasa dan Pengaturnya, Dialah Tuhan yang berhak disembah dan kepada-Nyalah manusia harus meminta pertolongan.
Walaupun yang disebutkan dalam ayat ini hanya langit dan bumi saja, tetapi yang dimaksud ialah semua yang ada di alam ini karena yang dimaksud dengan langit ialah semua alam yang di atas, dan yang dimaksud dengan bumi ialah semua alam yang di bawah, dan termasuk pula alam yang ada di antara langit dan bumi sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
"Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy." (QS. Al-Furqaan [25]: 59)
Adapun yang dimaksud dengan enam hari ialah enam masa yang telah ditentukan Allah, bukan enam hari yang kita kenal ini yaitu hari sesudah terciptanya langit dan bumi sedang hari dalam ayat ini adalah sebelum itu.
SedaNgkan mengenai lamanya sehari itu hanya Allah yang mengetahui, sebab dalam Alquran sendiri ada yang diterangkan seribu tahun dalam firman-Nya yang disebutkan:
"Sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitungan kamu." (QS. Al-Hajj [22]: 47)
Dan ada pula yang diterangkan lima puluh ribu tahun seperti dalam firman-Nya:
"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun." (QS. Al-Ma’arij [70]: 4)
Ada beberapa hadis yang menunjukkan bahwa hari yang enam itu ialah hari-hari kita sekarang di antaranya yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah.
Abu Hurairah berkata:
"Rasulullah memegang tanganku lalu bersabda, “Allah menciptakan tanah pada hari Sabtu, menciptakan bukit-bukit pada hari Ahad, menciptakan pohon pada hari Senin, menciptakan hal-hal yang tak baik pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, menciptakan gunung-gunung pada hari Kamis dan menciptakan Adam sesudah Asar pada hari Jumat pada saat terakhir itu antara waktu Asar dan permulaan malam.” [HR. Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah]
Hadis ini ditolak oleh para ahli hadis karena bertentangan dengan nas Alquran. Dari segi sanadnya pun hadis ini adalah lemah karena diriwayatkan oleh Hajjad bin Muhammad Al-Ajwar dari Juraij yang sudah miring otaknya di akhir hayatnya.
Menurut Al-Manar hadis ini termasuk hadis-hadis Israiliat yang dibikin oleh kaum Yahudi dan Nasrani dan dikatakan dari Rasulullah ï·º Pada ayat-ayat yang lain diterangkan lebih terperinci lagi tentang masa-masa penciptaan langit dan bumi seperti terdapat dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Katakanlah, “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?” (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam." (QS. Fushshilat [41]: 9)
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahi dan menentukan pada kadar makanan-makanan penghuninya dalam empat masa yang sama (cukup) sesuai bagi segala yang memerlukannya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, berkata Allah kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “Kami datang dengan suka hati.” Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan dia mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya.Dan Kami hiasi langit yang terdekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui."
Dari ayat-ayat tersebut dapatlah kita ambil kesimpulan sebagai berikut:
Delete1. Penciptaan bumi yang berasal dari gumpalan-gumpalan yang kelihatan seperti asap adalah dua masa dan penciptaan tanah, bukit-bukit gunung-gunung dan bermacam-macam tumbuh-tumbuhan dan bintang dalam dua masa pula. Dengan demikian sempurnalah penciptaan bumi dan segala isinya dalam empat masa.
2. Penciptaan langit yang berasal dari gumpalan-gumpalan kabut itu dengan segala isinya dalam dua masa pula. Adapun bagaimana prosesnya kejadian langit dan bumi Alquran tidak menjelaskannya secara terperinci dan kewajiban para ahli untuk menyelidikinya dan mengetahui waktu atau masa yang diperlukan untuk masing-masing tahap dari tahap-tahap kejadiannya.
Kemudian setelah selesai penciptaan langit dan bumi, Allah bersemayam di atas Arasy mengurus dan mengatur semua urusan yang berhubungan dengan langit dan bumi itu sesuai dengan ilmu dan kebijaksanaan-Nya.
Tentang bagaimana Allah bersemayam di atas Arasy-Nya dan bagaimana Dia mengatur semesta alam ini tidaklah dapat disamakan atau digambarkan seperti bersemayamnya seorang raja di atas singgasananya karena Allah tidak boleh dimisalkan atau dicontohkan dengan makhluk-Nya.
Namun hal ini harus dipercayai dan diimani dan Dia sendirilah Yang Mengetahui bagaimana hakikatnya.
Para sahabat Nabi tak ada yang merasa ragu dalam hatinya mengenai bersemayam Allah di atas Arsy.
Mereka meyakini hal itu dan beriman kepadanya tanpa mengetahui bagaimana gambarnya.
Demikianlah dari Rabi’ah guru Imam Malik bahwa dia berkata ketika ditanyakan kepadanya masalah bersemayamnya Allah di atas Arasy sebagai berikut: “Bersemayamnya Allah adalah suatu hal yang tidak asing lagi tetapi bagaimana caranya tidak dapat dipikirkan."
Kerasulan itu adalah dari Allah dan kewajiban rasul ialah menyampaikan, maka kewajiban manusia ialah membenarkannya.
Demikianlah pendapat dan pendirian ulama-ulama dari dahulu sampai sekarang, maka tidak wajarlah manusia memberanikan diri untuk menggambarkan atau mencontohkan bagaimana bersemayam-Nya Allah di atas Arasy-Nya.
Na’im bin Ahmad guru Imam Bukhari berkata tentang hal itu, “Orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya adalah kafir, orang yang mengingkari sifat Allah sebagaimana diterangkan-Nya (dalam kitab-Nya) adalah kafir, dan tiadalah dalam sifat Allah yang diterangkan-Nya atau diterangkan oleh Rasul-Nya sesuatu penyerupaan."
Maka barang siapa yang menetapkan hal-hal yang diterima dari hadis yang sahih sesuai dengan keagungan Allah dan meniadakan sifat-sifat kekurangannya bagi-Nya, maka sesungguhnya dia telah menempuh jalan yang benar.
Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Dialah yang menutupi siang dan malam sehingga hilanglah cahaya matahari di permukaan bumi dan hal ini berlaku sangat cepat.
Maksudnya malam itu selalu mengejar cahaya matahari telah tertutup terjadilah malam dan di tempat yang belum terkejar oleh malam, matahari tetap meneranginya dan di sana tetaplah siang.
Demikianlah seterusnya pergantiannya siang dengan malam atau pergantian malam dengan sifat.
Dalam ayat lain Allah berfirman:
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Az-Zumar [39]: 5)
Hal ini terjadi karena bumi berbentuk bulat selalu berputar pada sumbunya di bawah matahari maka dengan demikian pada muka bumi yang kena cahaya matahari terjadilah siang dan pada muka bumi yang tidak terkena cahayanya terjadilah malam.
Kemudian Allah menerangkan pula bahwa matahari, bulan dan bintang semuanya tunduk di bawah perintah-Nya dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan-Nya bagi masing-masingnya.
Semuanya bergerak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan-Nya dan di antaranya tidak ada yang menyimpang dari aturan-aturan yang telah ditetapkan itu.
Dengan demikian terjadilah suatu keharmonisan, suatu keserasian dalam perjalanan masing-masing sehingga tidak akan terjadi perbenturan atau tabrakan antara satu dengan yang lainnya, meskipun di langit itu terdapat milyunan bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya.
DeleteSemuanya itu adalah karena Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, Maha Suci Allah Tuhan semesta alam.
Dan Dia sajalah yang patut disembah, kepada-Nyalah setiap hamba harus memanjatkan doa memohon karunia dan rahmat-Nya dan kepada-Nyalah setiap hamba harus bersyukur dan berterima kasih atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya.
Sungguh amat jauhlah tersesatnya orang yang masih mempersekutukan-Nya dengan makhluk-Nya dan memohonkan doa kepada sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat atau mudarat.
Penjelasan Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:
ReplyDeleteAllah subhanahu wa ta’ala berfirman bahwa Dialah yang menciptakan seluruh alam semesta ini, termasuk langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari. Hal seperti ini disebutkan di dalam Al-Qur’an melalui bukan hanya satu ayat.
Yang dimaksud dengan enam hari ialah Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat. Pada hari Jumat semua makhluk kelak dihimpunkan, dan pada hari Jumat pula Allah menciptakan Adam ‘alaihis salam
Para ulama berselisih pendapat mengenai pengertian makna hari-hari tersebut. Dengan kata lain, apakah yang dimaksud dengan hari-hari tersebut sama dengan hari-hari kita sekarang, seperti yang kita pahami dengan mudah. Ataukah yang dimaksud dengan setiap hari adalah yang lamanya sama dengan seribu tahun, seperti apa yang telah dinaskan oleh Mujahid dan Imam Ahmad ibnu Hambal, yang hal ini diriwayatkan melalui Ad-Dahhak dari Ibnu Abbas.
Adapun mengenai hari Sabtu, tidak terjadi padanya suatu penciptaan pun, mengingat hari Sabtu adalah hari yang ketujuh. Karena itulah hari ini dinamakan hari Sabtu, yang artinya putus.
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya menyebutkan:
Telah menceritakan kepada kami Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, telah menceritakan kepadaku Ismail ibnu Umayyah, dari Ayyub ibnu Khalid, dari Abdullah ibnu Rafi* maula Ummu Salamah, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah ï·º memegang tangannya, lalu bersabda: "Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu, menciptakan gunung-gunung yang ada di bumi pada hari Ahad, menciptakan pepohonan yang ada di bumi pada hari Senin, menciptakan hal-hal yang tidak disukai pada hari Selasa, menciptakan nur pada hari Rabu, menebarkan hewan-hewan di bumi pada hari Kamis, dan menciptakan Adam sesudah asar pada hari Jumat sebagai akhir makhluk yang diciptakan di saat yang terakhir dari saat-saat hari Jumat, tepatnya di antara waktu asar dan malam hari."
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim ibnu Hajjaj di dalam kitab sahihnya dan juga oleh Imam Nasai melalui berbagai jalur dari Hajjaj (yaitu Ibnu Muhammad Al-A’war), dari Ibnu Juraij dengan sanad yang sama.
Di dalamnya disebutkan semua hari yang tujuh secara penuh. Padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah menyebutkan dalam Firman-Nya enam hari. Karena itulah kenapa Imam Bukhari dan lain-lainnya, yang bukan hanya seorang dari kalangan para huffaz saja, mempermasalahkan hadis ini.
Mereka menjadikannya sebagai riwayat dari Abu Hurairah, dari Ka’b Al-Ahbar, yakni bukan hadis marfu’.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
ReplyDelete"Lalu Dia beristiwa di atas Arasy."
Sehubungan dengan makna ayat ini para ulama mempunyai berbagai pendapat yang cukup banyak, rinciannya bukan pada kitab ini.
Tetapi sehubungan dengan ini kami hanya menliiti cara yang dipakai oleh mazhab ulama Salaf yang saleh, seperti Malik, Auza’i, As-Sauri, Al-Lais ibnu Sa’d, Asy-Syafii, Ahmad, dan Ishaq ibnu Rahawaih serta lain-lainnya dari kalangan para imam kaum muslim, baik yang terdahulu maupun yang kemudian. Yaitu menginterpretasikannya seperti apa adanya, tetapi tanpa memberikan gambaran, penyerupaan, juga tanpa mengaburkan pengertiannya.
Pada garis besarnya apa yang mudah ditangkap dari teks ayat oleh orang yang suka menyerupakan merupakan hal yang tidak ada bagi Allah, mengingat Allah subhanahu wa ta’ala itu tidak ada sesuatu pun dari makhluk yang menyerupai-Nya.
Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman:
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat," (QS. Asy-Syura, 11)
Bahkan pengertiannya adalah seperti apa yang dikatakan oleh para imam, antara lain Na’im ibnu Hammad Al-Khuza’i (guru Imam Bukhari).
Ia mengatakan bahwa barang siapa yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, kafirlah dia.
Barang siapa yang ingkar kepada apa yang disifatkan oleh Allah terhadap Zat-Nya sendiri, sesungguhnya dia telah kafir. Semua apa yang digambarkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala mengenai diriNya, juga apa yang digambarkan oleh Rasul-Nya bukanlah termasuk ke dalam pengertian penyerupaan.
Jelasnya, barang siapa yang meyakini Allah sesuai dengan apa yang disebutkan oleh ayat-ayat yang jelas dan hadis-hadis yang sahih, kemudian diartikan sesuai dengan keagungan Allah dan meniadakan dari Zat Allah sifat-sifat yang kurang, berarti ia telah menempuh jalan hidayah.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
ReplyDelete"Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat.
Yakni menghilangkan kegelapan malam hari dengan cahaya siang hari, dan menghilangkan cahaya siang hari dengan gelapnya malam hari.
Masing-masing dari keduanya mengikuti yang lainnya dengan cepat dan tidak terlambat. Bahkan apabila yang ini datang, maka yang itu pergi, begitu pula sebaliknya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam, Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya." (QS. Yasin [36]: 37-40)
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
" ... dan malam pun tidak dapat mendahului siang." (Q.S. Yasin [36]: 40)
Artinya, tidak akan terlambat darinya serta tidak akan ketelatan darinya, bahkan yang satunya datang sesudah yang lainnya secara langsung tanpa ada jarak waktu pemisah di antara keduanya. Karena itulah maka dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
"… yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang, (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya."
Di antara ulama ada yang membaca nasab, ada pula yang membaca rafa’ tetapi masing-masing dari kedua bacaan mempunyai makna yang berdekatan. Dengan kata lain, semuanya tunduk di bawah pengaturanNya dan tunduk di bawah kehendak-Nya.
Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan:
"Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Yakni hanya Dialah yang berhak menguasai dan mengatur semuanya. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam."
Sama dengan yang disebutkan di dalam firman-Nya:
"Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang ..." (QS. Al-Furqaan [25]: 61), hingga akhir ayat.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Hisyam Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Abdul Gaffar ibnu Abdul Aziz Al-Ansari, dari Abdul Aziz Asy-Syami, dari ayahnya yang berpredikat sahabat, bahwa Rasulullah ï·º pernah bersabda: Barang siapa yang tidak memuji Allah atas amal yang dikerjakannya, yaitu amal yang saleh, dan bahkan dia memuji dirinya sendiri, maka sesungguhnya ia telah ingkar dan amalnya dihapuskan. Dan barangsiapa yang menduga bahwa Allah telah menjadikan bagi hamba-hamba-Nya sesuatu dari urusan itu, berarti ia telah ingkar terhadap apa yang diturunkan oleh Allah kepada nabi-nabi-Nya."
Dikatakan demikian karena ada firman Allah subhanahu wa ta’ala yang mengatakan:
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.
Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam.
Di dalam sebuah doa yang ma’tsur (bersumber) dari Abu Darda dan telah diriwayatkan secara marfu’ disebutkan:
"Ya Allah, bagi-Mu semua kekuasaan, dan bagi-Mu semua pujian, dan hanya kepada Engkaulah semua urusan dikembalikan. Saya memohon kepada-Mu semua kebaikan, dan saya berlindung kepada-Mu dari semua kejahatan."
Sumber: Risalah Muslim - QS. Al A'raaf:54
ReplyDeleteSedangkan tafsir lengkap Ibnu Katsir yang dirujuk oleh Marek di atas dapat dilihat di sini