Menu

Gus Mendem Gus Mendem Author
Title: Kebijakan Ilahi Di Balik Penyakit
Author: Gus Mendem
Rating 5 of 5 Des:
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِÙŠْÙ…ِ Assâlamu’alaikum warahmatullâhi wabarâkâtuh  Orang yang tinggal di dalam masyarakat y...

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِÙŠْÙ…ِ

Assâlamu’alaikum warahmatullâhi wabarâkâtuh 
Orang yang tinggal di dalam masyarakat yang bodoh terus-menerus membuat rencana masa depan dan berharap agar rencana-rencana itu berjalan sesuai keinginannya. Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya, penyakit yang tidak diharapkan datang atau kecelakaan fatal melemparkan hidupnya ke dalam kehancuran karena kejadian-kejadian tersebut tidak termasuk dalam rencana masa depannya.

Saat menikmati kesehatan, banyak orang tidak pernah berpikir bahwa kejadian tersebut–walau sering terjadi pada ribuan orang lain setiap harinya-dapat terjadi pada mereka juga.

Itulah sebabnya, saat berhadapan dengan kejadian-kejadian yang tidak diharapkan, orang yang bodoh dengan segera menjadi kurang bersyukur terhadap Pencipta mereka. Mereka menolak kenyataan takdir seraya mengatakan, “Mengapa ini terjadi pada diriku?”

Orang yang jauh dari akhlaq Al-Qur`an cenderung enggan menyerahkan kepercayaan kepada Allah saat mereka sakit atau tertimpa kecelakaan, atau mencari kebaikan dalam peristiwa yang menimpa mereka.Beberapa orang yang tidak mengerti realitas takdir menganggap bahwa penyebab pernyakit hanyalah virus atau mikroba.

Demikian pula saat kecelakaan lalu lintas, mereka menganggap supirnyalah yang menyebabkan kecelakaan tersebut. Bagaimanapun, yang benar adalah sebaliknya. Setiap penyebab penyakit, seperti mikroba, bakteri, ataupun yang membahayakan manusia, semua itu sebenarnya adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah untuk tujuan-tujuan tertentu. Tak ada satu pun dari mereka yang dibuat secara serampangan. Mereka semua bertindak di bawah kendali Allah. Manusia mudah diserang mikroba karena Allah menginginkannya demikian.

Jika seorang manusia menderita sakit keras karena virus, hal itu terjadi dengan sepengetahuan Allah. Jika sebuah mobil menabrak seseorang dan membuat orang tersebut cacat, kejadian ini juga merupakan peristiwa yang terjadi atas izin Allah. Tak peduli dengan cara apa pun dia menghindar, dia tidak akan pernah mengubah kejadian tersebut, bahkan bagian terkecilnya sekalipun. Ia tidak dapat memindahkan bagian kecil takdir mereka karena takdir diciptakan dalam kesatuan. Bagi seseorang yang menyerahkan dirinya kepada Allah Yang Mahakuasa dan mereka yang percaya kepada kebijaksanaan dan kasih-Nya yang tak terbatas, kecelakaan, penyakit, atau kesengsaraan, semuanya adalah cobaan sementara yang menuntun kepada kebahagiaan tertinggi.

Dalam situasi yang demikian, yang penting adalah kualitas moral yang baik yang melekat dalam diri seseorang. Penyakit dan kecelakaan adalah peristiwa yang bisa dijadikan kesempatan bagi orang-orang beriman untuk menunjukkan kesabaran dan akhlaq yang baik. Mereka mendekatkan diri kepada Allah. Di dalam Al-Qur`an, Allah berfirman tentang penyakit yang dihubungkan dengan pentingnya kesabaran melalui saat-saat demikian.

“Sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (al-Baqarah: 177) 

Seperti yang telah disebutkan di awal, kenyataan bahwa di dalam ayat ini, penyakit juga termasuk dalam kesengsaraan karena pertimbangan-pertimbangan tertentu. Seseorang yang dihadapkan pada dilema fisik atau tertimpa kecelakaan, ia harus ingat bahwa semua itu adalah cobaan untuknya walaupun ia tidak dapat segera menemukan alasan mengapa dirinya tertimpa musibah itu. Ia harus ingat bahwa hanya Allahlah yang memberikan penyakit dan obatnya. Ini sangat penting untuk memelihara sikap moral yang tepat. Mungkin ia harus melalui kesulitan sementara sebagai seorang hamba yang memiliki kepasrahan penuh kepada Tuhannya. Di akhirat nanti, ia akan dibalas dengan kebahagiaan yang abadi.

Kita semua perlu mengingat bahwa bagaimanapun juga, penting bagi kita untuk mengingat hal ini, juga untuk memelihara moralitas tertinggi saat berhadapan dengan kejadian serupa. Hingga detik ini, kita perlu mengetahui bahwa semua penyakit diciptakan dengan maksud-maksud tertentu. Jika Allah menghendaki, seseorang bisa saja tidak akan pernah sakit atau menderita. Akan tetapi, jika seseorang diberi ujian, ia harus sadar bahwa semua itu memiliki maksud. Semua itu membantunya untuk memahami kesementaraan dunia ini dan kekuasaan Allah yang luar biasa. Ketahuilah bahwa penderitaan berupa sakit yang diterima dengan ikhlas dan sabar merupakan rahmat dari Allah karena dengan sebab penyakit itu Allah Azza wa Jalla menaikkan derajatnya serta menghapuskan dosa-dosanya.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada seorang muslim yang ditimpa cobaan berupa sakit dan sebagainya, melainkan dihapuskan Allah Ta’ala dosa-dosanya, seperti pohon kayu menggugurkan daunnya.” Dalam hadist lain, beliau SAW bersabda, “Tidak seorang jua pun orang muslim yang tertusuk duri atau lebih dari itu, melainkan dinaikkan Allah Ta’ala derajatnya satu tingkat, dan di hapus daripadanya satu kesalahan (dosa).” (Shahih Muslim: 2202-2203)

Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah r.a., keduanya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada suatu cobaan yang menimpa orang mukmin, seperti: sakit biasa, kesusahan, sakit berat, kesedihan dan kecemasan, melainkan Allah Ta’ala menghapus dosa-dosanya karenanya.” Dalam hadist lain, beliau SAW bersabda: “Janganlah kamu menyalahkan penyakit, karena penyakit itu dapat menghilangkan kesalahan-kesalahan (dosa-dosa) anak Adam, seperti halnya dapur tukang besi membersihkan karat-karat pada besi.” (Shahih Muslim: 2205 & 2207) 

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Azza wa Jalla. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.beserta keluarga dan shahabatnya.


Ø¥ِÙ†َّ اللَّÙ‡َ ÙˆَÙ…َÙ„َائِÙƒَتَÙ‡ُ ÙŠُصَÙ„ُّونَ عَÙ„َÙ‰ النَّبِÙŠِّ ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا صَÙ„ُّوا عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„ِّÙ…ُوا تَسْÙ„ِيماً 
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
(QS Al-Ahzab [33]:56)



[Dipetik dan disarikan dari artikel karya: Harun Yahya]

Dari Author

Post a Comment

 
Top