Firman Allah SWT:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِـي الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِن قَالَ بَلَى وَلَـكِن لِّيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءاً ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْياً وَاعْلَمْ أَنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: 'Ya Allah, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati?' Allah berfirman: 'Apakah kamu tidak percaya?' Ibrahim menjawab, 'Bahkan (aku telah percaya), akan tetapi agar tenang hatiku...'." (QS Al-Baqoroh [2]: 260).
Dalam Islam, yang termasuk dalam perkara aqidah adalah mempercayai hari kebangkitan atau mungkin lebih dikenal dengan judgment day alias hari pembalasan.
Allah akan membangkitkan tulang-tulang manusia yang berserakan di dalam perut bumi kembali menjadi tubuh yang utuh berselimut daging dan terbungkus kulit untuk mempertanggung-jawabkan amal perbuatannya selama hidup di dunia yang fana ini.
Allah akan membangkitkan tulang-tulang manusia yang berserakan di dalam perut bumi kembali menjadi tubuh yang utuh berselimut daging dan terbungkus kulit untuk mempertanggung-jawabkan amal perbuatannya selama hidup di dunia yang fana ini.
I'tiqad atau kepercayaan ini berlandaskan pada beberapa ayat dalam Al-Quran yang menjelaskan kuasa Allah dalam menghidupkan dan mematikan makhluq-makhluq-Nya.
Di antaranya kisah penyembelihan sapi betina dalam surah Al-Baqarah yang nantinya sebagai media untuk membangkitkan seorang Yahudi yang dibunuh tanpa diketahui pelakunya (QS Al-Baqarah [2]: 67-74),
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُواْ بَقَرَةً قَالُواْ أَتَتَّخِذُنَا هُزُواً قَالَ أَعُوذُ بِاللّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ
قَالُواْ ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لّنَا مَا هِيَ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لاَّ فَارِضٌ وَلاَ بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ فَافْعَلُواْ مَا تُؤْمَرونَ
قَالُواْ ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا لَوْنُهَا قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاء فَاقِـعٌ لَّوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِينَ
قَالُواْ ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا هِيَ إِنَّ البَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّا إِن شَاء اللَّهُ لَمُهْتَدُونَ
قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لاَّ ذَلُولٌ تُثِيرُ الأَرْضَ وَلاَ تَسْقِي الْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لاَّ شِيَةَ فِيهَا قَالُواْ الآنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُواْ يَفْعَلُونَ
وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْساً فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا وَاللّهُ مُخْرِجٌ مَّا كُنتُمْ تَكْتُمُونَفَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا كَذَلِكَ يُحْيِي اللّهُ الْمَوْتَى وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاء وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّهِ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Juga kisah seorang musafir yang masuk pada satu desa yang sudah musnah, lalu Allah mengembalikan desa itu seperti sedia kala....Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil". Mereka menjawab: " Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina apakah itu."
Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu". Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya".
Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya." Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)."
Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu [1] [Karena sapi yang menurut syarat yang disebutkan itu sukar diperoleh, hampir mereka tidak dapat menemukannya].
Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti [2][Menurut jumhur mufassirin ayat ini ada hubungannya dengan peristiwa yang dilakukan oleh seorang dari Bani Israil. Masing-masing mereka tuduh-menuduh tentang siapa yang melakukan pembunuhan itu. Setelah mereka membawa persoalan itu kepada Musa a.s., Allah menyuruh mereka menyembelih seekor sapi betina agar orang yang terbunuh itu dapat hidup kembali dan menerangkan siapa yang membunuhnya setelah dipukul dengan sebahagian tubuh sapi itu].
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
[aw kaalladzii marra 'alaa qaryatin wahiya khaawiyatun 'alaa 'uruusyihaa qaala annaa yuhyii haadzihi allaahu ba'da mawtihaa fa-amaatahu allaahu mi-ata 'aamin tsumma ba'atsahu qaala kam labitsta qaala labitstu yawman aw ba'dha yawmin qaala bal labitsta mi-ata 'aamin faunzhur ilaa tha'aamika wasyaraabika lam yatasannah waunzhur ilaa himaarika walinaj'alaka aayatan lilnnaasi waunzhur ilaa al'izhaami kayfa nunsyizuhaa tsumma naksuuhaa lahman falammaa tabayyana lahu qaala a'lamu anna allaaha 'alaa kulli syay-in qadiirun]
"Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah me nghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."(QS Al-Baqoroh [2]: 259)
Begitu pula kisah Nabi Ibrahim as tersebut di atas.
Kalau kemudian kalangan materialis dan atheis mengingkari hari akhir, tidak lain dan tidak bukan karena hari itu belum terjadi. Namun, ketika Alquran menyebutkan peristiwa-peristiwa pembangkitan yang terjadi sebelum hari akhir, maka hati dan pikiran yang jernih akan mengakui kekuasaan Allah dalam membangkitkan yang mati dan juga mengakui keberadaan hari akhir yang diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam.
Tak bisa dipungkiri kalau kemudian umat Islam yang meskipun jumlahnya lebih dari satu milyar ternyata kebanyakan dari mereka terkungkung pada pemikiran ala atheis dan materialis yang menyangka bahwa manusia hanya hidup sekali dan mati sekali. Meskipun dari mulut-mulut mereka mengakui keberadaan hari akhir yang merupakan salah satu rukun iman yang harus diyakini, namun sayangnya, perilaku mereka mengindikasikan bahwa mereka tidak pernah memikirkan apa yang mestinya hendak mereka siapkan untuk hari kebangkitan mereka kembali.
Tak bisa dipungkiri kalau kemudian umat Islam yang meskipun jumlahnya lebih dari satu milyar ternyata kebanyakan dari mereka terkungkung pada pemikiran ala atheis dan materialis yang menyangka bahwa manusia hanya hidup sekali dan mati sekali. Meskipun dari mulut-mulut mereka mengakui keberadaan hari akhir yang merupakan salah satu rukun iman yang harus diyakini, namun sayangnya, perilaku mereka mengindikasikan bahwa mereka tidak pernah memikirkan apa yang mestinya hendak mereka siapkan untuk hari kebangkitan mereka kembali.
Suatu ketika Rasulullah saw ditanya, "Kapan hari kiamat?" Rasulullah saw menjawab, "Apa yang kamu persiapkan untuknya?" Alih-alih menjawab bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut hanya pada Sang Pencipta hari kiamat, Rasulullah SAW malah mengingatkan si penanya dengan pertanyaan balik tentang apa yang harus disiapkan untuk menyambut hari itu.
Kembali kepada kisah Nabi Ibrahim as ketika beliau meminta Allah Ta'ala untuk menunjukkan kepadanya bagaimana cara Allah menghidupkan makhluk yang sudah mati.
Lalu, kelanjutan dari ayat di atas adalah perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk mencari empat ekor burung dan mencincangnya menjadi beberapa potong, lalu potongan-potongan tubuh burung tadi diletakkan pada beberapa bukit yang berbeda-beda, lalu Allah memerintahkan beliau untuk memanggil empat burung tadi dan dengan ajaib empat burung tadi terbang dari bukit-bukit itu menuju Nabi Ibrahim dalam keadaan hidup.
Begitu mudahnya Allah menghidupkan yang mati, lalu apa yang hendak kita siapkan jika kita dihidupkan lagi dari kematian seperti burung-burung itu?
Begitu mudahnya Allah menghidupkan yang mati, lalu apa yang hendak kita siapkan jika kita dihidupkan lagi dari kematian seperti burung-burung itu?
Post a Comment