Kalau orang mau memperhatikan syariat Islam dan seluruh ajarannya, maka dia akan mendapati bahwa keseluruhannya baik berupa perintah maupun larangan-Nya, tidak lain adalah untuk kemashlahatan (kebaikan) dan kebahagiaan manusia itu sendiri.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ
"Mengapa kalian mengajak orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kalian melupakan diri (akan kewajiban)-mu sendiri, padahal kalian membaca Al kitab? Maka tidaklah kalian berfikir?" (Al-Baqarah [2]: 44).
Pertanyaan diatas dimaksudkan sebagai teguran yang keras dan kritikan pedas terhadap orang yang mengajak kepada kebajikan akan tetapi dia sendiri lalai menjalankan tugas. Para Ulama' berbeda pendapat tentang arti kata "Al birr" (kebajikan) dalam ayat ini di antaranya mempunyai arti:
Berpegang teguh pada taurat
Mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu seorang yahudi berpesan kepada kerabatnya secara rahasia agar ia mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, dengan mengatakan bahwa beliau adalah Rasul yang haq, tetapi dia sendiri tidak mengikutinya, sebagaimana terdapat dalam Shahih Al bukhari (hadits no; 1356) dari Anas radhiyallah 'anhu ia berkata: "bahwa ada seorang anak yahudi membantu Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam , ketika anak itu jatuh sakit maka ditengoklah oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , kemudian beliau duduk disamping kepalanya sambil berpesan: "Masuklah Islam", maka anak itu menolehkan wajah kepada bapaknya yang ketika itu berada di sisinya, langsung saja si bapak menjawab: "Taatilah Abul Qasim" dengan serta merta masuk Islam-lah anak itu, ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar beliau berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan dia dari api neraka"
Shadaqah
Menganjurkan orang lain untuk mengikuti Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , yaitu sekelompok kaum yahudi memberitahukan kepada manusia tentang kedatangan seorang Nabi dalam waktu dekat, dan menganjurkan mereka untuk mengikutinya.
Ketaatan secara umum, maknanya adalah apakah kalian mengajak orang lain untuk taat kepada Allah dan membiarkan diri kalian sendiri ber-maksiat kepadaNya. Dan masih ada pendapat-pendapat yang lain,tetapi yang paling tepat dari kata 'Albirr" adalah ketaatan (kebajikan) secara umum sehingga 4 arti yang pertama itu sudah termasuk di dalam-nya. Ayat ini meskipun dalam konteksnya berkenaan dengan "orang yahudi" tetapi maknanya berlaku untuk umum, termasuk siapa saja yang mengajak orang lain untuk berbuat kebajikan dan membiarkan dirinya lalai tidak mengerjakannya.
Bolehkah seseorang mengajak orang lain berbuat kebajikan meskipun ia sendiri 'tidak' melakukannya?
Al Hafizh ibnu Katsir rahimahullah berkata: "Maksud ayat ini bahwa Allah mencela mereka atas tindakannya,dan mengingatkan mereka akan kesalahannya yang mengenai hak diri mereka sendiri dimana mereka mengajak orang lain berbuat kebajikan tetapi mereka sendiri tidak melakukan-nya, bukan berarti Allah mencela dalam ajakannya agar manusia berbuat kebajikan apabila mereka sendiri tidak mengerjakannya, karena ajakan kepada kebajikan adalah suatu kebajikan dan hal itu wajib atas seorang yang alim (mengetahui), tetapi lebih wajib lagi bagi seorang yang Alim disamping mengajak orang lain berbuat kebajikan dia harus melakukannya pula, tidak boleh meninggalkannya, sebagaimana ucapan Nabi Syuaib alaihis salam (yang tertera di dalam Al-Qur'an).
إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ إِنْ أُرِيدُ إِلاَّ الإِصْلاَحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلاَّ بِاللّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
"Dan aku tidak berkehendak untuk menyalahi kalian (dengan mengerjakan) yang aku larang. Aku hanya meng-inginkan perbaikan semampuku. Aku hanya mendapatkan Taufik dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada Nyalah aku kembali." (QS Huud [11]:88).
Maka, keduanya, baik ajakan kepada kebajikan ataupun perbuatan kebajikan itu sendiri wajib semuanya; tidak menjadi gugur apabila salah satunya telah dilakukan, ini adalah pendapat yang lebih benar diantara dua pendapat para ulama' Salaf dan Khalaf. Ada sebagian diantara mereka berpendapat bahwa pelaku maksiat tidak boleh melarang orang lain dari maksiatnya. Ini adalah pendapat yang lemah, dan lebih lemah lagi adalah dasar yang mereka pakai sebagai pijakan adalah ayat ini. Padahal ayat ini tidaklah mendukung pendapat tersebut.
Dan yang benar adalah seorang yang alim tetap mengajak orang lain berbuat kebajikan meskipun dia tidak melakukannya, dan harus melarang orang lain dari kemungkaran meskipun dia melanggarnya.
Syaikh Abdurrahman Nashir Assa'dit berkata: "Barang siapa yang mengajak orang lain berbuat kebajikan sedang dia tidak melakukannya atau melarang orang lain berbuat keburukan sedang dia sendiri tidak melakukannya, hal ini menunjukkan kebodohan dan kekurang-warasan akalnya. Khususnya jika ia mengetahui akan hal tersebut dan telah ditegakkan hujjah atasnya". Ayat ini meskipun turunnya berkenaan untuk bani israil, tetapi berlaku umum untuk setiap orang berdasarkan firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَكَبُرَ مَقْتاً عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang kalian tidak perbuat? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang kalian tidak kerjakan." (QS Ash-Shaff [61]: 2-3 ).
Dalam ayat yang telah kami sebutkan di muka (ayat ke 44 dari surat Al-Baqarah ), bukanlah berarti jika ia tidak menjalankan apa yang ia katakan kepada orang lain berupa kebajikan maka ia boleh meninggalkan amar ma'ruf nahi mungkar, tidaklah demikian! Karena ayat ini juga menunjukkan teguran yang keras kepada orang yang meninggalkan dua kewajiban sekaligus sebagaimana diketahui bahwa manusia memiliki dua kewajiban dalam hal ajakan dan larangan, yaitu:
Pertama; kewajiban mengajak dan melarang orang lain.
Kedua: kewajiban mengajak dan melarang diri sendiri.
Maka meninggalkan salah satunya bukan berarti tidak boleh mengerjakan yang lainnya. Adalah kesempurnaan apabila manusia menjalankan kedua kewajiban semuanya dan merupakan kekurangan yang sempurna jika ia meninggalkan keduanya sedangkan menjalankan salah satunya bukanlah termasuk golongan pertama tetapi juga bukan yang kedua. Sesungguhnya jiwa manusia memiliki tabiat untuk tidak mengikuti orang yang ucapannya bertentangan dengan perbuatannya, bagi mereka mengikuti perbuatan itu lebih membekas dari mengikuti ucapan semata.
Siksaan orang yang ber-Amar ma'ruf nahi mungkar tetapi tidak melakukanya dan terhadap orang yang meninggalkannya .
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Seseorang didatangkan pada hari kiamat lalu dilemparkan kedalam api neraka, sehingga terurailah ususnya, ia berputar seperti keledai berputar dengan alat penggilingnya,lalu penduduk Neraka berkumpul menghampirinya mereka mengatakan, "Wahai fulan apa yang terjadi denganmu? Bukankah engkau dahulu mengajak kami berbuat kebajikan dan melarang kami berbuat kemung-karan? Betul, dahulu saya mengajak kalian berbuat kebaikan tetapi saya sendiri tidak melaksanakannya, saya melarang kalian berbuat kemungkaran tetapi saya sendiri melakukannya." (HR. Al-Bukhari).
Nasehat dan introspeksi diri Abu Amr bin Mator berkata: Saya menghadiri majlis Abi Utsman Al hiyari ia seorang yang zuhud, beliau datang dan duduk ditempat ia biasa memberi nasehat, ia diam saja dalam waktu yang lama.., lalu seseorang yang dikenal dengan sebutan Abul Abbas berseru kepadanya: "Bagaimana pendapatmu jika engkau berbicara sedikit tentang diammu? Kemudian Abu utsman berkata: "Orang yang tidak bertaqwa mengajak manusia untuk bertaqwa. Dokter itu mengobati, lalu bagaimana seandainya dokter itu sendiri sakit." Abu Amr berkata: "Maka terdengarlah suara gaduh berupa tangisan dari orang-orang yang hadir"
Disarikan oleh Abu Abdurrahman, dari buku "At-Tashil Li ta'wil At-Tanzil", penyusun: Mustafa bin Al adauri, Juz I Halaman: 445- 454
Post a Comment