Apa yang telah disediakan Allah di dalam Kristus, harus diterima manusia dan diterapkan. Kedaulatan Ilahi dan tanggungjawab manusia harus bertemu bersama-sama di dalam rencana penebusan yang agung itu.
1. Pertobatan
Pentingnya pertobatan
1. Nabi-nabi Perjanjian Lama mengkhotbahkan pertobatan kepada bangsa Israel (Yehezkiel 14:6; 18:30-32; Yeremia 8:4-6; Matius 12:41).
2. Berita dan perkataan pertama dari Yohanes adalah panggilan kepada pertobatan, baptisannya adalah baptisan kepada pertobatan (Matius 3:1-8; Kisah 19:4).
3. Kata pertama yang diajarkan Kristus adalah pertobatan (Matius 4:17; 9:13; 11:20-24; 12:41).
4. Rasul-rasul memanggil manusia kepada pertobatan (Markus 6:7-13).
5. Berita pertama dari Petrus pada hari Pantekosta adalah panggilan kepada pertobatan (Kisah 2:37, 38; Lukas 24:49; Kisah 3:19).
6. Paulus juga mengkhotbahkan pertobatan kepada orang Yahudi dan kafir (Kisah 26:20, 21).
7. Prinsip pertama dari doktrin-doktrin yang dicatat adalah pertobatan (Ibrani 6:1,2).
8. Sebelum Kristus naik, Ia mengatakan kepada murid-muridNya untuk mengkhotbahkan pertobatan kepada semua bangsa, mulai dari Yerusalem (Lukas 24:49).
9. Pertobatan adalah perintah kepada semua manusia, tanpa itu manusia akan binasa (Kisah 17:30; 2 Petrus 3:9; Lukas 13:3).
Arti kata pertobatan
Pertobatan dalam bahasa Ibrani.
1. Shuwb, Artinya berbelok dan kembali.
2. Nacham, Artinya aslinya adalah bernafas dengan kuat, mengeluh. Dari situ berarti menyesal dan bertobat.
Pertobatan dalam bahasa Grika
– Metanoeo. Artinya berfikir lain, mempertimbangkan lagi, menyesal, bertobat. (Matius 3:2; 4:17; 11:20, 21; 12:41; Lukas 15:7, 10; Kisah 2:38; 3:19; Wahyu 2:5, 16, 21, 22; 19:20).
– Metamelomai. Artinya memperhatikan sesudahnya, menyesal, bertobat (Matius 21:29, 32; 27:3; 2 Korintus 7:8; Ibrani 7:21).
– Metanoia. Atinya mengubah keputusan, pertobatan (Matius 3:8, 11; 9:13; Markus 1:4; 2:17; Kisah 5:31; 11:18; 19:4; 20:21; 26:20; Ibrani 12:17; 2 Petrus 3:9).
Pengertian dan definisi pertobatan.
Pertobatan mempunyai pengertian perubahan pikiran, mempertimbangkan kembali, memperhatikan kemudian, menyesal dan mengganti suatu keputusan.
Arti dasarnya adalah perubahan pikiran, hati dan sikap dan diterapkan terutama terhadap dosa serta hubungan seseorang dengan Allah. Pertobatan adalah pembalikan haluan yang sempurna. Pertobatan adalah perubahan arah yaitu dari menjauhi Allah kepada mendekati Allah.
Pertobatan adalah perubahan pikiran, kecenderungan yang tulus dan yang sepenuhnya dalam hal dosa, yang meliputi rasa salah pribadi dan keadaan tak berdaya, pengertian akan kemurahan Allah, keinginannya yang kuat untuk menyelamatkan diri atau diselamatkan dari dosa dan dengan sukarela meninggalkannya.
Rasa susah dan sedih serta rasa bersalah yang mendalam karena dosa termasuk dalam ide Alkitab tentang pertobatan, dan ini mengikuti sebagai perubahan pikiran orang berdosa atas dosanya.
Pertobatan meliputi tiga elemen kejiwaan
Elemen Intelek
Sebelum kejatuhan, pikiran dan hati manusia adalah kepada Allah. Kejatuhan membawa kepada pikiran pemberontakan kepada Allah, pikiran sesuai keinginannya. Pertobatan yang dibawa oleh Roh Kudus adalah perubahan pikiran yaitu berbalik dan tertuju kepada Allah. Pertobatan adalah pengenalan akan kebenaran Injil dan bukan hanya sekedar menyetujui seperangkat fakta historis dan doktrin tentang Kristus (Roma 10:17; Ibrani 11:1).
Pertobatan adalah pengetahuan bahwa seseorang berada pada jalan yang salah, menjauh dari Allah, dan dengan pengetahuan ini dibawa oleh pelayanan Roh Kudus dan Firman. Pertobatan adalah perubahan pikiran tentang Allah, dosa dan diri. Elemen Intelek dalam pertobatan berhubungan dengan pengetahuan tentang dosa bahwa manusia merasa bersalah di muka Allah yang benar dan suci dan bahwa ia terhilang terlepas dari kasih karunia yang menyelamatkan (Mazmur 51:3, 7, 11; Lukas 15:17-19; Matius 21:29).
Elemen Emosi
Elemen ini berhubungan dengan perubahan perasaan yaitu datangnya perasaan susah yang murni karena dosa yang dibuat melawan Allah. Disini termasuk menangis, mengeluh dan susah hati. Karena jiwa mengetahui betapa jauhnya ia dari Allah, datanglah kesusahan Ilahi. Ini adalah kedukacitaan karena dosa dan bukan karena akibat dari dosa itu (2 Korintus 7:9, 10; Ibrani 12:7; Mazmur 51:1-14; Lukas 10:13; Kejadian 6:6; Mazmur 38:18). Bersama dengan kesusahan juga timbul keinginan untuk diampuni.
Elemen Kehendak
Elemen ini meliputi perubahan kehendak dan maksud. Ini adalah berbalik dari dosa, meninggalkan jalan yang salah dan menuju jalan yang benar langsung kepada Allah. Ini adalah menaklukkan kehendak dan kehidupan kepada Kristus dalam penerimaan secara total kuasa penyelamatan-Nya. Contoh adalah anak yang terhilang yang merobah kehendaknya dan kemudian bertindak sesuai perubahan itu (Lukas 15:18-20). Jikalau seseorang menyadari bahwa dirinya berdosa dan hanya menyesali dosa itu tetapi tidak meninggalkan dosa itu, maka itu bukan pertobatan yang sungguh. Dalam pertobatan yang sungguh seseorang harus meninggalkan dosanya (Yesaya 55:7; Amsal 28:13). Ia harus berbalik kepada Allah (1 Tesalonika 1:9; Kisah 26:18).
Buah Pertobatan
Bukti dari pertobatan yang benar adalah buah pertobatan. Karya berbicara tentang tindakan yang kelihatan dari kehidupan di dalam. Bukti dari pertobatan yang benar adalah pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan, diantaranya berupa :
1). Perasaan susah yang Ilahi karena dosa (Matius 27:75).
2). Pengakuan dosa (Mazmur 32:5; 1 Yohanes 1:9; Yakobus 5:16).
3). Berpaling kepada Allah melalui Kristus (Ibrani 6:1,2; 1 Tesalonika 1:9; Kisah 26:18).
4). Meninggalkan dosa (Matius 3:8-10; Mazmur 119:58-60; Yesaya 53:6; Amsal 28:13; Yesaya 55:6,7; Yehezkiel 18:20-32).
5). Berpaling dari perbuatan yang membawa kepada kematian untuk mencapai keselamatan (Ibrani 9:14).
6). Membenci dosa (Yehezkiel 6:9-19).
7). Kerinduan pada pengampunan (Mazmur 25:11; 51:1; Lukas 18:13).
8). Membayar kembali, dimana mungkin (Lukas 19:8; 18:13).
Bagaimana pertobatan dihasilkan
Pertobatan mempunyai segi Ilahi dan segi manusia. Keduanya bekerja bersama-sama untuk menghasilkan tujuan yang diinginkan. Pertobatan dihasilkan oleh :
1). Di pihak Allah
-Karena tuduhan oleh Roh Kudus (Yohanes 16:8-11).
-Karena Firman dari Injil (Matius 12:41; Lukas 24:47; Kisah 2:37, 38; 2 Timotius 2:24, 25).
-Karena karunia Allah di hati (Kisah 5:30, 31; 11:18; 2 Timotius 2:25).
-Karena kebaikan Allah yang ditakdirkan (Roma 2:4; 2 Petrus 1:9).
-Karena penghukuman Tuhan (Wahyu 3:19; Ibrani 12:10-12; 2 Timotius 2:24, 25).
2). Di pihak manusia
-Karena penerimaan kebenaran Injil (Roma 10:7). Ini menyangkut intelek.
-Karena adanya respons jiwa yang susah (Mazmur 13:18). Emosi.
-Karena menyerahnya kehendak (Matius 16:24). Kehendak.
Jadi perlu tetap dipertahankan bahwa Allah itulah yang mengambil prakarsa di dalam pertobatan. Pertobatan bukan berasal dari manusia. Tidak ada prakarsa dari manusia untuk bertobat. Pertobatan adalah kasih karunia Allah, yang oleh Roh Kudus menyalahkan manusia dan membawa ia kepada pertobatan. Bagian manusia adalah memberi respons kepada tuduhan itu. Allah memerintahkan manusia untuk bertobat (Kisah 17:30. Bila Ia memerintahkan, Ia juga yang menyanggupkan manusia untuk memberi respons.
2. Iman Kepada Allah
Kata kedua dari Injil adalah percaya (Markus 1:15; Kisah 20:21). Prinsip-prinsip doktrin Kristus adalah “pertobatan dari perbuatan yang sia-sia” dan kemudian “iman kepada Allah” Ibrani 6:1, 2). Di dalam pertobatan seseorang berbalik dari dosa, sedang di dalam iman ia berbalik kembali kepada Tuhan. Keduanya seperti dua sisi dari satu mata uang: keduanya dimiliki satu terhadap yang lain di dalam satu perpalingan Alkitabiah.
Pentingnya iman kepada Allah
Penulis kepada Ibrani menyatakan kepada kita pentingnya iman secara mutlak waktu ia mengatakan “Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada . . .” (Ibrani 11:6). Inilah permulaan iman. Iman harus mulai dari fakta bahwa Allah ada, dan bahwa Ia memberi pahala pada mereka yang dengan rajin mencari Dia. Tak ada yang dapat diketahui atau yang diterima dari Allah bila manusia tidak mula-mula percaya bahwa Allah ada.
Apakah iman itu
Kata Grika “Pistis” yang diterjemahkan “iman” secara sederhana berarti mempercayai, jaminan, kepercayaan kepada orang lain atau perkataan orang lain. Beriman kepada Allah secara sederhana adalah mempercayai Allah, mempercayai FirmanNya dan mempunyai kepercayaan kepadaNya bahwa FirmanNya benar dan bahwa Ia akan menepatinya. Ini berarti mempercayai sepenuhnya dan bersandar kepada Allah dan FirmanNya. Pemikiran Grika untuk “mempercayai” berarti kepercayaan dan penyerahan seseorang sepenuhnya kepada Allah, Kristus dan FirmanNya, mempercayai Dia untuk semua, memegang dan menaati FirmanNya (Kisah 16:31).
1). Dari Ibrani 11:1 ternyata bahwa iman adalah dasar yang menguatkan kehidupan orang percaya. Inilah jaminan dan keyakinan yang kita miliki terhadap Firman Allah. Inilah bukti dan keyakinan batin dari realitas hal-hal yang tidak dilihat namun kekal.
2). Iman adalah rohani.
Sama seperti secara alamiah ada lima alat indera, demikian pula ada padanan rohani dari indera-indera. Indera rohani ini harus dilatih. Perhatian pada ayat-ayat Firman Allah menunjukkan bagaimana indera-indera rohani ini (Mazmur 34:8); Kisah 17:27, 28; Mazmur 45:8; Wahyu 2:11). Iman adalah indera rohani. Ini menyentuh dan mencapai hal-hal dibalik indera alamiah yang tak dapat dijangkau oleh indera alamiah.
3). Iman kepada Allah melalui Kristus.
Kitab Suci menunjukkan bahwa iman adalah kepada Allah melalui Kristus (Kisah 26:20,21). Didalam “iman kepada Allah” manusia terbuang sepenuhnya kepada Allah, terhadap siapa Ia dan apa yang telah Ia lakukan di dalam Kristus.
Sumber dari iman yang benar.
Hanya ada satu sumber dari iman yang benar yaitu Firman Allah. Bila iman tidak dibangun di atas Firman, tidak akan dapat bertahan terhadap topan dan pencobaan-pencobaan hidup. Ayat kunci atas fakta ini adalah Roma 10:17 “Jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman (Grika: Rhema) Allah”. Untuk mendengar dengan sebenarnya Firman adalah mendengarkan Tuhan Yesus Kristus berbicara kepada hati dan Roh Firman yang hidup adalah Kristus dari Allah. Ialah penulis dan penyelesai iman kita (Ibrani 12:1,2). Sumber iman yang benar adalah Kristus, Firman yang hidup dan Alkitab Firman tertulis. Firman yang tertulis harus menjadi Firman yang dihidupkan untuk menciptakan iman yang sebenarnya.
Iman meliputi tiga unsur kejiwaan manusia
1). Unsur Intelek
Tidak mungkin mempunyai iman tanpa pengetahuan. Tetapi iman bukan hanya pengetahuan tentang Allah, tentang Kristus, keselamatan dan penebusan. Iman bukan hanya persetujuan mental, namun iman meliputi unsur intelek dan pengetahuan (Yakobus 2:19; Ibrani 11:6; Roma 10:17; Mazmur 9:10).
2). Unsur Emosi
Ini adalah respons hati pada kebenaran Injil. Iman meliputi perasaan. Penurutan Allah adalah fakta, iman intelek dan iman perasaan, namun tidak pernah tanpa perasaan. Iman itu secara kokoh didasarkan pada fakta dari Injil, tetapi iman diikuti perasaan (Mazmur 106:12, 13; Matius 13:20, 21).
3). Unsur Kehendak
Injil membawa penerangan pada pengertian. Ini menciptakan iman dan kemudian di dalam hati menggerakkan kemauan untuk bertindak. Unsur kehendak di dalam iman erat hubungannya dengan pertobatan dimana hati dan kemauan menyerah kepada Tuhan. Ada tindakan yang dilakukan, dimana seseorang menyerahkan dirinya kepada Tuhan Yesus Kristus untuk keselamatannya.
Sebagaimana dalam pertobatan, demikian pula di dalam iman ada aspek Ilahi dan aspek manusiawi. Iman adalah anugerah Allah kepada seseorang yang bertobat, dan orang yang bertobat itu memberi respons pada kasih karunia Allah (Yeremia 31:18; Kisah 3:26; 3:19; 11:18; Yehezkiel 33:11; Lukas 22:32: Efesus 2:5-8).
Aspek-aspek iman
Perjanjian Baru menunjukkan bahwa ada berbagai aspek iman, dan bahwa orang percaya maju “dari iman kepada iman” sampai tiba pada kepenuhan dari Anak Allah (Roma 1:17). Aspek-aspek iman adalah :
1). Iman yang menyelamatkan
Iman yang menyelamatkan adalah anugerah Allah kepada orang berdosa yang bertobat sehingga ia dapat diselamatkan (Efesus 2:8). Ini berarti memandang kepada Kristus sepenuhnya untuk keselamatan. Disini pribadi itu mempercayai Kristus dan FirmanNya untuk keselamatan (Ibrani 11:31-35). Contoh hal ini dapat dilihat di Ibrani 11:4; Lukas 7:50; Kisah 16:31.
2). Buah Iman
Aspek iman ini dikatakan sebagai buah Roh. Ini lebih banyak sebagai iman yang aktif. Ini adalah iman dengan kepatuhan. Iman aktif menaati Firman karena Allah yang mengatakannya (Ibrani 11:8-10), 17-19, 28, 30, 31; Lukas 5:4-6; Galatia 5:22, 23).
3). Karunia Iman
Aspek iman ini dikatakan sebagai karunia Roh (1 Korintus 12:1-13). Ini tercatat diantara sembilan karunia Roh dan karunia iman adalah secara adikodrati untuk hal-hal ajaib. Hal ini meliputi juga untuk mengatakan Firman. Hal ini diberikan kepada tubuh Kristus sebagaimana yang dikehendaki Allah. Ini tak boleh dikacaukan dengan aspek-aspek lain iman itu (Ibrani 11:29; Bilangan 20:8; Yosua 10:12-14; 1 Raja-raja 17:1, 14; Matius 17:20, 21; Markus 11:12-14; 22-26).
4). Iman Doktrin
Aspek iman ini beberapa kali hanya disebut “iman”. Aspek ini lebih banyak menunjuk terutama kepada wahyu Allah dalam iman. Inilah Firman Iman, Firman Injil. Ini menunjuk kepada jumlah keseluruhan wahyu Allah di dalam Alkitab, jadi berarti keseluruhan doktrin Alkitabiah. Ini adalah “iman” yang dahulu telah diberikan kepada orang-orang kudus, yang untuk itu kita harus bertanding (Yudas 1:3; Efesus 4:5, 11; 1 Timotius 6:10; 2 Timotius 2:18; 3:8; 1 Timotius 4:1; Kisah 14:22; 6:7; Kolose 1:23; 2:7).
5). Iman yang sempurna
Iman yang sempurna dikatakan sebagai “roh iman” ( 2 Korintus 4:3; Mazmur 116:10; Yakobus 2:22). Aspek iman ini akan dinyatakan bila orang kudus telah disempurnakan, bila setiap keraguan dan ketidakpercayaan akan disingkirkan dari hati. Pada waktu itulah Firman akan menjadi daging di dalam orang percaya dan tidak ada ketidakpercayaan lagi, karena semuanya akan tiba pada iman yang sempurna.
Tingkat-tingkat Iman
Waktu orang bertobat menerima Kristus sebagai Juruselamatnya dan ia menerima iman yang menyelamatkan, kemudian ia harus bergerak kedalam kehidupan iman (Habakuk 2:4).
Alkitab menunjukkan bahwa ada tingkat-tingkat atau ukuran iman. Adalah kehendak Allah bahwa semua bergerak maju di dalam kehidupan iman dan sesungguhnya berjalan dari iman kepada iman. Hal ini hanya dapat ada bila seseorang mempertahankan kehidupan iman dalam hubungan pribadi dengan Kristus dan FirmanNya, sumber dari iman yang terus menerus. Kita mencatat ukuran-ukuran iman yang disebut dalam Firman Allah.
1). Tidak ada iman (Ulangan 32:30; Markus 4:42).
2). Iman kecil (Matius 8:26; 14:31).
3). Iman lemah (Roma 14:1).
4). Iman yang mati (Yakobus 2:17).
5). Iman yang sia-sia (1 Korintus 15:14).
6). Iman yang benar (Lukas 7:9).
7). Kepenuhan iman (Kisah 11:24).
8). Iman yang teguh (Kolose 2:5).
9). Iman yang kaya (Yakobus 2:5).
10). Iman yang tulus ikhlas (1 Timotius 1:5)
11). Iman yang kuat (Roma 4:19, 20).
12). Ukuran atau proporsi iman (Roma 12:3-6; 1:17).
2). Iman kecil (Matius 8:26; 14:31).
3). Iman lemah (Roma 14:1).
4). Iman yang mati (Yakobus 2:17).
5). Iman yang sia-sia (1 Korintus 15:14).
6). Iman yang benar (Lukas 7:9).
7). Kepenuhan iman (Kisah 11:24).
8). Iman yang teguh (Kolose 2:5).
9). Iman yang kaya (Yakobus 2:5).
10). Iman yang tulus ikhlas (1 Timotius 1:5)
11). Iman yang kuat (Roma 4:19, 20).
12). Ukuran atau proporsi iman (Roma 12:3-6; 1:17).
Iman seperti pertobatan, adalah sesuatu yang harus dipertahankan melalui perjalanan orang percaya, waktu Allah memimpin dan membimbing dalam jalan kebenaran. Roh Kudus akan tetap memberi terang. Waktu kita berjalan di terang, kita harus mempertahankan pertobatan dan iman. Iman jangan dilihat sebagai karya, tetapi sebagai saluran yang dengannya orang percaya menerima dari Allah semua yang diperlukan.
Keselamatan, penyucian, kemenangan dan kehidupan rohani semua datang pada orang percaya melalui saluran iman.
Yesus adalah penulis dan penyelesai iman orang-orang percaya. Semua orang kudus harus tetap “memandang kepada Yesus” sampai pertandingan selesai (Ibrani 12:1,2).
3. Kejadian Semula
Arti kejadian semula
Dalam kejadian semula seseorang dilahirkan kedalam keluarga Allah. Ia dilahirkan baru dari atas. Ia menerima sifat baru, kehidupan yang baru dan ditempatkan dalam keluarga Allah. Bahasa Grika “Palingenesia” untuk kelahiran baru (Palin artinya kembali, Genesis artinya kelahiran), digunakan tentang kelahiran secara rohani (Titus 3:5) meliputi komunikasi kelahiran baru. Kekuatan yang beroperasi dalam kejadian semula adalah Firman Allah (Yakobus 1:18; 1 Petrus 1:23) dan Roh Kudus (Yohanes 3:5,6). Menurut The Zondervan Topical Bible kejadian semula adalah perubahan yang terjadi di dalam hati manusia oleh Roh Kudus dimana keadaan berdosanya yang telah menjadi sifatnya diubahkan sehingga ia dapat memberi respons kepada Allah di dalam iman dan hidup sesuai dengan kehendakNya. Ini meluas pada keseluruhan sifat dasar manusia, mengganti kecenderungannya yang menguasai, menerangi pikirannya, membebaskan kehendaknya dan membarui sifat dasarnya.
Istilah kejadian semula dan kelahiran baru tidak menggambarkan fase yang berurutan dalam pengalaman rohani, tetapi menunjuk pada peristiwa yang sama yang memandangnya dalam aspek yang berbeda. Kelahiran baru menekankan pada komunikasi kehidupan rohani yang bertentangan dengan kematian rohani sebelumnya, sementara kejadian semula menekankan pada permulaan keadaan hal-hal yang baru yang berbeda dengan yang lama. Dari segi Ilahi perubahan hati itu disebut kejadian semula atau kelahiran baru, dari segi manusia disebutkan perpalingan (conversion). Dalam kejadian semula jiwa itu dianggap pasif, dalam perpalingan jiwa itu aktif. Kejadian semula adalah komunikasi dari kehidupan Ilahi pada jiwa (Yohanes 3:5; 10:10, 28; 1 Yohanes 5:11, 12), mengambil bagian dalam kodrat Ilahi (2 Petrus 1:4), hati yang baru (2 Korintus 5:17; Efesus 2:10; 4:24). Kejadian semula meliputi segenap jiwa, tetapi itu adalah perubahan di dalam kecenderungan yang batiniah, prinsip-prinsip, rasa atau kebiasaan yang mendasari semua aktivitas yang sadar, dan yang menentukan karakter manusia dan semua tindakannya.
Perlunya kejadian semula
Alkitab berulang kali menyatakan bahwa manusia harus dijadikan semula sebelum ia dapat melihat Allah. Hal itu ditegaskan karena kesucian merupakan syarat yang harus ada untuk diterima dalam persekutuan dengan Allah. Tetapi semua manusia secara alamiah telah rusak dan bila ada kesadaran moral, ia merasa bersalah karena pelanggarannya. Oleh sebab itu manusia tidak dapat bersekutu dengan Allah. Perubahan moral dalam manusia dapat diadakan hanya dengan tindakan dari Roh Kudus. Roh yang menjadikan semula hati serta mengkomunikasikan kepada hati kehidupan dan kodrat Allah. Alkitab menggambarkan pengalaman ini sebagai kelahiran baru dan karena kelahiran baru itu manusia menjadi anak Allah (Yohanes 1:12; 3:3,5; 1 Yohanes 3:1). Hanya kelahiran baru yang dapat menghasilkan kodrat yang suci dalam orang berdosa yang memungkinkan persekutuan dengan Allah. Dengan kejadian semula orang berdosa menjadi anak Allah dan dengan demikian diperkenalkan dalam keluarga Ilahi.
Alat kejadian semula
1) Kehendak Allah
Kita dilahirkan semula dengan kehendak Allah (Yohanes 1:13). “Atas kehendakNya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh Firman kebenaran” (Yakobus 1:18).
2). Kematian dan Kebangkitan Kristus
Kelahiran baru syaratnya di dalam Kristus yang disalibkan (Yohanes 3:14-16) dan kebangkitanNya (1 Petrus 1:3).
3). Firman Allah
Dalam Yakobus 1:18 dan 1 Petrus 1:23 dikatakan bahwa Firman Allah menjadikan baru.
4). Pelayanan Firman
Ini dinyatakan dalam 1 Korintus 4:15. Namun sumbangannya hanyalah dalam pengungkapan kebenaran dan ajakan mengambil keputusan untuk Kristus.
5). Roh Kudus
Roh Kudus adalah agen yang sebenarnya dalam kejadian semula (Yohanes 3:5,6; Titus 3:5).
Akibat dari kejadian semula
Alkitab mengajarkan bahwa ada akibat yang pasti dari kejadian semula. Akitbat itu adalah sedemikian rupa, sehingga sekaligus merupakan test apakah seseorang telah jadi semula atau belum.
1). Yang jadi semula memenangkan pencobaan (1 Yohanes 3:9; 5:4,18).
2). Sikapnya menjadi lain. Biasanya ia akan mengasihi saudara-saudara seiman (1 Yohanes 5:1), mengasihi Allah (1 Yohanes 5:2; 4:19), mengasihi Firman Allah (Mazmur 11:97); 1 Petrus 2:2), mengasihi musuhnya (Matius 5:44), mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang (2 Korintus 5:14).
3). Ia menyenangi hal-hal yang baik bagi Anak Allah, seperti mengungkapkan kehendak Bapa (1 Korintus 2:10-12), mencukupi kebutuhannya (Matius 7:11) dalam pemeliharaan (1 Yohanes 5:18).
4). Menjadi ahli waris dari Allah (Roma 8:16,17). Ia gemar akan warisan rohani berupa pemeteraian oleh Roh Kudus (Efesus 1:13,14).
Keterkaitan kelahiran kembali dengan pertobatan dan iman
Pertobatan dan iman adalah bagian atau tanggung jawab manusia di dalam keselamatan. Kelahiran kembali adalah pekerjaan Allah melalui Roh Kudus di dalam hati manusia. Bila ketiga hal itu terjadi dalam diri seseorang, maka ia diselamatkan, mendapat hidup kekal. Dalam Alkitab hubungan pertobatan, iman dan kelahiran kembali (kehidupan baru, keselamatan), seperti Kisah 11:18; 2 Korintus 7:10; Ibrani 6:6, bertobat dan beriman, seperti dalam Kisah 20:21; Markus 1:15, beriman dan diselamatkan seperti dalam Yohanes 3:16; 5:24; 1:12,13; 2 Timotius 3:15; Markus 16:16; Kisah 16:31; 1 Yohanes 5:13.
Jadi perubahan hidup (conversion) yang terdiri dari pertobatan dan iman, walaupun merupakan anugerah Tuhan tetapi harus dilaksanakan atau dimiliki seseorang, dan dengan perubahan hidup itu menyebabkan Roh Kudus melahirkan semua anak itu menjadi anak Allah.
Kelanjutan kejadian semula
Kejadian semula memberi kebaharuan hidup kepada orang percaya. Ini terjadi karena orang percaya menerima Tuhan Yesus Kristus di dalam hidupnya. Persekutuan dengan Kristus di dalam kematian dan kebangkitanNya, orang percaya itu satu kejadian baru, ciptaan baru (2 Korintus 5:17). Menjadi ciptaan baru di dalam Kristus oleh karya Roh Kudus merupakan kunci kehidupan Kristiani. “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya” (Galatia 6:15). Tetapi ciptaan baru itu harus dilanjutkan dengan usaha orang yang sudah selamat itu. “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat, karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” (Filipi 2:12). Di dalam ketaatan iman harus ada kelangsungan ibadat yaitu persembahan diri kepada Tuhan dan melanjutkan dengan pembaharuan lahiriah karena pembaharuan batiniah. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2). Perubahan itu berlangsung terus-menerus sampai mencapai kesempurnaan. (Kolose 3:9,10). Ini memerlukan selalu kesiapan untuk mau bertobat, beriman, setia sampai Tuhan datang kembali.
4. Pembenaran
Menurut arti kamus, pembenaran adalah membuktikan atau menunjukkan sebagai benar, atau sesuai dengan hukum; membuktikan sebagai benar, menyatakan bebas dari salah, menganggap benar, menyatakan sebagai benar, mengumumkan keputusan penerimaan pada seseorang. Secara theologis pembenaran dapat didefinisikan sebagai tindakan Allah yang dengannya Ia menerima sebagai benar orang berdosa yang menyesal, bertobat, dan percaya kepada Yesus Kristus untuk keselamatan.
Dalam bahasa Grika kata benda “Dikaiosis” menyatakan tindakan menyatakan benar, membebaskan. Kata kerja “Dikaioo” berarti mengaganggap sebagai benar. Dalam hal Allah membenarkan manusia, yaitu mereka yang dinyatakan benar di muka Dia karena syarat-syarat tertentu yang diletakkan olehNya terpenuhi.
Hakekat Pembenaran
Pembenaran adalah tindakan pernyataan. Pembenaran bukan sesuatu yang diadakan dalam manusia tetapi sesuatu yang dinyatakan mengenai manusia. Pembenaran tidak berhubungan dengan keadaan rohani kita, melainkan dengan hubungan rohani, tidak berhubungan dengan keadaan sebetulnya melainkan dengan keadaan menurut hukum. Pembenaran tidak menyebabkan orang menjadi benar, juga tidak memberi kebenaran, melainkan menyatakan bahwa seseorang benar. Pembenaran adalah pemulihan hubungan manusia dengan Allah. Di dalamnya tercakup hal-hal berikut :
– Pengampunan atau peniadaan hukuman karena dosa.
– Penganugerahan kebenaran.
– Posisi benar di muka Allah.
– Penganugerahan kebenaran.
– Posisi benar di muka Allah.
1) Pengampunan dari hukuman
Dalam bahasa Grika digunakan dua kata untuk pengampunan yaitu “Aphiemi” dan “Charizomai”. Aphiemi berarti mengirimkan, membatalkan atau mengampuni hutang atau dosa (Matius 6:12; 18:21; 9:2; Kisah 8:22). Charizomai berarti melimpahkan kebaikan secara tidak bersyarat, digunakan untuk tindakan pengampunan oleh manusia (Lukas 7:42; 2 Korintus 2:7; 12:13), pengampunan oleh Allah (Efesus 4:32; Kolose 2:13; 3:13).
Hukuman untuk dosa adalah kematian secara rohani, fisik dan kekal. Supaya seseorang diselamatkan, hukuman ini mula-mula harus dihilangkan. Ini terjadi di dalam tubuhNya di salib (Yesaya 53:5,6; 1 Petrus 2:24). Karena Kristus telah menanggung penghukuman dosa manusia, maka Allah menghapuskan itu kepada mereka yang percaya kepada Kristus (Kisah 13:38,39; Roma 8:8, 33, 34; 2 Korintus 5:21). Inilah pengampunan dosa (Roma 4:7; Efesus 1:7; 4:32; Kolose 2:13). Allah mengampuni mereka yang bertobat dan percaya kepada AnakNya.
2). Memperhitungkan kebenaran
Secara theologis ungkapan ini berarti tindakan yang dengannya Allah menganggap atau memperhitungkan kebenaranNya menjadi milik kita. Dalam bahasa Inggris “imputation”, bahasa Grika “Logizomai”, yang berarti memperhitungkan atau memasukkan dalam perhitungan atau mencantumkan pada perhitungan seseorang . Dalam Alkitab ada pasal yang terkenal tentang “imputation” yaitu Roma 4. Orang berdosa tidak hanya diampuni dosa-dosanya waktu lampau, tetapi juga diberikan kebenaran yang positif supaya dapat bersekutu dengan Allah. Hal ini digenapi dengan jalan memperhitungkan kebenaran Kristus kepada orang percaya. Jadi sebagaimana dosa kita diperhitungkan kepada Kristus, demikian pula kebenaran Kristus diperhitungkan kepada kita. Dengan ini Allah tidak melanggar kebenaran atau keadilanNya di dalam menyatakan kita benar. Ia dapat melakukan ini karena dosa, kesalahan dan hukuman kita telah diperhitungkan kepada Kristus di salib. Kini kebenaran Kristus diperhitungkan kepada mereka yang percaya kepadaNya. Dengan pembenaran maka orang berdosa diputuskan secara hukum sebagai tidak bersalah, dibebaskan dari tuduhan. Orang yang diampuni dinyatakan benar karena ia percaya. Ia dinyatakan benar karena kebenaran diperhitungkan kepadanya.
3) Perubahan posisi
Pembenaran menyatakan bahwa orang yang diampuni itu benar. Semua catatan tentang kesalahan dihapuskan dan yang bersangkutan dikembalikan pada kedudukannya yang benar di muka Allah. Di dalam pembenaran itu dipulihkanlah kembali perkenanan Allah dengan iman dalam Yesus Kristus (Galatia 3:26). Waktu Adam berdosa ia kehilangan posisinya di muka Allah, tetapi kini posisi manusia dipulihkan dan ia dapat berdiri di hadirat Allah dengan tidak malu karena Allah melihat ia ada di dalam Kristus.
Cara Pembenaran
1). Secara negatif
Pembenaran tidak dengan hukum Taurat. Ia yang mau dibenarkan oleh hukum Taurat, harus terus-menerus di dalam semua hal yang tertulis dalam hukum Taurat. Tetapi tidak ada seorangpun yang telah melakukan hal ini atau yang dapat melakukannya. Tidak seorangpun dapat dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat (Roma 3:20).
2). Dibenarkan oleh kasih karunia Allah
Karena semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karuniaNya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita (Titus 3:7). Kedua ayat ini menunjuk sumber dari pembenaran yaitu di dalam hati Allah. Ia di dalam kebaikanNya telah menyediakan kebenaran untuk kita.
3). Dibenarkan oleh darah Kristus
“Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah” (Roma 5:9). Ini merupakan dasar untuk pembenaran.
4). Dibenarkan oleh iman
“Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita” Roma 5:1). “Kamu tahu bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus.” (Galatia 2:16). Dibenarkan oleh iman merupakan syarat pembenaran kita. Tetapi kita tidak dibenarkan oleh karena iman kita. Iman bukan harga pembenaran, melainkan alat untuk menyediakannya.
Akibat Pembenaran
1). Ada pengampunan kesalahan (Roma 4:7,8; 2 Korintus 5:19). Tidak ada tuduhan (Roma 8:1) dan ada damai dengan Allah (Roma 5:1).
2). Ada pemulihan pada perkenanan Allah (Roma 4:7,8).
3). Kebenaran Kristus telah diperhitungkan pada orang percaya (Roma 4:5). Dengan demikian orang percaya dipakaikan pakaian yang bukan miliknya, tetapi yang diadakan oleh Kristus untuknya, sehingga ia dapat bersekutu dengan Allah.
4). Menjadi pewaris: “Supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karuniaNya, berhak menerima hidup yang kekal.” (Titus 3:7).
5). Akibat langsung ada dalam kehidupan praktis. Pembenaran mengantar pada kehidupan yang benar. “Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar” (1 Yohanes 3:7).
6). Ada jaminan bagi orang yang dibenarkan bahwa ia akan diselamatkan dari murka Allah yang akan datang. “Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah” (Roma 5:9).
7). Ada jaminan telah dimuliakan.
“Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya” (Roma 8:30). Saat dibenarkan, saat itu juga dimuliakan Tuhan.
Hubungan antara Kelahiran kembali dan Pembenaran.
Kelahiran kembali dan pembenaran adalah dua bagian dari satu pekerjaan Allah. Kelahiran kembali adalah pekerjaan Kristus oleh Roh Kudus yang diadakan di dalam kita, pembenaran adalah pekerjaan Kristus yang dibuat karena kita di hadapan tahta Allah dan pekerjaan itu dialaskan pada korban pendamaian Kristus dan oleh iman kita. Kelahiran kembali berkenaan dengan perubahan keadaan kita, pembenaran berkenaan dengan hubungan kita dengan Allah.
5. Pengangkatan Anak.
Arti dari Pengangkatan Anak.
Pengangkatan anak (adopsi) adalah tindakan Allah yang dengannya seorang anak ditempatkan sebagai putera dan diberi hak-hak penuh sebagai putera. Bahasa Grika-nya “Huiothesia”, yang berasal dari huios yang berarti putera dan thesis yang berarti menempatkan. Menurut Vine “huiothesia” berarti tempat dan kondisi seorang putera yang diberikan pada seseorang yang secara alami bukan miliknya. Pengertian ini dalam theologia mengalami perkembangan yaitu penempatan anak sebagai orang dewasa. Scofield mengatakan bahwa adopsi (huiothesia, penempatan sebagai putera) bukan kata yang menyatakan hubungan melainkan posisi. Hubungan orang percaya dengan Allah sebagai anak dihasilkan dari kelahiran baru (Yohanes 1:12, 13), sementara adopsi adalah tindakan Allah dimana seseorang yang sudah menjadi anak, melalui penebusan dari hukum, ditempatkan dalam sebuah posisi seorang putera yang dewasa (Galatia 4:1-5). Roh yang mendiami memberikan realisasi bagi orang-orang kudus, yang dikatakan sebagai “penebusan tubuh” (Roma 8:23); 1 Tesalonika 4:14-17; Efesus 1:14; 1 Yohanes 3:2).
Jadi dalam kejadian semula kita menerima kehidupan baru, dalam pembenaran kita menerima kedudukan baru dan dalam adopsi kita menerima posisi yang baru. Oleh pembaharuan kita menjadi anak-anak Allah, oleh adopsi kita ditempatkan dalam kedudukan anak-anak dewasa. Pembaharuan berkaitan dengan perubahan watak kita, pembenaran berkaitan dengan perubahan reputasi kita, adopsi berkaitan dengan perubahan posisi kita. Pembenaran adalah tindakan Alah sebagai hakim, adopsi adalah tindakan Allah sebagai Bapa.
Waktunya Pengangkatan Anak.
Mengenai kapan pengangkatan anak itu terjadi, ada kalangan theolog yang berpendapat bahwa pengangkatan anak (son) langsung terjadi saat orang percaya, jadi bersamaan dengan kelahiran semula. Itu ternyata di Yohanes 1:12 dimana digunakan kata Son pada saat percaya. Ahli lain berpendapat bahwa pada saat seseorang dilahirkan kembali oleh Roh Allah, ia menerima Roh Kudus sebagai Roh adopsi. Sebagai seorang anak (child) yang baru lahir dalam kelahiran baru, ia harus tumbuh menjadi putera (sonship) yang dewasa. Ahli lain menegaskan bahwa adopsi menjadi putera berlangsung bersama dengan peranan Roh Kudus dalam orang percaya, yaitu menunjuk pada Roma 8:14, “Semua orang yang dipimpin oleh Allah adalah anak (son) Allah.” Tanda pengangkatan anak dibuktikan oleh pimpinan Roh Kudus. Oleh sebab itu harus ada kesungguhan hati dan pemberian diri sepenuhnya dalam pimpinan Roh Allah supaya menjadi dewasa, putera Allah.
Berkat-berkat Diangkat Anak
1). Kita menjadi obyek dari kasih Allah yang berkuasa itu (Yohanes 17:23) dan obyek dari pemeliharaanNya sebagai Bapa (Lukas 12:27-33).
2). Kita mempunyai nama keluarga itu (1 Yohanes 3:1; Efesus 3:14, 15), mempunyai kasih keluarga (Yohanes 13:35; 1 Yohanes 3;14), mempunyai Roh Anak (Roma 8:15; Galatia 4:5), mempunyai pelayanan keluarga (Yohanes 14:23,24; 15:8).
3). Kita menerima ajaran seorang Bapa (Ibrani 12:5-11), penghiburan seorang bapa (2 Korintus 1:4), warisan (1 Petrus 1:3-5; Roma 8:17).
Bukti-bukti Telah Menjadi putera Allah
1). Dipimpin Roh Kudus (Roma 8:4; Galatia 5;18).
2). Mempunyai kepercayaan seperti anak kepada Allah (Galatia 4:5,6).
3). Mepunyai kebebasan untuk masuk (Efesus 3:12).
4). Mempunyai kasih untuk saudara (1 Yohanes 2:9-11; 5:1).
5). Dengar-dengaran (1 Yohanes 5:1-3).
6. Penyucian
Arti dari Penyucian
Kata penyucian (sanctification – Inggris) dalam bahasa Grika “Hagiasmos”, menurut Vine digunakan dalam pengertian:
(a) dipisahkan untuk Allah, 1 Korintus 1:30; 2 Tesalonika 2:13; 1 Petrus 1:2;
(b) jalan hidup yang sesuai dengan pemisahan tersebut 1 Tesalonika 4:3,4,7; Roma 6:9; 1 Timotius 2:5; Ibrani 12:14.
Penyucian adalah hubungan dengan Allah yang kedalamnya masuk oleh iman, Kisah 26:18; 1 Korintus 6:11 dan utuk gelar dari manusia itulah kematian Kristus ditujukan, Efesus 5:25,26; Kolose 1:22; Ibrani 10:10,29; 13:12. Penyucian juga digunakan dalam Perjanjian Baru untuk pemisahan orang percaya dari hal-hal dan cara-cara yang jahat. Penyucian ini adalah kehendak Allah bagi orang percaya, 1 Tesalonika 4:13, dan merupakan tujuanNya dalam Injil, ayat 7. Hal itu harus dipelajari dari Allah, ayat 4, karena Ia mengajarkannya dengan FirmanNya, Yohanes 17:17,19, hal itu harus diikuti oleh orang percaya secara sungguh-sungguh dan tidak menyimpang, 1 Timotius 2:15, Ibrani 12:14. Kata “Hagiosune” menyatakan sifat yang suci, 1 Tesalonika 3:13, merupakan sesuatu yang tidak dapat diganti, yaitu tidak dapat dipindahkan atau dipertalikan karena merupakan milik pribadi yang dibangun sedikit demi sedikit, sebagai akibat dari kepatuhan pada Firman Allah, dan mengikuti teladan Kristus, Matius 11:29; Yohanes 13:15; Efesus 4:20; Filipi 2:5 di dalam kuasa Roh Kudus, Roma 8:13; Efesus 3:16.
Empat hal yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu :
1). Dipisahkan untuk Allah.Ini berarti dipisahkan dari kecemaran. Dalam pengertian lain yaitu disendirikan untuk diberikan kepada Tuhan. Orang Kristen disucikan pada saat pertobatan (1 Korintus 1:1,2; 1 Petrus 1:1,2; Ibrani 10:14).
2). Mengambil Kristus sebagai kesucian kita. Ini bersama-sama dengan pengambilan Kristus sebagai kebenaran dan kesucian kita (1 Korintus 1:30). Kita disucikan dalam Kristus (1 Korintus 1:2). Kesucian ini diperoleh dengan iman di dalam Kristus (Kisah 26:18). Orang percaya dianggap sebagai suci dan benar, karena ia diselimuti dengan kesucian Kristus. Oleh sebab itu semua orang percaya dipanggil sebagai “orang suci” dengan tidak memperhitungkan tingkat rohani mereka (Roma 1:7; 1 Korintus 1:2; Efesus 1:1; Filipi 1:1; Kolose 1:1).
3). Pemurnian dari Kejahatan Moral. Sebenarnya ini hanya bentuk lain dari pemisahan. Orang percaya dimintakan untuk memisahkan diri dari orang fasik secara umum (2 Korintus 6:17,18), guru-guru palsu dan doktrin palsu (2 Timotius 2:21; 2 Yohanes 1:9,10) dan dari sifat-sifat yang jahat (Roma 6:11,12; Efesus 4:22, 25-32; Kolose 3:5-9; 2 Korintus 7:1; 1 Tesalonika 4:3,7). Dalam hal-hal tertentu penyucian dianggap sebagai suatu tindakan yang tunggal sedang dalam hal lain sebagai satu proses yang kontinu. Selain dari pada itu dalam hal tertentu bersifat lahir sedang dalam hal tertentu bersifat ke dalam. Tetapi di dalam semua hal, pemurnian itu dianggap sebagai tindakan manusia dan bukan dari Allah. Allah telah memisahkan bagi diriNya orang-orang yang percaya di dalam Kristus dan pada gilirannya orang percaya itulah yang harus memisahkan dirinya bagi Tuhan untuk digunakanNya.
4). Menyesuaikan pada teladan Kristus. Dalam Roma 8:29 dikatakan, “Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” Proses penyucian kepada teladan Kristus berlangsung seumur hidup sampai bertemu dengan Tuhan.
Waktu Penyucian
1). Tindakan pertama penyucian. Alkitab mengajarkan bahwa pada saat seseorang percaya kepada Kristus, ia disucikan. Hal ini jelas dari fakta bahwa orang-orang percaya disebut “orang suci” di Perjanjian Baru dengan tidak melihat tingkat rohani masing-masing (Ibrani 10:10; Yudas 1:1,3). Dalam hal ini Kristus dijadikan “kesucian” bagi kita (1 Korintus 1:30).
2). Proses penyucian. Sebagai suatu proses, penyucian berlangsung sepanjang hidup. Jadi mula-mula harus ada persembahan hidup pada sebelum kesucian praktis dimungkinkan. Bila orang percaya sungguh-sungguh pada Tuhan, maka perkembangan di dalam penyucian akan terjadi dengan pasti. Jika oleh Roh mematikan perbuatan-perbuatan tubuh, maka ia akan hidup (Roma 8:13), menyucikan diri oleh ketaatan pada kebenaran (1 Petrus 1:22), mengeluarkan buah Roh (Galatia 5:22,23) dan Allah akan memakai dia dalam pelayanan. “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita menyucikan diri dari pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.” (2 Korintus 7:1).
3). Penyucian yang sempurna dan terakhir. Kesempurnaan yang akhir akan datang. “Tetapi jika yang sempurna itu tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap” (1 Korintus 13:10). Keselamatan dari dosa sekarang akan datang pada waktu kita akan bertemu dengan Tuhan sesudah kematian atau pada waktu kedatangan Yesus Kristus kedua kali (1 Yohanes 3:2; Ibrani 9:28; Yudas 1:23; 1 Tesalonika 3:13). Tubuh orang percaya akan dimuliakan (Filipi 1:20; Roma 8:23). Dengan memandang pada kesempurnaan yang akan datang, membawa kekuatan kepada kita untuk menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci (1 Yohanes 3:3).
Alat-alat Penyucian.
Ada dua pihak yang berperan dalam penyucian, yaitu Allah dan Manusia. Dalam penyucian maka Allah Trinitas ada karya yang dinyatakan dalam Alkitab. Allah Bapa menyucikan orang percaya yaitu dengan memperhitungkan kesucian Kristus kepadanya (1 Korintus 1:30), mengerjakan di dalam dia perkara yang berkenan kepadaNya (Ibrani 13:21). Kristus menyucikan orang percaya dengan memperhitungkan kesucian Kristus kepadanya (1 Korintus 1:30), mengerjakan di dalam dia perkara yang berkenan kepadaNya (Ibrani 13:21). Kristus menyucikan orang percaya dengan mempersembahkan kehidupanNya bagi orang percaya (Ibrani 10:10), menguduskan umatNya dengan darahNya (Ibrani 13:12; Efesus 5:25-27) dan di dalam menghasilkan kesucian bagi orang percaya melalui Roh (Ibrani 2:11). Roh Kudus menyucikan orang percaya di dalam hal Ia membebaskan orang percaya dari sifat daging (Roma 8:2), melawan kehendak daging (Galatia 5:17) dan menghasilkan buah Roh (Galatia 5:22,23).
Walaupun seseorang tidak dapat menyucikan dirinya sendiri, tetapi Allah mengambil prakarsa di dalam orang percaya. “Karena Allah-lah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya” (Filipi 2:13). Tetapi ada alat-alat yang dapat dikerjakan manusia di dalam penyuciannya yaitu :
1). Iman di dalam Kristus (Kisah 26:18).
2). Mengejar kesucian. Orang yang tidak berjalan dalam kesucian, tidak akan melihat Allah (Ibrani 12:14; 2 Korintus 7:1).
3). Mempelajari Alkitab, karena dengan itu akan mengungkapkan kelemahan dan menunjuk jalan keluar dari kegagalan (Yohanes 17:17,19; Efesus 5:26; 1 Timotius 4:5).
4). Pekabaran Injil, yang menunjuk pada perlunya kesucian dan mendorong untuk mengejarnya (Efesus 4:11-13; 1 Tesalonika 3:10).
5). Persembahan kehidupan kepada Allah (Roma 12:1; 6:13, 9-21; 1 Timotius 2:21).
Post a Comment