Menu

Gus Mendem Gus Mendem Author
Title: II. Yesus Dalam Nubuat Nubuat Perjanjian Lama
Author: Gus Mendem
Rating 5 of 5 Des:
IV. NUBUAT-NUBUAT PERJANJIAN LAMA MENGENAI OKNUM KRISTUS Penyelidikan atas nubuat-nubuat Perjanjian Lama mengenai kedatangan Mesias mengungk...

IV. NUBUAT-NUBUAT PERJANJIAN LAMA MENGENAI OKNUM KRISTUS
Penyelidikan atas nubuat-nubuat Perjanjian Lama mengenai kedatangan Mesias mengungkapkan bahwa ada dua aliran pemikiran. Aliran yang satu berbicara mengenai ke-Allahan Kristus, sementara yang lain berbicara mengenai kemanusiaan dari Kristus. Para penafsir Yahudi atas Perjanjian Lama tidak dapat mendamaikan aliran ini. Mereka tak dapat memahami bagaimana Mesias itu Ilahi, namun juga manusia. Oleh karena itu mereka salah memahami dan tidak bertemu dengan Mesias itu yang telah dinubuatkan oleh Kitab Suci mereka bahwa Ia akan datang.
A. Ke-Allahan dari Kristus.
Ayat-ayat yang berikut menyatakan ke-Allahan dari Kristus, menunjukkan bahwa Penebus itu adalah Allah yang berinkarnasi.
1. “Seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yesaya 7:14).
2. “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita … dan namaNya disebut orang : “Penasehat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai” (Yesaya 9:5-6). ” … Tuhan keadilan kita” (Yeremia 23:5-6).
3. Hai Betlehem … dari padamu akan bangkit bagiKu, seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala (sejak masa kekekalan)” (Mikha 5:1).
4. “Siapa namanya dan siapa nama anaknya ? Engkau tentu tahu” (Amsal 30:4).
5. “AnakKu engkau. Engkau telah Kuperanakkan hari ini” (Mazmur 2:7).
6. “Tahtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya (Mazmur 45:7).
B. Kemanusiaan Kristus.
Ayat-ayat ini menyarankan bahwa Penebus itu seorang manusia, lahir dari seorang perempuan. Ayat itu menyatakan kemanusiaan Mesias, sebagaimana ayat-ayat sebelumnya menyatakan ke-AllahanNya.
1. Penebus itu adalah “benih perempuan itu” yang akan meremukkan kepala ular itu (Kejadian 3:15). Ini adalah nubuat tentang Kelahiran dari Perawan dalam bentuknya yang mengandung teka-teki.
2. Mesias juga akan datang dari Kemah Sem (Kejadian 9:26).
3. Penebus adalah “benih Abraham” (Kejadian 22:18).
4. Penebus itu adalah “benih Ishak” (Kejadian 26:2-4).
5. Janji ini juga dikuatkan pada “benih Yakub” (Kejadian 28:13-14).
6. Mesias akan datang dari bangsa Israel (Bilangan 24:17-19).
7. Tuhan juga menubuatkan bahwa seorang nabi “seperti Musa” yang mati akan dibangkitkan dari antara saudara-saudaranya (Ulangan 18:15-18).
8. Mesias akan datang dari suku Yehuda (Kejadian 49:10-12).
9. Mesias akan datang dari keluarga Isai (Yesaya 11:1-2).
10. Mesias akan datang dari Rumah Daud (II Samuel 7:12-14).
11. Janji Kitab Suci bawha “seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan Ia akan menamakan Dia – Imanuel” (Yesaya 7:14).
12. Mesias ini adalah “seorang laki-laki, yang namaNya “Sang Tunas” (Zakharia 3:8; 6:10-12; Yesaya 11:1-4).
Semua referensi ini menunjukkan bagaimana Allah menyendirikan seorang laki-laki, kemudian suatu bangsa dari laki-laki”, yang namaNya “Sang Tunas” (Zakharia 3:8; 6:10-12; Yesaya 11:1-4).
Para nabi Perjanjian Lama menubuatkan Mesias sebagai Allah dan manusia, memiliki kodrat yang Ilahi dan manusiawi di dalam seorang oknum. Bahwa sulit untuk mendamaikan kedua aliran nubuat Mesianik itu tentu jelas, karena bagaimana dapat terjadi bahwa Penebus ini sebagai Allah dan manusia pada waktu yang sama? Hanya didalam kesaksian Perjanjian Baru mengenai penggenapan historis didalam Injil-injil dan kemudian adanya wahyu doktrinal di suratan-suratan kita dapat menemukan penyelesaian teka-teki itu dan dapat melihat bagaimana Allah mendamaikan kedua aliran nubuat ini. Mujizat inkarnasi adalah jawaban Allah atas pertanyaan itu. Semasa manusia diturunkan oleh seorang bapa secara manusiawi dan dilahirkan oleh seorang ibu sebagai manusia, mulai dari penciptaan Adam dan Hawa, orang tua yang pertama ini bukan halnya pada Mesias. Ia dilahirkan dari ibu manusia, seorang anak dara. Tetapi Ia tidak diturunkan oleh seorang bapa manusia, karena Allah adalah BapaNya. Anak ini adalah “benih perempuan itu” (Kejadian 3:15). Tetapi “Anak Allah” oleh anak dara (Yesaya 7:14). Ini mendapatkan penggenapannya yang mulia di dalam kelahiran oleh anak dara pada Yesus Kristus oleh kuasa dan naungan dari roh Kudus (Matius 1:18-23 dengan Lukas 1:35).
Para modernis dapat saja menolak kelahiran oleh anak dara, pengetahuan ilmiah mungkin saja tidak dapat mengakuinya, dan kesombongan rohani dapat saja menyatakan bahwa konsekuensinya tidak riil, namun pentingnya secara Alkitabiah dari hal ini bukan anggapan yang terlalu berlebihan. Di atas fakta kelahiran dari anak dara inilah doktrin Alkitab itu tergantung. Bila Yesus Kristus tidak lahir dari anak dara, Ia bukannya tanpa dosa, dan bila Ia bukan tanpa dosa, maka Ia sendiri memerlukan Juru Selamat. Bila Ia sendiri memerlukan keselamatan, maka Ia tak dapat menjadi Juruselamat kita, Tuhan atau Raja kita, dan semua rencana penebusan jatuh berkeping-keping ke tanah. Jadi kita perlu memahami dan mempercayai arti mendasar dari inkarnasi.
V. INKARNASI KRISTUS
A. Fakta Inkarnasi.
Semua penulis Perjanjian Baru membuktikan kebenaran dari Inkarnasi. Kelahiran Yesus Kristus adalah fakta historis dan penulis-penulis Alkitab di bawah inspirasi Roh Kudus memberikan kepada kita seluk-beluk dari peristiwa mujizat ini. Kata “inkarnasi” secara sederhana berarti “Allah mengambil pada DiriNya daging manusia”. Allah mengambil bentuk manusia atau menyaluti DiriNya dengan daging di dalam kelahiran dari anak dara itu. Asal-usul dari Kristus, Anak itu, dalam hal kemanusiaanNya, ditelusuri asalnya dari karya Roh Kudus. Allah menjadi manusia di dalam Yesus, ke-Allahan memakaikan kepada DiriNya kemanusiaan. A.B. Bruce mengatakan “Bukanlah kemanusiaan yang di Allahkan, tetapi turunnya Allah ke dalam kemanusiaan. Bukannya manusia yang mengambil Allah kepada dirinya, melainkan Allah yang mengambil kemanusiaan”.
1. Inkarnasi secara Historis.
a. Kepada Maria (Lukas 1:26-35, Yeremia 31:22).
Malaikat Gabriel dikirim kepada Maria, seorang dara muda Ibrani, untuk mengumumkan kelahiran Mesias. Perkataan itu jelas, Anak itu bukan hasil benih laki-laki, tetapi bahwa Roh Kudus sendiri yang menaungi perawan itu dan menempatkan di dalam kandungannya benih dari Allah Bapa. Anak ini nanti adalah sebagai ciptaan tanpa dosa yang dihasilkan oleh mujizat Allah dan respons dari anak dara yang suci ini. Tidak ada sesuatu yang tidak suci dalam kelahiran Anak ini, Allah akan menghasilkan mahluk tanpa dosa, yang sempurna, yang kekal dari mahluk berdosa, tidak sempurna dan yang fana. Inilah mujizat kelahiran dari anak dara. Ini tak dapat diterangkan oleh alat-alat yang murni manusiawi atau alamiah. Maria, dalam kepenuhan iman mau menerima tanggung jawab dan tantangan untuk menjadi ibu dari Kristus – Anak itu (Lukas 2:34-35).
b. Kepada Yusuf (Matius 1:18-25).
Matius, setelah mencatat silsilah Yesus memecahkan pola keturunan biasa dengan memperkenalkan kelahiran mujizat dari Yesus dengan “Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: laporan ini mengatakan bahwa Maria ternyata mengandung dari Roh Kudus. Silsilah Mesianik adalah kelahiran dari manusia, tetapi Mesias lahir dari Maria. Yusuf yang mengetahui bahwa isteri yang besertanya mengandung bermaksud untuk menceraikannya, supaya ia tidak akan dirajam mati, sesuai hukum Musa. Tetapi, malaikat dari Tuhan datang kepadanya dan secara khusus mengatakan kepadanya bahwa anak itu akan menjadi Anak yang akan dinamakan Yesus, Anak ini hasil dari naungan Roh Kudus dan menjadi Imanuel, yang berarti “Allah beserta kita”. Di dalam iman, Yusuf bersedia untuk menjadi pemelihara resmi dari anak yang lahir dari anak dara itu, menerima kesaksian dari malaikat mengenai kesucian dari isteri yang besertanya, dan menerima fakta mujizat dari kelahiran anak dara itu.
2. Inkarnasi secara Pribadi.
 Yesus sendiri memberikan banyak kesaksian tentang asal-usulNya sendiri termasuk kebenaran kelahiranNya secara mujizat. Yesus mengatakan “Aku datang dari Allah, Aku datang dari Bapa …” (Yohanes 16:27, 8:42). Yesus mengetahui bahwa Ia adalah Tuhan dari Daud (dalam hal ke-AllahanNya) dan anak Daud (dalam hal kemanusiaanNya – Matius 22:42-46, Wahyu 22:16, Mazmur 110:1). Dalam beberapa kesempatan Ia menyatakan bahwa Allah adalah BapaNya dan tidak pernah mengatakan bahwa Yusuf adalah BapaNya (Yohanes 2:16, 5:17-47, 6:32-40, 8:42). Allah Bapa juga membuktikan atas kelahiran anak secara mujizat. Tiga kali Ia bersabda dari Surga, dua kali dari padanya membuktikan fakta itu. “Inilah anakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan”. (Matius 3:16-19; 17:1-5; Yohanes 12:27-29). Inilah pengambilan tanggung jawab oleh Bapa atas cara kelahiran anakNya. Ini adalah cara Bapa mengakui kelahiran dari Anak, Yesus mengetahui mengenai keberadaanNya sebelumnya bersama Bapa, ke-AllahanNya, dan bahwa Ia dilahirkan dari perawan sebagai Manusia Allah. Menolak kelahiran dari perawan berarti menolak kesaksian Kristus, dan juga menyaksikan Bapa.
3. Inkarnasi secara Teologia.
Sudah diperdebatkan oleh mereka yang menolak kelahiran dari perawan bahwa para penulis suratan tidak pernah berbicara mengenai hal itu. Tetapi hal ini tidak demikian, karena mereka secara jelas berbicara tentang ke-Allahan Kristus dan kemanusianNya, namun lebih banyak dalam bahasa teologia. Kutipan-kutipan singkat yang berikut serta referensi-referensinya adalah cara rasul-rasul meneguhkan kebenaran dari kelahiran oleh perawan.
a. Paulus.
Rasul Paulus mempunyai beberapa ungkapan yang unik yang berbicara tentang inkarnasi. Ini membuktikan kebenaran mendasar kelahiran dari perawan.
(1) Yesus Kristus Tuhan kita menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud” (Roma 1:3-4).
(2) Allah mengutus AnakNya, pada waktunya, “yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum “Taurat” (Galatian 4:4).
(3) Di dalam Kristus “berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan” (Kolose 2:9; 1:19).
(4) Agunglah rahasia ibadah kita, “Allah telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia” (I Timotius 3:16).
(5) Perantara yang esa diantara Allah dan manusia, yaitu “manusia Kristus Yesus” (I Timotius 2:5).
(6) “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya, Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut” (Ibrani 2:14).
(7) Allah mengutus AnakNya “yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa” (Roma 8:3).
(8) Kristus datang dari bapa-bapa leluhur “dalam keadaanNya sebagai manusia” (Roma 9:5).
(9) Walaupun Kristus secara asli “dalam rupa Allah”, namun Ia telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil “rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Filipi 2:5-8).
(10) Waktu Yesus masuk ke dalam dunia dengan inkarnasi, Ia berkata, “Engkau telah menyediakan tubuh bagiKu” (Ibrani 19:5). Tubuh ini disediakan atau dilengkapi secara sempurna untuk melakukan kehendak Allah pada perawan Maria. Waktu Allah menjadikan Adam, Ia membuat tubuh dari debu tanah (Kejadian 2:7). Waktu Allah membuat Hawa, Ia membuat tubuh dari rusuk Adam (Kejadian 2:21-22). Semua mahluk manusia lainnya menerima tubuh melalui proses alamiah yang meliputi persatuan seorang laki-laki dan seorang perempuan, tetapi di dalam hal tubuh Anak Allah tidak diciptakan secara demikian, namun disediakan di dalam kandungan perawan Maria dengan kuasa Roh Kudus (Lukas 1:30-33).
b. Petrus.
Rasul Petrus juga mengetahui dengan wahyu kebenaran dari ke-Allahan Kristus dan kelahiran dari perawan.
(1) Petrus mengakui bahwa Yesus Kristus adalah “Anak Allah yang hidup” (Matius 16:16). Ia bukan hanya sebagai Anak Manusia, sebagaimana Yesus menyebutkan DiriNya, tetapi Anak Allah, Yesus mengetahui bahwa Petrus telah menerima wahyu ini dari Allah Bapa. Ini adalah acara lain untuk mengakui kelahiran dari perawan, dan keputeraan yang Ilahi dari Kristus.
(2) Ia telah dipilih sebelum menjadi Anak Domba Allah sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kita baru menyatakan diriNya pada zaman akhir (I Petrus 1:18-20). Pra-eksistensi, inkarnasi dan penebusan adalah kebenaran yang dinyatakan Petrus disini.
c. Yohanes.
Yohanes juga meneguhkan ke-Allahan dan kemanusiaan Kristus.
(1) Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita (Yohanes 1:1-3, 14-18). Inilah cara Yohanes berbicara mengenai kelahiran dari perawan.
(2) Nabi-nabi palsu menyangkal bahwa “Yesus Kristus telah datang sebagai manusia” (I Yohanes 4:1-3).
(3) Penyesat dan anti Kristus tidak mengakui bahwa “Yesus Kristus telah datang dan sebagai manusia” (2 Yohanes 7:10).
Setelah memperhatikan referensi-referensi singkat ini bahwa semua menunjuk kepada kebenaran mendasar dari inkarnasi, Yesus Kristus adalah Allah yang dimanifestasikan di dalam daging. Ialah Manusia Allah. Para rasul itu menguatkan secara teologis di dalam suratan-suratan mengenai kelahiran dari perawan sebagaimana telah dinyatakan secara historis di dalam Injil-injil.
Di dalam Matius, Yesus disajikan sebagai Anak Daud (Yesaya 11:1; Matius 1:1).
Di dalam Markus, Yesus disajikan sebagai Anak Manusia (Zakharia 3:8; Markus 8:38). Di dalam Lukas, Yesus disajikan sebagai Anak Adam (Zakharia 6:12-13; Lukas 3:38). Di dalam Yohanes, Yesus disajikan sebagai Anak Allah (Yesaya 4:2; 7:14; Yohanes 3:16).
Di atas fakta inkarnasi atau kelahiran dari perawan itulah kebenaran tentang pra-eksistensi, ke-Allahan, Juruselamat, ke-Tuhanan, kebangkitan dan keseluruhan rencan penebusan itu terletak.
B. Pentingnya Inkarnasi.
Ada dua perkara utama yang mengharuskan adanya inkarnasi. Kejatuhan dan keberdosaan manusia, serta Allah yang mengadakan dan memelihara perjanjian. Waktu Allah menciptakan manusia, itu adalah di atas dasar Perjanjian Eden. Fakta bahwa Allah adalah pembuat perjanjian dan pemeliharaan perjanjian berarti bahwa sebagai Pencipta Ia mewajibkan diri demi ciptaan itu (Kejadian 1:26-28). Waktu manusia berdosa Allah tetap diwajibkan oleh kehendakNya sendiri, terutama dalam hal penebusan. Ini harus digenapi oleh Perjanjian Baru (Yeremia 31:31-34) sesungguhnya semua perjanjian Allah menyokong fakta ini. Untuk menyatakannya secara lebih khusus, manusia berdosa dan oleh sebab itu berada dibawah hukuman maut (Kejadian 2:16-17). Jadi ia memerlukan seseorang untuk menebusnya dari maut. Tetapi semua yang akan lahir dari Adam bagaimanapun tidak dapat menebus saudaranya (Mazmur 49:7-8; 51:5; 58:3). Bila seorang manusia harus ditebus, maka manusia harus mati untuk manusia, dan bila tak seorangpun dari ras Adam yang dapat melakukan hal ini maka hanya Allah saja yang dapat menebus manusia sebagai Allah, Ia harus menjadi manusia. Kejatuhan manusia mengharuskan Allah yang memelihara perjanjian itu untuk menjadi manusia supaya menebus manusia kembali kepada hubungan dengan diriNya.
Dosalah yang mengharuskan inkarnasi. Tetapi, bila Allah harus menjadi manusia maka manusia itu harus tanpa dosa atau terpisah dari dosa. Bila tidak, maka Ia sendiri akan menjadi berdosa dan tidak sanggup menebus yang lainnya. Jawaban Allah kelihatan di dalam mujizat kelahiran dari perawan, dimana Allah memakaikan pada DiriNya dengan daging manusia dan dilahirkan oleh Maria ke dalam ras manusia. Tetapi tidak mewarisi sifat dasar manusi yang telah jatuh, yang berdsoa atau rusak. Ia mengambil kodrat manusia yang tanpa dosa dan menyatukannya dengan kodrat yang Ilahi. Waktu Allah menubuatkan sebelumnya malalui nabi Yeremia bahwa akan datang hari-hari waktu Ia akan mengadakan suatu Perjanjian Baru dengan Rumah Israel dan Rumah Yehuda, Ia mengharuskan DiriNya untuk mati. Ini juga mengharuskan adanya inkarnasi, karena Allah tidak dapat mati sebagai Allah, tetapi hanya sebagai manusia (Yeremia 31:31-34; Ibrani 8:8-13), mempunyai kekuatan sesudah manusia mati. Jadi Perjanjian Baru belum dapat berjalan sampai kematian dari yang mewasiatkan yaitu Yesus Kristus ringkasannya:
1. Manusia berdosa dan oleh sebab itu harus mati (I Korintus 15:21; Roma 5:12-21; Kejadian 2:16-17).
2. Hanya manusia yang dapat mati untuk manusia, tetapi tak seorangpun manusia yang lahir dari ras Adam yang memenuhi syarat, karena semua lahir di dalam dosa, dibentuk didalam kesalahan. Tak seorangpun yang lahir dari ras Adam yang bersih (Ayub 14:4; Mazmur 51:1-5; 58:3).
3. Hanya Allah yang dapat menebus manusia. Namun Allah tidak dapat menebus sebagai Allah, tetapi hanya sebagai manusia. Jadi Allah menjelma menjadi manusia yang tidak berdosa oleh inkarnasi untuk menebus sebagai Allah, tetapi hanya sebagai manusia. Jadi Allah menjelma menjadi manusia yang tidak berdosa oleh inkarnasi untuk menebus manusia kembali kepada DiriNya (Galatia 4:4-5; 1 Petrus 2:22; 1 Yohanes 3:5; 2 Korintus 5:21). Oleh kelahiran dari perawan, Allah menghasilkan mahluk ciptaan yang tanpa dosa dari mahluk ciptaan yang berdsoa.
C. Sifat Dasar dari Inkarnasi.
Sifat dasar inkarnasi diberikan kepada kita oleh Paulus di surat Filipi dalam penghinaan diri rangkap tujuh. Tujuan langkah penghinaan diri oleh Kristus dituliskan di dalam ringkasan dari Filipi 2:6-8 berikut:
1. Walaupun dalam rupa Allah.
2. Tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan.
3. Melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri.
4. Mengambil rupa seorang hamba.
5. Menjadi sama dengan manusia.
6. Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya.
7. Taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib.
Perendahan diri rangkap tujuh ini dapat diringkaskan menjadi tiga pokok teologis besar :
1) Ke-AllahanNya, klausa 1 dan 2;
2) KemanusiaanNya, klausa 3,4 dan 5
3) PenyalibanNya, klausa 6 dan 7.
Waktu Paulus menyatakan bahwa Kristus “telah mengosongkan diriNya sendiri”, ia mengatakan bahwa Kristus mengosongkan diriNya. Dengan adanya “dalam rupa Allah” lalu mengambil “rupa seorang manusia” disana ada proses pengosongan diri ini dikatakan sebagai Teori Kenosis. Ungkapan “mengosongkan diriNya” berasal dari kata Grika “Kenoo” yang berarti “menjadikan kosong”. Para teolog umumnya menerima Teori Kenosis, bahwa Kristus memang mengosongkan diriNya dalam inkarnasi, namun ada banyak kesalah-pahaman mengenai teori ini. Pertanyaan yang biasa yaitu, “dengan cara bagaimana Kristus mengosongkan diriNya? “terdiri dari apakah pengosongan diri itu?” dan “waktu menjadi manusia apakah Ia berhenti menjadi Allah?”.
1. Konsep-konsep yang salah.
a. Teori ini berpegang bahwa Kristus di dalam pengosongan diriNya, mengesampingkan ke-AllahanNya, melepaskan atribut-atribut esensialNya waktu Ia mengambil kemanusiaan pada diriNya. Dapat dibuktikan bahwa Yesus selalu sadar akan ke-AllahanNya. Ke-Allahan dapat mengambil kemanusiaan dan menyatukan dengan diriNya namun tidak dapat berhenti dari ke-Allahan, maka Yesus adalah Allah yang memanifestasikan di dalam daging.
b. Ia mengosongkan diriNya dari pemilikan atribut-atribut Ilahi. Teori ini berpegang bahwa waktu menjadi manusia, Kristus melepaskan dari atribut-atribut ke-Allahan esensial tertentu, seperti kemaha-kuasaan, kemaha-hadiran, dan kemaha-tahuan. Dipihak lain, teori ini berpegang bahwa Kristus waktu menjadi manusia tidak mengosongkan diriNya dari atribut-atribut moralNya, seperti kasih, kebenaran, kekudusan dan kehidupan atribut esensial lain seperti self eksistensi (keberadaan sendiri), kekekalan dan kesatuan dengan Bapa tidak diserahkan. Tetapi, bila sekiranya Kristus telah menyerahkan beberapa atribut Ilahi, dan rupanya ini tidak mungkin, maka Ia sudah berhenti dari menjadi Allah sepenuhnya.
c. Ia mengosongkan diriNya dari Pemilikan secara nyata akan atribut-atribut Ilahi. Teori ini berpegang bahwa Kristus tidak membebaskan diriNya dari atribut-atribut esensial dan moral, tetapi hanya bertindak seolah-olah Ia tidak memilikinya. Teori ini memperkenalkan unsur penipuan yang sama sekali bukan sifat dari Allah yang benar.
d. Ia mengosongkan diriNya dari penggunaan atribut-atribut Ilahi. Konsep ini berpegang Kristus dalam pengosongan diriNya, berhenti menggunakan atribut-atribut Ilahi. Ini berpegang bahwa Ia tidak berhenti memiliki kodrat Ilahi dan atribut ilahi tetapi hanya berhenti menggunakannya. Tetapi, Injil-injil seperti yang akan terlihat menunjukkan bahwa Ia menggunakan atau mempraktekkan atribut-atribut Ilahi sewaktu-waktu.
2. Konsep yang benar.
Waktu menjadi manusia Kristus tidak berhenti menjadi Allah, dan Ia juga tidak melepaskan dari pemilikan atau menggunakan atribut-atribut Illahi, baik yang esensial maupun yang moral. Nanti akan dilihat bahwa Allah tidak berubah menjadi manusia, tetapi hanya mengambil kodrat manusia tanpa berhenti menjadi Allah.
Jadi terdiri dari apakah pengosongan diri ini ? Kristus menyerahkan penggunaan yang bebas dari atribut-atribut Ilahi. Ia mengesampingkan prerogatifNya sebagai Allah untuk bertindak sebagai Allah, dan menjadi tergantung pada kehendak Bapa untuk pelaksanaan, bekerjanya atau manifestasi apapun dari atribut-atribut ini. A.H. Strong dalam “Systematic Theology” mengatakan “Perendahan diri ini terdiri dari penyerahan yang terus menerus di pihak Manusia-Allah sejauh yang dimaksudkan adalah kodrat manusiaNya, di dalam menerapkan kuasa-kuasa Ilahi yang dengannya diberkati berdasarkan persatuanNya dengan yang Ilahi, dan di dalam penerimaan sukarela, yang mengikuti ini, yaitu pencobaan, penderitaan dan kematian.”
a. Kristus selalu adalah Allah.
Sebelum inkarnasiNya, Kristus adalah dalam rupa Allah (Filipi 2:6-8). Waktu menjadi manusia Ia tidak berhenti menjadi Allah. Kebenaran dari ke-AllahanNya yang esensial sebelum inkarnasiNya menghindari bahwa Ia dapat berhenti menjadi Allah karena menjadi manusia. Yesus adalah Allah sebelum dan selama inkarnasiNya. Tidak pernah Ia berhenti menjadi Allah, Ia kekal sebagai Allah, tetapi mengambil kemanusiaan atas diriNya. Waktu mengambil kemanusiaan, Ia tidak mengosongkan diriNya dari ke-Allahan. Menolak hal ini berarti jatuh ke dalam bidat dari abad-abad permulaan dan bersekutu dengan mereka yang menolak ke “Allahan Kristus”.
Herbert Lockyer dalam “All the Doctrines of the Bible” mengatakan: “Pada inkarnasiNya Kristus menambahkan pada kodrat IlahiNya yang sudah ada kondrat manusia dan menjadi Manusia-Allah. Di masa generasi kita, ditambahkan pada kodrat manusia kita yang sudah ada, kodrat Ilahi sehingga kita menambil bagian dalam kodrat Ilahi itu (2 Petrus 1:4). Jadi, seperti Kristus, setiap orang Kristen yang benar adalah manusia-Ilahi”.
Dalam mengutip Dr. Lousis Berkhof, Lockyer selanjutnya menulis “Kristus mempunyai kodrat manusia, tetapi Ia bukan oknum manusia. Oknum perantara adalah Anak Allah yang tak dapat diubah. Dalam inkarnasi Ia tidak berubah menjadi oknum manusia, dan juga Ia tidak mengambil oknum manusia. Ia hanya mengambil, sebagai tambahan atas kondrat IlahiNya, kodrat manusia yang tidak berkembang menjadi suatu kepribadian yang bebas, tetapi menjadi pribadi di dalam oknum dari Anak Allah”.
b. Kristus selalu memiliki atribut Ilahi.
Waktu menjadi Manusia, Kristus tidak mengosongkan diriNya dari suatu atribut esensial atau moral apapun. Kita mencatat ini dalam ayat-ayat Firman Tuhan berikut:
(1) Atribut-atribut Esensial.
(a) Kemaha-hadiran (Yohanes 3:13; Matius 28:19-20; 18:20).
Yesus tahu, sebagai Anak Allah, bahwa Ia ada di bumi dan juga ada di Sorga. Inilah kemaha-hadiran. Hanya dengan atribut ini Ia dapat beserta dengan umatNya dimana saja pada setiap waktu.
(b) Kemaha-kuasaanNya (Yohanes 6:36; 14:11; 10:25, 37-38; 15:24).
Karya Kristus adalah karya Ilahi. Ada pekerjaan tertentu yang hanya dapat dilakukan oleh Allah. Yesus mengampuni dosa, menyatakan nama Ilahi, AKU ADA, dan mempraktekkan kuasa-kuasa kreatif yang hanya menjadi milik ke-Allahan Yesus adalah Maha Kuasa.
(c) Kemaha-tahuan (Yohanes 2:24-25; 18:4).
Yesus mengetahui semua manusia. Ia juga mengetahui semua yang ada didalam manusia. Dalam hal ke-AllahanNya, Ia mengetahui semuanya. Tak ada yang tersembunyi dari pemandanganNya.
(d) Tak berubah (Ibrani 1:12; 13:8).
Yesus Kristus sama kemarin, sekarang dan selama-lamanya. WatakNya, kasihNya dan kehidupanNya tidak pernah berubah.
(e) Self-eksistensi (Yohanes 8:58, Yohanes 1:4; 5:26).
Yesus memberikan kepada manusia kehidupan kekal dengan mengatakan bahwa hidup adalah di dalam diriNya. Ia yang memiliki Anak Allah mempunyai kehidupan kekal. Ini adalah atribut ke-Allahan (1 Yohanes 5:26). Yesus adalah Anak Allah yang kekal, Ia memberikan kehidupan kekal kepada semua yang akan percaya kepada Bapa melalui Dia.
(f) Kekal (Wahyu 1:8; Yohanes 3:16; 5:26).
Yesus adalah Anak Allah yang kekal. Ia memberikan kehidupan kekal kepada semua yang akan percaya kepada Bapa melalui Dia.
(2) Atribut-atribut Moral.
Atribut-atribut moral berikut juga dimanifestasikan dalam Anak Allah. Waktu menjadi Manusia, Ia tidak mengosongkan diriNya dari atribut-atribut moral ke-Allahan.
(a) Kekudusan (Markus 1:24, Wahyu 4:8, 1 Petrus 1:15-16).
(b) Kebenaran (1 Korintus 1:30, Yeremia 23:4-5, 1 Yohanes 2:1-2).
(c) Kasih (Yohanes 3:16, Galatia 2:20, 1 Yohanes 4:16-19). Yesus Kristus dimanifestasikan sebagai kasih yang sempurna. Ini meliputi kebaikan, kemurahan, kasih sayang dan kebaikan hati, semua ini adalah kualitas dari kasih Allah (Efesus 2:4-7, Titus 3:4-7).
(d) Kesetiaan (Yohanes 14:6), 1 Yohanes 5:20, Ibrani 2:17. Yesus Kristus adalah kesetiaan yang dipersonifikasikan.
Yesus dulu dan sekarang adalah Allah, memiliki atribut-atribut esensial dan moral ke-Allahan Ia memiliki atribut-atribut Allah karena Ia adalah Allah. Yesus sadar akan ke-Allahan dan ManusiaNya.
c. Kristus sebagai Allah menjadi Manusia yang tergantung.
Pengosongan diri Kristus sebagai Allah adalah di dalam fakta bahwa Ia merendahkan diriNya, dan dari rupa Allah, Ia memakaikan kepada diriNya rupa seorang hamba. Walaupun ia adalah Allah dan tak pernah berhenti sebagai Allah karena inkarnasi, Ia menjadi manusia yang tunduk,yang taat dan yang tergantung dari Bapa dalam melakukan atribut-atribut esensialNya. Dari kehendak bebasNya Ia menundukkan diriNya sebagai Manusia Allah kepada kehendak Allah di dalam ketergantungan sepenuhnya pada Roh Kudus.
Anak itu mengambil pada diriNya keterbatasan dari kemanusiaan yang sempurna dan melaksanakan penyerahan yang terus menerus dari kehendakNya. Ia tidak perlu menderita lapar, haus, keletihan, susah, penderitaan atau kematian, dan tidak pernah menggunakan prerogatifNya yang Ilahi untuk meringankan kelemah-lembutan kodrat manusia ini.
Perendahan diri ini tidak dipaksakan kepadaNya atau bertentangan dengan kehendakNya, tetapi kasih ke-Allahan yang kekal yang mengharuskan Dia untuk mengerjakan penebusan manusia yang telah jatuh. Kristus dengan senang hati melakukan kehendak Bapa (Mazmur 40:6-7, Ibrani 1:5-10). Sebagai Manusia-Allah yang tunduk dan tergantung Ia mengatakan bahwa Ia tak dapat melakukan sesuatu apapun dari diriNya tetapi hanya yang diarahkan Bapa (Yohanes 5:30). Jadi Ia tidak pernah bertindak yang bertentangan dengan kehendak Bapa dan setiap pelaksanaan atau pengungkapan atribut esensial atau moral selalu bersesuaian dengan kehendak Bapa sebagai Manusia Allah yang sempurna, Ia sepenuhnya tergantung pada Roh Kudus atas semua yang Ia katakan dan lakukan. Ringkasannya:
(1) Dalam pengosongan diriNya Ia membuang kemuliaan, keagungan yang cemerlang pengungkapan luar dari ke-Allahan yang dimilikiNya bersama Bapa (Yohanes 17:5).
(2) Dalam pengosongan diriNya Ia membuang rupa Allah dan mengambil pada diriNya bentuk hamba, namun tak berhenti sebagai Allah. Ini Ia lakukan dalam kelahiran dari perawan (Yohanes 1:14, Filipi 2:6-8, 1 Petrus 1:16-18).
(3) Dalam pengosongan diriNya Ia mengajarkan apa yang hanya dikatakan BapaNya untuk dikatakan (Yohanes 5:30, 8:28, 35, 12:44-50).
(4) Dalam pengsongan diriNya Ia hanya melakukan apa yang ditunjukkan oleh BapaNya untuk dilakukan (Yohanes 5:36).
(5) Dalam pengosongan diriNya Ia mempraktekkan hanya otoritas yang diberikan Bapa kepadaNya (Yohanes 10:18).
(6) Dalam pengosongan diriNya Ia menjadi tergantung secara sukarela kepada urapan dan kuasa kemampuan dari Roh Kudus (Kisah 10:38, Lukas 4:14-18, Matius 12:36, Ibrani 9:14, Kisah 1:2).
(7) Dalam pengosongan diriNya Ia mengesampingkan pelaksanaan secara bebas atribut-atribut IlahiNya, dan hanya melaksanakan apa yang dikehendaki Bapa. Ini adalah penempatan diri lebih rendah untuk maksud penebusan. Ia tidak pernah menggunakan sesuatu prerogatif IlahiNya untuk maksud kepentingan diri (Yohanes 14:28: 3:16; 10:18, 1 Korintus 11:3; 15:27-28).
D. Alasan untuk Inkarnasi.
Ada sembilan alasan akan inkarnasi dan semua mendapat penggenapan secara penuh di dalam oknum dan karya Kristus.
1. Untuk mengukuhkan perjanjian keselamatan yang diadakan pada nenek moyang.
Allah membuat janji perjanjian dengan para patriarkh: Adam, Nuh, Abraham, Isak dan Yakub. Perjanjian-perjanjian ini termasuk keselamatan Israel dan orang kafir melalui benih perempuan itu, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Kristus datang dalam inkarnasi untuk menggenapi janji-janji yang diberikan kepada bapa-bapa ini (Roma 15:8-9, Matius 1:1, Yesaya 7:14; 9:69, Kejadian 3:15; 22:18, Mikha 5:1-2).
2. Untuk menggenapi hukum Taurat, Mazmur dan Nabi-nabi.
a. Hukum Taurat. Menggenapi Hukum Taurat secara Moral.
Yesus datang untuk menggenapi tuntutan Hukum Taurat dan memuaskan tuntutan kekudusan Allah. Adalah perlu bagi seorang untuk menggenapi hukum Taurat sebelum Ia dapat menebus yang melanggarnya, manusia melanggar hukum Taurat dan berada di bawah penghukuman maut. Yesus adalah satu-satunya manusia yang pernah memelihara secara sempurna hukum Taurat Allah itu. Segi tipe dari hukum Taurat meliputi : pelayanan korban, keimanan, persembahan dan masa raya. Hukum upacara ini adalah tipe dari pelayanan keimanan dari Kristus Ia datang untuk menggenapi hukum Taurat di dalam semua hal sampai yang terkecil di dalam oknum dan karyaNya sendiri.
b. Mazmur.
Banyak Mazmur adalah mesianik. Mazmur-mazmur ini menubuatkan penderitaan Kristus dan kemuliaan yang menyusul (1 Petrus 1:10-12). Kristus datang untuk menggenapi hal-hal ini.
c. Nabi-nabi.
Hukum Taurat, Mazmur dan Nabi-nabi menunjuk kepada Kristus yang akan datang, Penebus yang akan datang. Mereka memberi tipe dan menubuatkan oknum dan karyaNya. Yesus secara khusus menyatakan bahwa Ia datang untuk menggenapi semua yang ada dalamnya (Matius 5:17-18, Lukas 16:16, Roma 2:21, Ibrani 10:5-8, Lukas 24:27, 44:16, Galatia 4:4-5, Mazmur 16:8-10, 22:1-8, 41:9-11).
3. Untuk memberikan Wahyu yang lengkap tentang Allah Bapa para orang suci,
Nabi-nabi dalam Perjanjian Lama hanya memberikan wahyu sebagian-sebagian tentang Allah dan tidak dapat memberikan wahyu yang penuh dan sempurna. Hanya Anak Allah, yang adalah Allah yang berinkarnasi yang dapat melakukan hal ini. Didalam Kristus Allah dipakaikan dengan daging manusia. Wahyu khusus dalam Perjanjian Baru adalah mengenai Bapa, Yesus Kristus adalah wahyu yang paling penuh dan jelas dari hubungan Bapa dan Anak yang dikehendaki Allah untuk dimasuki oleh mereka yang lahir baru (Yohanes 1:14-18; 14:9; 16:27, Matius 6:8, 5:45, Mazmur 103:13, Yohanes 3:1-5, Matius 11:27, 1 Yohanes 3:1-2).
4. Untuk menghancurkan pekerjaan dari iblis dan kerajaannya.
Kerajaan iblis adalah kerajaan gelap dan semua pekerjaannya datang dari alam itu. Dosa, penyakit, kesakitan, maut dan belenggu adalah karya dari iblis. Yesus datang untuk menghancurkan semuanya dan membawa manusia keluar dari kerajaan gelap ke dalam kerajaan terang (1 Yohanes 3:5, 8; Roma 13:12, Efesus 5:11, Ibrani 2:14-15, Yohanes 12:31; 14:30, Wahyu 20:10-15).
5. Untuk hidup dalam kehidupan manusia tanpa dosa secara sempurna
Yesus datang supaya hidup dalam kehidupan yang sempurna dan tanpa dosa sebagaimana yang Allah kehendaki manusia ada di bumi ini, Adam jatuh dari kehidupan ini, tetapi Yesus hidup dalamnya. Walaupun para penulis Alkitab memberikan ajaran yang tak mungkin salah dalam inspirasi Roh, namun tak seorangpun dari mereka yang tidak salah di dalam watak, hanya Yesus sendiri yang tidak berdosa, tak ada ketidak sempurnaan di dalam watakNya. Ia tidak mempunyai kodrat manusia yang jatuh atau yang duniawi. Oleh sebab itu Ialah satu-satunya manusia teladan kita yang sempurna (1 Yohanes 2:6, 1 Petrus 2:21, Matius 11:29).
6. Untuk menanggalkan dosa oleh pengorbanan diriNya.
Upah dosa adalah maut dan satu-satunya jalan untuk menanganinya adalah kematian korban. Waktu Adam jatuh, Allah memperkenalkan sebagai Imam Raja Yesus menggabungkan di dalam diriNya apa yang dinyatakan di dalam orde Melkisedek (2 Timotius 4:18, Yeremia 23:5-6, Kejadian 14:18-19, Ibrani 7:1-29, Zakaria 6:12; 3:8, Ibrani 1:8, Lukas 1:30-33, Kejadian 17:6, 16; 49:9-10, Yesaya 11:1, 9:6-9, Bilangan 24:17, Matius 2:2, Yohanes 1:49, 1 Timotius 1:17; 6:5). Yesus Kristus menggabungkan di dalam diriNya semua jabatan Perjanjian Lama sebagai Hakim, Kristus adalah Juru Selamat bagi Allah dan Pelepas kita. Sebagai Nabi, Kristus adalah Firman Allah bagi kita, sebagai Imam, Kristus adalah Mediator Pembela dan Perantara Allah sebagai Raja, Kristus adalah pemerintah Allah dan Kekuasaan atas kita.
7. Untuk menjadikan Perjanjian Baru berjalan.
Kristus datang untuk menggenapi di dalam diriNya semua ucapan di Perjanjian Lama termasuk semua perjanjian. Ia datang untuk menjadikan Perjanjian Baru sebagaimana yang dinubuatkan Yeremia itu berlaku. Hanya berdasarkan kematian dari pewasiatlah janji-janji berkat Perjanjian Baru dapat berjalan dan dapat diperoleh oleh seisi dunia (Yeremia 31:31-34; Ibrani 8; Matius 26:26-28). Perjanjian Baru adalah penggenapan dari semua perjanjian sebelumnya dan membawa manusia yang ditebus kepada maksud dari perjanjian yang diadakan dalam sidang ke-Allahan di kekekalan sebelum dosa mulai (Ibrani 13:20).
8. Untuk menggenapi semua jabatan Perjanjian Lama.
Ada empat jabatan utama Perjanjian Lama yang membayangkan pelayanan Kristus yang untuk itu Ia datang untuk menggenapinya.
a. Jabatan Hakim.
Hakim adalah pelepas dan penyelamat umat Allah, Israel. Masing-masing dari mereka dalam jabatannya adalah tipe dan membayangkan pada Kristus sebagai Hakim, Pelepas dan Juru Selamat. Fungsi utama mereka adalah untuk melepaskan Israel dari belenggu perbudakan dan penindasan dari musuh mereka dan membawa mereka kembali kepada hubungan mereka dengan Tuhan Allah. Ini juga sebagai pelayanan Kristus kepada umatNya (Hakim 2:14, Nehemia 9:27, Yohanes 5:19-20, Kisah 17:31, Yesaya 33:22, Wahyu 20:11-15, Kisah 5:31). Injil Yohanes secara khusus menyajikan Kristus sebagai Hakim dan Juru Selamat.
b. Jabatan Nabi.
Musa secara khusus membayangkan Kristus sebagai Nabi, Firman Allah kepada manusia. Nabi-nabi Israel adalah juru bicara Allah untuk umatNya. Mereka datang dari Allah dan mewakili Allah pada manusia. Dengan demikian mereka membayangkan sebelumnya Kristus yang datang dari Allah, dan mewakili Allah pada manusia, menjadi Firman yang terakhir, wahyu yang sempurna dari Allah kepada manusia (Yohanes 1:17-18, Lukas 10:16, Ibrani 1:1-2, Kisah 2:22-23; 7:37, Lukas 13:33, Matius 13:57, Ibrani 12:25, Yohanes 6:14, 7:40, Lukas 7:16, Keluaran 4:14-16, 17:1, Ulangan 18:15-18). Kristus adalah Guru yang tidak dapat salah dan Nabi Allah. Injil Markus terutama menyajikan Kristus sebagai Nabi.
c. Jabatan Imam.
Bila nabi mewakili Allah kepada manusia, imam mewakili manusia kepada Allah. Harun Imam Besar dan semua imam yang sesudahnya dalam jabaan mereka menjadi tipe dari Kristus dalam jabatan ini. Kualifikasi, pengurapan dan pentahbisan imam pada jabatan mereka menjadi tipe dari Kristus sebagai Imam Besar kita dalam fungsiNya. Ia imam bukan menurut “orde Harun” tetapi menurut “orde Melkisedek” (Imamat 21:16-24, Keluaran 28-29, Imamat 8:23-26, Ibrani 1:9, Zakharia 6:12-13, 1 Samuel 2:27-35). Gereja juga disebut sebagai mengikuti orde Melkisedek (1 Petrus 2:5-8, Wahyu 1:6, 5:9-10). Jabatan ini secara vital dihubungkan dengan sistim korban persembahan karena dosa. Kristus sebagai Imam Besar, dengan mempersembahkan diriNya menggabungkan yang mempersembahkan dan persembahan di dalam seorang oknum. Ialah pendamaian, Pembela, Perantara, Imam Besar untuk dosa-dosa manusia (Ibrani 2:10, 17-18, 4:15-16, 5:1-5, 1 Timotius 2:5, Yesaya 53:10-13, Yohanes 1:29, 36; 1 Yohanes 2:1-2, Mazmur 110:4).
Kristus sebagai Imam di bumi mempersembahkan di mezbah Kalvari tubuhNya dan darahNya sendiri sebagai korban yang tertinggi untuk dosa. Kristus sebagai imam di Sorga mengadakan perantaraan di mezbah sorgawi bagi umatNya sendiri. Ini adalah berdasar paa kebangkitan dan kenaikanNya dan menggenapi yang ditipekan pada upacara Hari Pendamaian besar sebagaimana diatur di Imamat 16 (Ibrani 7:26-27, Roma 3:25, Ibrani 8:1-2, 9:24, Roma 8:34). Injil Lukas terutama menyajikan Kristus sebagai Imam kita.
d. Jabatan Raja.
Raja-raja Israel dan Yehuda, walaupun tidak sempurna di dalam karakter dan perbuatan, membayangkan Tuhan Yesus Kristus yang akan menjadi Raja segala raja dan Tuhan semua tuan, Anak Daud. Inkarnasi juga untuk menggenapi Perjanjian Daud yang menjanjikan Mesias Raja menjadi pemerintah yang tertinggi dari dunia (Mazmur 89, Mazmur 2, Mazmur 45, Mazmur 72, Mazmur 110, Yohanes 18:26, 2 Samuel 7:8-17, Wahyu 15:3, 19:16). Injil Matius terutama menyajikan Kristus sebagai Raja.
Sebagai Imam-Raja Yesus menggabungkan di dalam diriNya apa yang dinyatakan di dalam orde Melkisedek (2 Timotius 4:18, Yeremia 23:5-6, Kejadian 14:18-19, Ibrani 7:1-29, Zakharia 6:12, 3:8, Lukas 1:30-33, Kejadian 17:6, 16, 49:9-10, Yesaya 11:1, 9:6-9, Bilangan 24:14, Matius 2:2, Yohanes 1:49, 1 Timotius 1:17, 6:5).
Yesus Kristus menggabungkan di dalam diriNya semua jabatan Perjanjian Lama. Sebagai Hakim, Kristus adalah Juru Selamat bagi Allah dan Pelepas bagi kita. Sebagai Nabi, Kristus adalah Firman Allah bagi kita. Sebagai Imam Kristus adalah Mediator, Pembela dan Perantara Allah. Sebagai Raja Kristus adalah Pemerintah Allah dan kekuasaan atas kita.
9. Untuk menyempurnakan rencana Penebusan pada kedatanganNya kedua kali.
Kedatangan Pertama Kristus oleh inkarnasi hanya merupakan persiapan untuk kedatangan kedua dari Kristus. Kedatangan pertama dan semua yang tercakup dalam rencana penebusan membuat jalan bagi yang kedua kali. Kedatangan yang pertama adalah pembukaan dari rencana penebusan dan kedatangan yang kedua adalah penyempurnaan dari hal itu. Dalam kedatangan pertama kita diselamatkan dari rasa salah dan hukuman dosa dan dalam kedatangan kedua kita akan ditebus sepenuhnya dari kuasa dan kehadiran dosa, kedatangan kedua menyelesaikan apa yang dimulaikan pada kedatangan pertama, masing-masing tidak lengkap tanpa yang lainnya (Daniel 9:24-27, Roma 8:18-25, Ibrani 9:27-28, Filipi 3:21, 1 Korintus 15:25-28, 1 Tesalonika 4:15-18).



Dari Author

Post a Comment

 
Top