Dari tulisan asli: What does the Bible say about Islam?
Dalam kitab Kisah Para Rasul kita melihat para rasul Yesus menginjili banyak kelompok yang berbeda. Ada orang Yahudi, orang Samaria, penguasa Romawi dan Yahudi, penyihir, filsuf, penyembah berhala, ditambah pengikut Zeus, Artemis, dan Yohanes Pembaptis—tetapi tidak ada Muslim. Ada alasan yang jelas untuk ini: Islam baru muncul sekitar 600 tahun setelah Yesus. Oleh karena itu, ketika Anda membaca Perjanjian Baru, topik Islam dan pribadi Muhammad tidak pernah disebutkan (walaupun Yesus memperingatkan secara umum tentang nabi palsu dalam Matius 7:15-16 dan 24:24-25).
Bagaimana dengan Perjanjian Lama?
Muslim mengklaim bahwa Muhammad adalah keturunan Ismail. Hal ini telah membuat baik Muslim maupun Kristen sama-sama melihat ke kitab Kejadian untuk menemukan asal-usul Islam dan Muhammad. Tetapi tidak ada catatan Ismail pernah menyebut agama Islam atau pribadi Muhammad, juga tidak ada indikasi tentang Islam atau Muhammad di masa depan.
Alkitab tidak berbicara tentang Islam atau Muhammad dengan cara yang sama seperti Al-Qur'an berbicara langsung tentang Kristen. Hal ini tidak memberi kita petunjuk bagaimana memahami Islam seperti Islam memahami agama-agama lain.
Karenanya, umat Islam yang mempelajari imannya dengan baik, benar-benar siap untuk melawan Kekristenan—dan kesiapan ini wajib. Mereka dengan sopan menolak, atau masih tetap sopan, tapi menggugat keras pesan-pesan Injil, dan curiga serta meremehkan Alkitab. Komunitas Muslim merasa percaya diri baik dalam menolak kekristenan maupun dalam menjelaskan kepada umat Kristen sendiri tentang Yesus yang sebenarnya. Mereka siap berdebat dan menampilkan Islam sebagai koreksi terhadap Kristen—meskipun belum tentu mengatakan bahwa Kristen itu salah.
Mereka mungkin hanya mencoba menegaskan bahwa sesungguhnya Kristen dan Islam adalah ajaran yang sama. Sangat umum mendengar Muslim berkata bahwa kita sama-sama percaya pada Tuhan; kita sama-sama percaya pada Yesus; kita sama-sama mengikuti agama Ibrahim. Mereka juga tahu di mana letak perbedaan antara Kristen dan Islam dan topik apa saja yang harus dihindari. Islam mempersiapkan umatnya untuk menyajikan semua ini dengan banyak cara.
Situasinya terbalik bagi umat Kristen. Karena Alkitab tidak berhubungan langsung dengan Islam, belajar tentang Islam adalah opsional. Umat Kristen tidak diharuskan untuk mempelajari doktrin-doktrin utama Islam sebagai bagian dari menjadi Kristen, dan banyak umat Kristen yang secara aktif mempelajari keimanannya, tidak pernah belajar tentang Islam sama sekali. Hasilnya, umat Kristen pada umumnya tidak siap untuk berapologet dengan Muslim. Mereka tidak siap untuk menjawab keberatan Muslim terhadap Injil. Mereka tidak siap untuk menangkis serangan berbasis penelitian yang baik terhadap Alkitab dan doktrin Kristen. Mereka tidak siap untuk klaim yang dibangun berdasarkan fakta-fakta sejarah. Ini bisa sangat meresahkan manakala seorang Muslim menantang mereka untuk membahasnya.
Saya tidak mengatakan bahwa Alkitab tidak cukup. Saya percaya Alkitab sangat cukup. Apa yang ingin saya sampaikan adalah bahwa cara Al-Qur'an mempersiapkan umat Islam untuk menghadapi Kristen sama sekali berbeda dengan cara Alkitab mempersiapkan umat Kristen untuk menghadapi Islam, dan umat Kristen perlu menghargai hal ini.
Saya punya seorang teman yang dibesarkan di sebuah gereja yang percaya Alkitab mengajarkan Kitab Suci dengan baik. Dia memanfaatkan sepenuhnya peluang pelatihan yang ditawarkan kepadanya. Setelah bekerja sebagai dokter selama beberapa waktu, dia menyelesaikan gelar Teologi di sebuah perguruan tinggi teologi yang sangat baik. Posisi pelayanan pertamanya adalah di kampus universitas tempat dia bertemu dengan seorang mahasiswa Muslim tahun pertama berusia 18 tahun. Pemuda Muslim itu mengajukan kritik tekstual alkitabiah untuk menunjukkan penyelewengan Alkitab, menantang teman saya bicara tentang hubungan Kristen dengan Perjanjian Lama, mengilustrasikan bagaimana Paulus telah merusak kekristenan, dan mengutip Alkitab secara panjang lebar. Teman saya kemudian menulis kepada saya demikian:
Mahasiswa Muslim itu sangat fasih berbicara (untuk ukuran mahasiswa tahun pertama) dan mendesak saya secara intelektual sekeras saya coba menekannya. Hal itu membuat saya sadar bahwa jika saya saja merasa kesulitan, tentu banyak mahasiswa kita yang juga kesulitan. Itu membuat saya menyadari betapa menyedihkannya kesiapan sekolah teologi yang membiarkan saya terlibat dengan Islam.
Teman saya tentu saja terkejut tetapi tidak goyah imannya. Sayangnya tidak selalu demikian pada Kristen lain: Saya mengenal pasangan misionaris yang setelah menerima pelatihan teologis mereka, dengan penuh percaya diri berangkat ke ladang misi, tapi begitu dihadapkan pada argumen Islam melawan Kristen untuk pertama kalinya, salah satu dari mereka kemudian menjadi Muallaf!
Saya tidak ingin menakut-nakuti Anda dengan informasi ini, tetapi saya ingin Anda memahami konteks kita. Gereja Kristen telah lama mendidik Barat tentang Kristen dengan sangat baik, tetapi kita belum mendidik diri sendiri atau Barat tentang Islam. Inilah sebabnya mengapa saat ini kita hanya tahu sedikit tentang Islam dan terkejut dengan kemunculan Islam yang begitu pesat di panggung dunia. Inilah sebabnya mengapa institusi pendidikan kita berurusan dengan Islam dengan cara yang dangkal, dan mengapa media dan politisi Barat mengatakan hal-hal tentang Islam yang hanya dapat digambarkan sebagai hal yang tidak masuk akal. Inilah sebabnya mengapa kita bisa begitu mudah dibodohi.
Islam bukan lagi sebagai pilihan. Islam merupakan tantangan bagi gereja di setiap lini, tantangan yang mematikan suara-suara alternatif ketika ia mendapatkan kendali. Tapi Islam juga membawa banyak peluang.
Peluang pertama adalah untuk penginjilan. Karena umat Islam ingin mengetahui seluk beluk kekristenan, berbicara tentang kekristenan adalah sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh umat Islam! Ini memberi umat Kristen kesempatan besar karena memberi kita kalimat pembuka: "Apa yang telah Anda dengar tentang Kekristenan?" Terlepas apakah mereka belajar sedikit atau banyak tentang kekristenan, itu adalah pertanyaan yang valid untuk ditanyakan dan merupakan pertanyaan yang harus mereka jawab.
Peluang kedua adalah untuk persiapan kita. Karena kita mengetahui topik-topik standar yang disiapkan Islam bagi umatnya, kita dapat mempersiapkan diri sendiri pada bidang-bidang ini (bahkan sangat membantu untuk mengetahui dengan tepat bidang mana yang harus diprioritaskan). Tentu saja, masalah apa pun mungkin akan muncul menakala berdialog dengan seorang Muslim, tetapi topik-topik seperti Tritunggal, Inkarnasi, dan keandalan Alkitab adalah yang lebih mungkin muncul.
Akhirnya, Islam membawa kesempatan baru untuk mempelajari iman kita sendiri dengan lebih baik. Tekanan yang kita hadapi dari dunia seringkali menentukan bidang iman Kristen mana yang menjadi fokus kita. Sampai saat ini, tekanan utama datang dari dunia sekuler Barat yang menantang umat Kristen di bidang-bidang seperti keberadaan Tuhan, penderitaan dan kebaikan Tuhan, perilaku gereja, agama dan sains, serta seksualitas dan gender; tetapi tidak terlalu peduli untuk membahas Trinitas, Inkarnasi, atau bagaimana kita diselamatkan. Islam, bagaimanapun, sangat peduli dengan subyek-subyek ini, sehingga dalam mempersiapkan diri untuk terlibat dengan umat Islam kita akan belajar bagaimana mengartikulasikan doktrin-doktrin utama kita dengan lebih baik untuk konteks dan generasi baru.
Post a Comment