Kembali ke masa-masa di mana saya masih percaya bahwa Paulus adalah rasul yang benar, saya dibingungkan oleh satu hal. Jika dia adalah rasul terhebat yang pernah hidup sebagaimana kekristenan berusaha menjadikannya demikian, mengapa Tuhan tidak menjadikan Paulus sebagai penerima wahyu dan menuliskan Kitab Wahyu?
KITAB WAHYU
Ternyata ada beberapa fakta menarik seputar Kitab Wahyu dan hal-hal yang diucapkan oleh Yesus di mana kemudian kita menemukan alasan mengapa Paulus tidak pernah menerima "wahyu". Dengan kata lain, ada alasan masuk akal mengapa Yesus tidak memberikan dukungan yang jelas kepada Paulus agar diketahui dunia. Di dalam Kitab Wahyu Yohanes tidak mencatat apa pun tentang Paulus karena status Paulus memang lebih rendah dibandingkan dengan Yohanes. Implikasinya jauh lebih buruk lagi bagi Paulus. Paulus tidak menerima wahyu karena bagian dari pesan-pesan wahyu justru dimaksudkan untuk tujuan mengungkap jatidiri Paulus sendiri sebagai rasul palsu! Sedangkan alasan mengapa Yesus menggunakan rasul Yohanes adalah karena tidak hanya dia adalah salahsatu dari 12 orang yang telah berjalan bersama Yesus selama 3,5 tahun masa dakwahnya dan telah dilatih untuk menjadi saksinya, tetapi Yohanes juga merupakan salahsatu dari tiga "orang dalam" yang paling dekat dengan Yesus yang menjadi salahsatu dari tiga orang saksi atas catatan Lukas 9:28-30 yang mengisahkan perobahan wujud Yesus di gunung. Yesus juga pernah mengatakan bahwa kesaksian Yohanes akan tetap sampai kelak dia kembali.
KAPAN KITAB WAHYU DITULIS?
Hal pertama yang perlu kita catat tentang Kitab Wahyu adalah bahwa wahyu diberikan kepada rasul Yohanes. Hal kedua yang perlu pula dipahami adalah bahwa kemungkinan besar wahyu diberikan kepada Yohanes selama masa penganiayaan Neronian sekitar tahun 65M, yakni kisaran waktu yang sama ketika kita mendengar berita terakhir tentang Paulus yang dipenjarakan di Roma, saat mana dia sempat menulis suratnya yang kedua kepada Timotius.
Faktor penting untuk memahami bahwa Yesus sedang berbicara tentang Paulus dalam Kitab Wahyu adalah kepastian kapan kitab tsb ditulis. Banyak sarjana (tetapi tidak semua) menetapkan masa penulisannya sekitar tahun 96M. Tapi ketika muncul pertanyaan serius seputar penetapan masa ini, mereka yang mendukungnya pada akhirnya harus menggantungkan seluruh argumentasi mereka pada satu-satunya pernyataan singkat dan tidak jelas yang dibuat oleh Eusebius di awal abad keempat di mana ia mengutip dokumen Irenaeus yang hilang dari akhir abad kedua. Berikut adalah kalimat-kalimat akhir dari semua perdebatan dari Eusebius dan kutipannya tentang Irenaeus.
“.... penganiayaan ini, diturunkan oleh tradisi, bahwa rasul dan penginjil Yohanes yang masih hidup, sebagai akibat dari kesaksiannya akan sabda ilahi, dikutuk dan diasingkan di pulau Patmos. Dalam bukunya yang kelima Irenaeus memang menentang ajaran sesat, dan dia mengatakan dengan cara seperti berikut untuk menghormatinya;
'Bagaimanapun, jika perlu untuk menyatakan nama Anti-Kristus, itu akan dinyatakan oleh dia yang melihat wahyu, karena itu terjadi tidak lama sejak wahyu dinyatakan, hampir pada masa generasi kita sendiri, di penghujung masa pemerintahan Domitianus." (Eusebius, III, XVII)
Ini adalah bukti dukung untuk memperkuat perkiraaan bahwa Kitab Wahyu ditulis setelah tahun 65M. Ada juga ketidakpastian di antara para sarjana sendiri mengenai pemahaman Eusebius tentang siapa yang dimaksud oleh Irenaeus. Apakah Domitianus, atau Domitius (Nero)? Bahkan jika Irenaeus mengindikasikan bahwa Wahyu diberikan kepada Yohanes selama masa pemerintahan Domitianus sekalipun, kita harus bertanya berapa banyak lagi persediaan doktrinal yang ingin mereka kukuhkan untuk seseorang yang pernah membuat kesalahan fantastis dalam menyatakan tanggal dan waktu. Irenaeus mengajarkan, misalnya, bahwa Yesus disalibkan pada usia limapuluh tahun! (Lihat Irenaeus Against Heresies, bab 22)
Beberapa potong kalimat Irenaeus seperti dikutip oleh Eusebius itulah yang dijadikan bukti luar bahwa Kitab Wahyu ditulis pada akhir abad pertama. Cuma itu! Bahkan beberapa sarjana mengklaim bahwa para bapa gereja awal seperti Tertullian, Origen, Victorinus, dan Jerome mengkonfirmasi perkiraan waktu tsb memang pada penghujung masa pemerintahan Domitianus, seolah-olah mereka dekat atau menjadi saksi mata atas penulisannya. Padahal orang-orang ini membuat pernyataan antara 100-300 tahun setelah Irenaeus, alias hanya membeo saja. Karenanya, sekali lagi, para pakar yang memilih masa penulisan setelah tahun 65M pada akhirnya harus menggantungkan seluruh argumentasi mereka pada penggalan tulisan Irenaeus yang tidak jelas dan tidak dapat diandalkan tadi.
Sementara itu, nyatanya, ada bukti yang dapat disimpulkan dari kitab Wahyu sendiri yang mengindikasikan waktu penulisannya yang lebih awal. Dalam pasal 11, Yohanes diperintahkan untuk mengukur bait suci, yang menurut catatan sejarah, sudah hancur pada tahun 70M. Jika memang Kitab Wahyu ditulis pada kisaran tahun 96M, adalah tidak masuk akal untuk membayangkan bahwa Yohanes diperintah untuk mengukur bait suci yang sama sekali sudah tidak ada! Juga, ketika seseorang menambahkan nilai numerik dari huruf konsonan dalam nama "N'ron Kahsar" (yang merupakan cara semua orang berbahasa Yunani mengucapkan nama "Caesar Nero"), jumlahnya adalah 666. Gereja-gereja di Asia lebih percaya bahwa Nero adalah binatang buas yang dinubuatkan dalam Kitab Wahyu, meskipun itu hanya pengandaian, semacam nubuat tentang hal-hal yang akan terjadi jauh di masa depan seperti halnya Salomo, putra Daud, yang dianggap sebagai nubuat tentang kerajaan Yesus di masa depan.
Ada juga spekulasi tentang usia Yohanes. Memperkirakannya sezaman dengan Yesus, aman untuk berasumsi bahwa ia sebaya dengan Yesus. Jika Yohanes sepuluh tahun lebih muda dari Yesus, dia baru berusia duapuluh tahun ketika Yesus mengajaknya untuk mengikutinya. Layak diragukan bahwa Yesus akan mengajak seseorang yang sedemikian muda, tetapi demi pemikiran konservatif, jika Yohanes baru berusia 20 tahun ketika diajak oleh Yesus, maka dia akan berada di penghujung usia lima puluhan pada awal tahun 65M. Jika dia seusia dengan Yesus, maka usianya sekitar enam puluhan. Menurut standar abad pertama, seseorang yang berusia antara limapuluh sampai enampuluh tahun sudah dianggap sebagai orang yang sangat tua. Jika kitab Wahyu ditulis pada kisaran tahun 95-96M seperti diperkirakan oleh beberapa pakar, maka pada masa itu Yohanes sudah berusia delapanpuluhan. Ini hampir tidak pernah terjadi pada abad pertama, di mana seorang tua renta menulis sebuah kitab seaneh Kitab Wahyu. Jika dia seusia dengan Yesus atau lebih tua, (sama sekali tidak keluar dari pertanyaan), maka dia sudah berusia antara sembilanpuluhan hingga lebih dari seratus tahun. Ini lebih tidak mungkin lagi! Jadi, selama tidak ada yang berusaha menyelamatkan reputasi Paulus dengan merekayasa waktu penulisan Kitab Wahyu, maka awal 65M, atau selama masa penganiayaan Neronian, adalah waktu yang paling relevans dengan data sejarahnya.
DITULIS UNTUK SIAPA?
Satu fakta yang menghantui penyingkapan yang harus dihadapi oleh Kekristenan adalah bahwa terlepas dari kemasyhuran Paulus, Yesus tidak menyebut namanya, juga tidak memberikan pengakuan atas semua karyanya di antara orang-orang bukan Yahudi. Dari tujuh gereja di Asia kepada siapa Kitab Wahyu ditujukan, salahsatu yang kita ketahui memiliki hubungan signifikan dengan Paulus adalah Efesus, yakni yang pertama dalam urutan daftar tujuh gereja. Catat juga dalam ingatan anda bahwa ketujuh gereja ini berlokasi di tempat yang disebut "Asia" karena kita akan kembali ke sini nanti.
Ini catatan Yohanes tentang perintah Yesus.
"Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia." (Wahyu 1: 10-11)
Yesus melanjutkan dengan memberitahu Yohanes apa yang harus dia sampaikan kepada setiap gereja. Alur yang akan disampaikannya kepada setiap gereja tsb kurang lebih seperti ini. Pertama, dia akan memberi tahu mereka apa yang telah mereka lakukan dengan benar dan memuji mereka untuk itu. Selanjutnya dia akan menunjukkan kepada mereka di mana letak kesalahan mereka dan menegur mereka untuk itu. Kemudian dia akan mendesak mereka untuk bertobat dan mengubah apa yang mereka lakukan secara salah, atau akan menderita sebagai akibatnya. Kemudian dia akan memberi mereka janji dan imbalan jika mereka bertobat dan mengatasi masalah mereka. Lalu, dan ini penting, pada akhir dari setiap pesan untuk sebuah gereja, ia akan berbicara kepada seluruh dunia dan mengatakan bahwa apa yang benar dan baik dari ketujuh gereja itu adalah baik untuk siapa saja yang perduli dan mau mendengarkan.
"Dia yang memiliki telinga, biarkan dia mendengar apa yang dikatakan Roh kepada gereja-gereja". (Wahyu 2: 7,11,17,29 dan 3: 6,13,22)
PAULUS DAN EFESUS
Sekarang, lihatlah apa yang dikatakan kepada gereja di mana Paulus terlibat di dalamnya. Di antara hal-hal yang dipuji oleh Yesus dari gereja Efesus karena melakukan hal yang benar adalah seperti kutipan berikut ini:
Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta." (Wahyu 2: 2)
Ya! Kita tidak perlu ragu bahwa Yesus merujuk pada sosok Paulus dan kroninya, dan bahwa pernyataan kerasulan serta doktrinnya adalah dusta! Cermati catatan berikut ini. Ini adalah empat dari lima fakta yang akan membuktikannya.
- Doktrin Paulus tentang prapengetahuan Allah tidak hanya tidak berdasar (karena ia harus menyalahgunakan Alkitab untuk mendukungnya), itu juga merupakan penghujatan, karena ia langsung menuduh Allah tidak benar.
- Kita memiliki catatan tentang Paulus yang mengaku-ngaku sebagai rasul bagi orang-orang Efesus. (lihat Efesus 1:1)
- Selain Petrus (yang di belakang hari terindikasi kuat namanya telah dicatut oleh Paulus untuk menulis Epistel 1&2 Petrus) tidak ada catatan tentang siapa pun yang pernah mengaku sebagai rasul bagi siapa pun, di mana pun, bahkan kepada orang Efesus.
- Paulus dan doktrinnya sulit diterima di Efesus.
Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan mengajar dengan berani. Oleh pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah. Tetapi ada beberapa orang yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan Tuhan di depan orang banyak. Karena itu Paulus meninggalkan mereka dan memisahkan murid-muridnya dari mereka, dan setiap hari berbicara di ruang kuliah Tiranus." (Kisah Para Rasul 19: 8-9)
Ingat, ayat ini dicatat dari sudut pandang Lukas dan Lukas percaya bahwa doktrin Paulus adalah "Jalan Tuhan". Perhatikan pula bahwa mereka yang menolak Paulus adalah orang-orang dari Sinagoga dan bukan orang-orang Atheis atau kaum penyembah berhala. Jika orang-orang ini berdiri di depan sinagoge dan berkata, "Doktrin Paulus cacat. Ia adalah rasul palsu dan pendusta", maka Lukas tidak akan ragu menganggapnya sebagai berbicara di "Jalan Kejahatan".
Tapi jika keempat alasan di atas dianggap masih belum cukup untuk secara serius mempertanyakan status kerasulan Paulus, masih ada satu alasan lagi, yaitu kutipan paling menarik dari pena Paulus sendiri yang akhirnya mengunci nasib kerasulannya.
Catatan itu berasal dari surat keduanya kepada Timotius yang ditulis selama masa penganiayaan Neronian, yakni periode yang sama di mana Yohanes menerima wahyu. Surat ini diyakini oleh banyak sarjana mengandung kata-kata Paulus yang terakhir direkam. Di sini ia membuat pernyataan singkat tentang ratapan hati yang tampaknya kurang mendapat perhatian. Jika saja ada yang dapat mendengar dan memahami semua yang dikeluhkannya, sebenarnya itu merupakan bukti runtuhnya seluruh reputasi "kerasulan" Paulus. Dia menulis kepada Timotius begini.
"Engkau tahu bahwa semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling dari padaku; termasuk Figelus dan Hermogenes." (2Timotius 1:15)
Ya, Asia! Dan mereka semua menolak Paulus!
Ketika Paulus menulis, "Engkau tahu ...", jelas mengindikasikan bahwa topik yang dimaksud pastilah sudah menjadi pengetahuan umum pada waktu itu. Sementara Asia sendiri adalah lokasi dari ketujuh gereja yang dimaksud oleh Yesus agar Yohanes menulis dan menyampaikan pesan-pesan dari Kitab Wahyu!
Paulus tidak mengatakan bahwa semua Asia menolak Yesus, tapi menolak dirinya! Ini juga dikuatkan dalam Kisah Para Rasul di mana orang-orang dari Asia menuduh Paulus mengajarkan hal-hal melawan Hukum Taurat dan membawa seorang teman Efesus ke bait suci.
"Ketika masa tujuh hari itu sudah hampir berakhir, orang-orang Yahudi yang datang dari Asia, melihat Paulus di dalam Bait Allah, lalu mereka menghasut rakyat dan menangkap dia, sambil berteriak: "Hai orang-orang Israel, tolong! Inilah orang yang di mana-mana mengajar semua orang untuk menentang bangsa kita dan menentang hukum Taurat dan tempat ini! Dan sekarang ia membawa orang-orang Yunani pula ke dalam Bait Allah dan menajiskan tempat suci ini!" Sebab mereka telah melihat Trofimus dari Efesus sebelumnya bersama-sama dengan Paulus di kota, dan mereka menyangka, bahwa Paulus telah membawa dia ke dalam Bait Allah" (Kisah 21: 27-29)
Cobalah pahami pentingnya fakta ini. Dari paparan ini kita mengetahui bahwa menurut Kitab Wahyu Yesus memuji gereja Efesus karena menolak seseorang yang mengaku sebagai rasulnya. Murid-murid asli Yesus sendiri tidak ada yang pernah mengaku-ngaku sebaga rasul, sehingga hanya Paulus sendirilah satu-satunya orang yang mengaku-ngaku sebagai rasul Yesus. Pengakuannya itu bukan hanya kepada gereja Efesus, tapi hampir kepada semua orang. Tapi pada saat yang sama dia juga menyesali dirinya sendiri mengahadapi kenyataan bahwa ternyata klaim kerasulannya ditolak! Dalam kalimat pendek dan lebih jelas, cerita ini dapat kita parafrasekan begini:
Paulus kepada jemaat Efesus: "Aku adalah rasul Yesus"
Jemaat Efesus kepada Paulus: "Bukan, engkau bukan rasul Yesus!"
Yesus kepada jemaat Efesus: "Bagus!"
Setidaknya ini seharusnya menimbulkan pertanyaan serius tentang Paulus. Terlebih jika kita menambahkan lagi bukti-bukti yang tersisa seputar doktrin-doktrinnya serta fakta yang terdokumentasi bahwa dia kerapkali berdusta (seperti yang akan ditunjukkan pada tulisan-tulisan berikutnya), sebenarnya kita memiliki lebih dari cukup alasan untuk melakukan seperti apa yang dilakukan oleh gereja Efesus, yakni menghukum Paulus atas kejahatan memalsukan jatidiri seorang rasul!
Dalam Kitab Wahyu, Yesus sendiri mendiskripsikan Paulus adalah rasul palsu dan pendusta!
Perhatikan sekali lagi ucapan Yesus ini.
"Dia yang memiliki telinga, biarkan dia mendengar apa yang dikatakan Roh kepada gereja-gereja."
Post a Comment