Menu

Gus Mendem Gus Mendem Author
Title: Nama Allah Dalam Sejarah Kekristenan
Author: Gus Mendem
Rating 5 of 5 Des:
Etimologi dari kata Allāh telah dibahas secara luas oleh para filolog Arab klasik. Ahli tata bahasa dari aliran Basra menganggapnya sebagai...
Etimologi dari kata Allāh telah dibahas secara luas oleh para filolog Arab klasik. Ahli tata bahasa dari aliran Basra menganggapnya sebagai salah satu yang dibentuk secara spontan (murtajal) atau sebagai bentuk lāh (dari akar kata bahasa "lyh" dengan makna luhur atau tersembunyi). Yang lain berpendapat bahwa kata itu dipinjam dari bahasa Syria atau Ibrani, tetapi sebagian besar menganggapnya berasal dari kontraksi kata Arab itu sendiri yang menggabungkan kata al- (sang) dan ilāh (sesembahan) menjadi "al-lah" yang berarti Yang Disembah, atau Tuhan.

Akademisi lain ada yang menyatakan bahwa nama Allāh dapat ditemui dalam bahasa Semit lainnya, termasuk bahasa Ibrani dan Aram yang beasal dari kata "El". Sedangkan bentuk bahasa Aram yang sesuai adalah Elah (אלה), tetapi bentuk empatiknya adalah Elaha (אלהא). Ini ditulis sebagai ܐܠܗܐ (Ĕlāhā) dalam bahasa Aram Alkitab dan ܐܲܠܵܗܵܐ (Alâhâ) dalam bahasa Suryani sebagaimana digunakan oleh Gereja Suriah Timur. Kedua kata tsb hanya memiliki satu arti, yaitu Tuhan.

Penutur bahasa Arab dari semua agama Abraham, termasuk Kristen dan Yahudi, menggunakan kata "Allah" untuk kata ganti "Tuhan". Sampai dewasa ini orang-orang Arab Kristen tidak memiliki kata lain untuk "Tuhan" selain "Allah". Kata Allah dalam tradisi Kristen Asyria (Church of the east) di Mesopotamia (sekarang Iraq) juga digunakan dalam liturgi berbahasa Arab. Demikian juga Gereja Syria dan Koptik Mesir yang sama-sama menyebar sejak abad pertama, yakni sejak Yesus mengutus para muridnya ke berbagai daerah. Bahkan keturunan bahasa Arab yang berbahasa Malta, menggunakan kata Allah untuk "Tuhan" meskipun hampir seluruh populasi Malta adalah pemeluk Katolik Roma.

Orang Kristen Arab menggunakan istilah Allāh al-ab (الله الأب) untuk Allah Bapa, Allāh al-ibn (الله الابن) untuk Allah Anak, dan Allāh al-rūḥ al-quds (الله الروح القدس) bagi Allah Roh Kudus di dalam banyak ritual Tradisi Gereja. Contohnya dalam tradisi Tanda Salib ketika berdoa, memasuki ruang ibadah, dan juga pembaptisan. Mereka menggunakan terms "basmallāh" sendiri untuk Tuhan Trinitas yang berbunyi: "Dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Satu Tuhan." Akan tetapi doa Syria, Latin, dan Yunani tidak menyertakan kata "Satu Tuhan" di akhir kalimat. Penambahan kata "satu Tuhan" ini dimaksudkan untuk menekankan aspek monoteistik dalam keyakinan Trinitarian, tapi lebih khusus untuk membuatnya terdengar familiar di kalangan Muslim yang tegas-tegas menolak konsep Tuhan Trinitas.

Beberapa temuan arkeologi seperti penemuan prasasti pra-Islam kuno dan makam yang dibuat oleh orang Kristen Arab di reruntuhan gereja Umm el-Jimal di Yordania Utara, berisi referensi kata-kata Allah. Beberapa batu nisan makam di sana bertuliskan nama-nama seperti "Abd Allah" yang artinya adalah "hamba Allah".

Nama Allah dapat pula ditemukan berkali-kali dalam laporan dan daftar nama-nama para martir Kristen di Arab Selatan, seperti yang dilaporkan oleh dokumen-dokumen Syriac antik tentang nama-nama para martir sejak era kerajaan Himyarite dan Aksumite yang dimulai pada tahun 110 SM.

Seorang pemimpin Kristen bernama Abd Allah ibn Abu Bakar bin Muhammad menjadi martir di Najran pada tahun 523, ia mengenakan cincin yang bertuliskan "Allah adalah Pemilikku". Pada sebuah prasasti martyrion Kristen dari era 512M, referensi tentang Allah dapat ditemukan dalam bahasa Arab dan Aram yang menyebut kata "Allah" dan "Alaha", demikian pula dalam tulisan-tulisan lain yang dimulai dengan kalimat "Dengan Pertolongan Allah".

Dalam Injil-injil pra-Islam pun, nama yang digunakan untuk Tuhan adalah "Allah", sebagaimana dibuktikan oleh beberapa versi  Perjanjian Baru bahasa Arab yang ditemukan oleh orang-orang Kristen Arab selama era pra-Islam di Arabia Utara dan Selatan.

Jadi, kalau ada orang kristen yang mengatakan nama Allah baru muncul di tanah Arab pada abad ke-5 dengan asumsi bodoh bahwa sebelum masa itu tidak ada satu manusia pun di muka bumi ini yang mengenal nama Allah, maka kita patut menaruh rasa belas kasihan yang sebesar-besarnya di atas kepala orang ini karena sejarah menunjukkan bahwa dia lebih bodoh dari asumsi bodohnya sendiri, sekaligus membuktikan pula bahwa dia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang sejarah kekristenan.

Kita tidak perlu harus repot-repot menggali sejarah dari masa dinasti Himyarite dan Aksumite yang sudah ada 400 tahun sebelum Kristen sendiri lahir, tapi cukup merujuk pada sejarah kristen saja, khususnya Kristen Arab dan Kristen Suriah Timur - atau Kristen Koptik - yang sejak abad pertama Masehi sudah  menyebut Tuhan dengan nama Allah!

Jelas ya?

[Sumber: wikipedia]

Dari Author

Post a Comment

 
Top