Menu

Romo Gus Mendem Romo Gus Mendem Author
Title: Paulus, Rasul Palsu!
Author: Romo Gus Mendem
Rating 5 of 5 Des:
Kita sudah sering membahas demikian banyak bukti bahwa konsep ketuhanan versi Paulus dan doktrin-doktrinnya tidak ditemui dalam aja...
Kita sudah sering membahas demikian banyak bukti bahwa konsep ketuhanan versi Paulus dan doktrin-doktrinnya tidak ditemui dalam ajaran Yesus, apalagi dalam kitab-kitab suci umat Yahudi, tapi justru menjadi pertentangan di antara keduanya. Fakta ini tentu saja merupakan bagian penting untuk djadikan alasan menolak klaim kerasulan Paulus.

Kendati tidak semua bukti yang ada bertentangan dengan kebenaran, namun ada lebih dari cukup bukti lain yang menunjukkan bahwa Paulus bukan rasul sejati Yesus, konon pula rasul terhebat yang pernah ada, seperti yang selalu didengung-dengungkannya.

Ada sejumlah fakta sejarah, termasuk hal-hal yang diucapkan oleh Yesus dan Paulus sendiri sebagaimana tercatat dalam alkitab yang membuat kita yakin bahwa kerasulan Paulus sama sekali tidak diakui oleh kerajaan langit!

Beberapa fakta menarik seputar kasus ini yang menarik untuk diperhatikan dan dicatat adalah:

TIDAK ADA ORANG LAIN YANG MENGAKUI KERASULANNYA
Dari 22 kali pernyataan eksplisit ditambah 3 kali pernyataan implisit - total  25 kali pernyataan  - dalam Alkitab di mana Paulus disebut-sebut sebagai "rasul", hanya dua pernyataan yang berasal dari orang lain selain dirinya sendiri! Adapun kedua pernyataan tsb berasal dari orang yang sama. Bukan dari Yesus atau dari murid Yesus yang mana pun juga, tetapi dari teman seperjalanan Paulus yang paling dekat, sekaligus asisten pribadinya, yaitu Lukas.

Kedua kisah itu ditemukan pada catatan Lukas dalam Kisah Para Rasul 14: 4, 14. Dalam dua ayat ini Paulus disebut sebagai rasul bersama Barnabas. Pada saat hal tsb ditulis, Lukas nampaknya sudah sangat terbiasa dan demikian akrab dengan Paulus sepanjang perjalanan mereka, dan kerap menyebut idolanya tsb sebagai rasul. Dasarnya tentu saja karena Lukas setuju pada anggapan dan penilaian Paulus terhadap dirinya sendiri yang dia pikir adalah seorang rasul.

Dari sini kita melihat dengan sangat jelas bahwa Paulus adalah fans terberat kerasulannya sendiri, sementara Lukas, sebagai satu-satunya orang terdekatnya, adalah penggemar nomor dua. Selebihnya, kita tidak akan menemukan siapapun di dalam alkitab yang pernah mengakui kerasulan Paulus!

"AKU SUKA BICARA TENTANG AKU!"
Tidak ada penulis surat-surat Epistel dalam Alkitab yang menulis suratnya seperti Paulus. Beberapa bagian tulisannya mungkin saja benar, akan tetapi ada satu aspek yang menarik ketika kita memperhatikan bagaimana Paulus memposisikan dan memandang dirinya sendiri. Dia memiliki cara untuk menarik perhatian pembaca agar fokus pada dirinya dengan penggunaan kata ganti pribadinya. Ketika sampai pada seberapa sering dia menggunakan kata-kata seperti, "Aku", "diriku", "milikku", atau "yang kumiliki" dan ungkapan-ungkapan lain semisal itu, rating dalam keseluruhan surat-suratnya hampir tiga kali lipat lebih tinggi dari siapapun yang coba bersaing dengannya.

Itu sebabnya sekalipun dalam beberapa literatur kristen nama Paulus disebut-sebut sebagai penulis kitab Ibrani, tapi ada sejumlah alasan mengapa dewasa ini banyak sarjana alkitab yang meyakini Paulus bukan penulis kitab tsb. Salahsatu alasan yang jelas adalah, dalam surat-surat lain yang dipercaya merupakan buah karyanya, Paulus tidak pernah ragu untuk mengidentifikasi dirinya berikut atribut yang direkayasanya sendiri. Sementara penulis kitab Ibrani, anehnya, tutup mulut dalam urusan ini. Banyak sarjana percaya bahwa Barnabaslah penulis kitab Ibrani, tetapi ada juga yang memperkirakan Apolos sebagai kandidat yang sama memungkinkannya. Tapi ini topik yang berbeda. Intinya, tidak ada yang tahu secara pasti siapa sebenarnya penulis kitab Ibrani.

Sementara para bapa gereja berspekulasi mengindikasikan bahwa Paulus adalah sang penulis kitab Ibrani, Paulus sendiri jelas tidak pas didudukkan dalam posisi ini manakala kita juga mempertimbangkan tingkat statistik penggunaan kata ganti diri di dalamnya. Penulis Ibrani hanya menyebut dirinya sebanyak 9 kali, yaitu sekitar 1,3 kata ganti orang per seribu kata. Dan ini tidak menggambarkan kebiasaan Paulus!

Untuk membantu anda menempatkan ini dalam perspektif yang benar, mari kita bandingkan kitab Ibrani dengan kitab Roma. Keduanya adalah kitab yang relatif besar dengan paparan hampir sama panjang, masing-masing dibagi menjadi 13 dan 16 bab. Namun hanya dalam paruh pertama dari pasal pertama surat Roma yang berjumlah 16 ayat saja, Paulus sudah menggunakan kata ganti diri dua kali lebih banyak daripada yang digunakan oleh penulis Ibrani dalam seluruh kitab tsb!

Sedangkan dalam kitab Roma, Paulus menyebut dirinya sendiri sebanyak 103 kali, yaitu sekitar 18,2 per seribu kata! Itu 13x lebih besar dari kitab Ibrani. Dalam 1Korintus, Paulus menyebut dirinya sebanyak 175 kali, dalam 2Korintus, 103 kali lagi, dan dalam Galatia yang relatif singkat sekalipun, ia menyebut dirinya sebanyak 69 kali, atau sama dengan 25 kata ganti orang per 1000 kata!

Seharusnya Paulus sama herannya dengan kita semua tiap kali membuat pernyataan tentang dirinya sendiri seperti yang luar biasa sering ia lakukan dalam mengkomunikasikan apa yang menurutnya sebagai kebenaran dari Tuhan.

KLAIM KERASULANNYA BERDIRI SENDIRI
Selain dua belas murid yang menghabiskan tiga setengah tahun bersama Yesus, tidak ada satupun selain Paulus yang teridentifikasi sebagai orang yang luar biasa sering mengklaim diri sendiri sebagai "rasul". Hanya Petrus yang pernah menyebut dirinya sebagai rasul dalam pembukaan 2 suratnya yaitu 1Petrus dan 2Petrus. Tapi di belakang hari, para sarjana menemukan alasan untuk menduga kuat bahwa sebenarnya Pauluslah yang menulis Epistel 1&2Petrus dengan menggunakan nama Petrus. Sementara Barnabas disebut sebagai rasul bersama dengan Paulus oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul 14:14. Selebihnya tidak ditemui catatan tentang Barnabas atau murid-murid Yesus lainnya yang mengklaim gelar itu untuk diri mereka sendiri.

PANDANGAN KITA TERHADAP GEREJA AWAL TERPOLARISASI
Siapapun yang coba mengevaluasi Perjanjian Baru, dipastikan akan segera menyadari bahwa Paulus adalah kontributor terbesar pada paruh bagian dari buku tebal yang di indonesia diberi nama alkitab ini. Ketika membaca Kisah Para Rasul, misalnya, tidak bisa tidak kita akan mendapat kesan bahwa sebagian besar dari perbuatan-perbuatan Allah untuk gereja awal terjadi melalui Paulus. Dan sesungguhnya ini menyesatkan, karena Kisah Para Rasul ditulis menurut sudut pandang, atau berdasarkan perspektif dari satu orang saja, yaitu Lukas.

Lukas mendampingi Paulus dalam perjalanan misionarinya, dan sebagian besar muatan Kisah Para Rasul yang konon katanya tulisan Lukas itu sepenuhnya berbasis pada kisah perjalanan ini. Dengan demikian apa yang kemudian kita ketahui dari Kisah Para Rasul sebetulnya hanya cerita karangan yang berasal dari bagaimana Lukas menginterpretasikan apa yang dilihat, dialami, dan didengarnya sendiri dari Paulus dalam perjalanan tsb, mirip dengan sebuah jurnal pribadi yang sebenarnya hanya untuk diri sendiri. Karenanya tidak mengherankan jika kisah tentang Paulus di sana pun seolah bagaikan digelar di atas panggung utama yang gemerlapan!



Sepertinya ada alasan khusus mengapa Lukas memilih untuk mengikuti Paulus dan mencatat kisahnya sejak awal. Seperti kita ketahui, meski ini sangat bertentangan dengan ajaran Yesus sebagaimana dapat kita buktikan melalui catatan Matius 15:24 dan Matius 10:5, tapi Paulus berhasil meyakinkan orang banyak bahwa ia adalah rasul Kristus bagi bangsa-bangsa di luar bangsa Israel. Dan Lukas, sebagai seorang non-Yahudi yang ingin mengenal dan mendekati Tuhan sejati, melihat Paulus adalah mediator yang memungkinkan keinginannya tsb dapat terwujud baginya.

Perhatikan tulisan Paulus dalam Roma 10:12 ini;

"Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya." 

Pada masa itu, non-Yahudi mana yang ingin dekat dengan Allah Israel yang tidak akan benar-benar "jatuh hati" kepada Paulus?

Padahal sudah sangat jelas, bahkan pada awal-awal pengabaran injilnya, Yesus sudah mengatakan dengan bahasa yang tidak memerlukan penafsiran macam-macam bahwa dia adalah utusan Allah khusus dan sangat terbatas hanya untuk bangsa Israel saja, seperti tercatat dalam Matius 15:24, "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."  

Kendati pandangan kita terhadap Kisah Para Rasul terpolarisasi dan bias, tulisan itu sendiri masih sangat penting untuk membantu kita memahami apa yang terjadi pada masa itu. Tanpanya kita tidak akan memiliki alternatif pemikiran lain sama sekali. Apa yang dilakukan dan dikatakan oleh Paulus sebagaimana dicatat oleh Lukas tetap berharga, dan kita tidak mempunyai alasan untuk mempersoalkan apa yang ditulis oleh Lukas berdasarkan apa yang dilihat dan didengarnya selama dalam perjalanan misionarinya bersama Paulus itu.

Pemikiran pribadi Lukas sendiri yang kadang-kadang menyela dalam tulisannya mungkin perlu dipertanyakan, tetapi hanya sedikit dan itupun jarang. Paling tidak, begitu menurut kalangan internal Jristen sendiri. Karenanya kita tidak didorong untuk mencari-cari alasan guna menuduh Lukas bermaksud jahat. Namun yang sangat penting untuk diingat dan dicatat di sini adalah bahwa Kisah Para Rasul sebenarnya ditulis berdasarkan sudut pandang pribadi Lukas sendiri, sehingga tidak dapat diartikan sebagai ajaran yang berasal dari murid-murid Yesus, atau dari Yesus, apalagi dari Tuhannya Yesus!

Tidak diragukan, sebenarnya Tuhan sendiri melakukan banyak hal besar lain pada saat perjalanan Paulus dan Lukas itu dilakukan. Kita memang tidak memiliki catatan rinci tentang itu, tetapi tentunya memiliki banyak petunjuk. Tuhan pasti bekerja melalui para murid Yesus sejati, dan beberapa dari hal tsb dicatat pada bagian awal Kisah Para Rasul. Yohanes bekerja keras untuk Tuhannya, tetapi hanya sedikit yang kita dengar tentangnya hingga tiba saatnya ketika kita membaca surat-surat Yohanes dan kitab Wahyu pada bagian akhir Perjanjian Baru.

KLAIM KERASULAN PAULUS

KETERANGAN SECARA EKSPLISIT
  1. Dari Paulus, hamba Allah dan rasul Yesus Kristus untuk memelihara iman orang-orang pilihan Allah dan pengetahuan akan kebenaran seperti yang nampak dalam ibadah kita, (Titus 1:1)
  2. Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita, (1Timotius 1:1)
  3. Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul--yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta--dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran. (1Timotius 2:7)
  4. Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus, (2Timotius 1:1)
  5. Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru. (Timotius 1:11)
  6. juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus. (1Tesalonika 2:6)
  7. Dari Paulus, rasul Kristus Yesus, oleh kehendak Allah, dan Timotius saudara kita, (Kolose 1:1)
  8. Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus. (Efesus 1:1)
  9. Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. (Roma 1:1)
  10. Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya. (Roma 1:5)
  11. Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi. Justru karena aku adalah rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi, aku menganggap hal itu kemuliaan pelayananku, (Roma 11:13)
  12. Salam kepada Andronikus dan Yunias, saudara-saudaraku sebangsa, yang pernah dipenjarakan bersama-sama dengan aku, yaitu orang-orang yang terpandang di antara para rasul dan yang telah menjadi Kristen sebelum aku. (Roma 16:7)
  13. Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Sostenes, saudara kita, (1Korintus 1:1)
  14. Sebab, menurut pendapatku, Allah memberikan kepada kami, para rasul, tempat yang paling rendah, sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati, sebab kami telah menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat dan bagi manusia. (1Korintus 4:9)
  15. Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita? Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku dalam Tuhan? (1Korintus 9:1)
  16. Sekalipun bagi orang lain aku bukanlah rasul, tetapi bagi kamu aku adalah rasul. Sebab hidupmu dalam Tuhan adalah meterai dari kerasulanku. (1Korintus 9:2)
  17. Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Timotius saudara kita, kepada jemaat Allah di Korintus dengan semua orang kudus di seluruh Akhaya. (2Korintus 1:1)
  18. Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa. (2Korintus 12:12)
  19. Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, (Galatia 1:1)
  20. juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik. (Galatia 1:17)

KETERANGAN SECARA IMPLISIT

  1. Sungguh aku telah menjadi bodoh; tetapi kamu yang memaksa aku. Sebenarnya aku harus kamu puji. Karena meskipun aku tidak berarti sedikitpun, namun di dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itu. (2Korintus 12:11)
  2. Tetapi menurut pendapatku sedikitpun aku tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu. (2Korintus 11:5)
  3. Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. (1Korintus 15:9)

KETERANGAN LUKAS

  1. Tetapi setelah hal itu didengar oleh kedua rasul itu, yaitu Barnabas dan Paulus, lalu dikoyakkannya pakaiannya sendiri sambil berlari masuk ke dalam orang banyak serta berteriak, (Kisah Para Rasul 14:142)
  2. Tetapi penduduk kota itu bertentangan satu dengan yang lain; ada yang berpihak kepada orang-orang Yahudi dan ada yang berpihak kepada rasul-rasul itu. (Kisah Para Rasul 14:4)
Dari pernyatan-pernyataan di atas, timbul pertanyaan: Haruskah kita percaya begitu saja pada kesaksian seseorang yang membuat klaim luar biasa hebat tentang dirinya sendiri, sementara apa yang kita miliki untuk membuktikan kebenaran klaimnya itu sama sekali tidak ada selain pengakuan sepihak darinya saja, plus satu atau dua pernyataan serupa dari satu-satunya pengagum beratnya yang sekaligus juga adalah asistennya sendiri?

Jika demikian, maka kita juga harus mengakui kebenaran klaim Jim Jones dan David Koresh yang sudah sangat jelas tidak dapat diterima oleh setiap orang yang sehat akal budinya!

Artinya, seluruh klaim Paulus dan pernyataan Lukas diatas juga sama saja bohongnya dengan pengakuan dua orang aneh yang mendadak masyhur karena klaim "serupa tapi tak sama" dengan klaim Paulus!

Kecuali jika ada bukti sangat kuat yang dapat dijadikan pendukung klaim sehebat "self-proclaim" Paulus di atas, maka apapun cerita selanjutnya menjadi tidak labih dari sekedar membuang garam ke laut saja!

Tidak seperti Paulus, seorang nabi atau rasul sejati tidak perlu bersusah payah untuk meyakinkan siapapun bahwa mereka adalah siapa mereka yang sebenarnya. Bahkan dalam Yohanes 5:31 Yesus mengatakan bahwa jika dia sendiri yang memberikan kesaksian tentang dirinya, maka kesaksiannya itu pasti tidak benar. Tapi dalam konteks ini, jika ditanya siapakah dari sekian banyak nabi, yang sudah tentu adalah manusia, yang tidak memerlukan siapapun untuk bersaksi tentang siapa dirinya, maka jawabnya adalah Yesus!

Kitab-kitab Allah membuktikan bahwa Yesus adalah pengikut ajaran Musa, menaruh hormat kepada para nabi terdahulu dan terkemudian, memahami dengan sempurna kandungan Mazmur dan Taurat, mengajarkan konsep ketuhanan monotheisme yang jelas, membimbing pengikutnya ke jalan sorga, bersedia dibaptis oleh saudara kesayangannya; Yohanes Pembaptis, memukau banyak orang dengan berbagai mukjizat dari Allah, dan masih sederet panjang lagi hal-hal luar biasa lainnya yang tidak dimiliki oleh Paulus, sekalipun dalam kesombongannya, Paulus memposisikan dirinya setara dengan Yesus sebagai utusan khusus Allah kepada bangsa-bangsa lain (non-Yahudi) yang disebut oleh Yesus sebagai Goyim, dengan mengklaim bagi dirinya sendiri sebuah nubuat yang dikabarkan secara eksklusif kepada nabi Yesaya dalam kitab Yesaya 49: 6 yang kemudian dikutip oleh Lukas dalam Kisah Para Rasul 13:47 sbb:

"Karena demikianlah Tuhan telah memerintahkan kita: 'Aku telah menetapkan kamu menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain supaya kamu menjadi keselamatan bagi ujung-ujung bumi."

Perlu dicatat, ayat ini hanyalah klaim sepihak dari Paulus yang tidak banyak diketahui orang sebenarnya berasal dari hasil mencontek tidak sedikit tulisan-tulisan hebat dalam kitab suci umat Yahudi untuk bermegah-megah, agar klaim kerasulannya dipercaya oleh orang-orang yang membaca tulisannya sebagai sebuah kebenaran berdasarkan "dekrit surgawi."

PAULUS RASUL TERHEBAT!
Anggapan Paulus tentang dirinya sendiri tidak berhenti hanya sampai mengaku sebagai rasul Kristus saja. Dia juga melakukan semua yang dapat dilakukannya untuk dipahami oleh seluruh pengikutnya bahwa kedudukannya lebih tinggi dari siapapun juga. Paulus bahkan berani meremehkan murid-murid Yesus yang diangkat dan digembleng sendiri selama tiga setengah tahun oleh sang guru untuk menjadi saksinya!

Dari sekian banyak kutipan keblinger menyanjung diri sendiri Paulus, di antaranya adalah sebagai berikut:

"Tetapi menurut pendapatku sedikitpun aku tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu. .... Demi kebenaran Kristus di dalam diriku, aku tegaskan, bahwa kemegahanku itu tidak akan dirintangi oleh siapapun di daerah-daerah Akhaya." (2 Korintus 11: 5,10)

Adakalanya, seolah-olah dia juga sadar harus punya rasa malu membandingkan statusnya dengan status keduabelas murid Yesus, sehingga dia akan mengawali kesombongannya dengan pernyataan yang tidak layak, yang menistakan dirinya sendiri. Tidak diragukan lagi, harapannya tentu saja agar orang-orang akan memeluknya sebagai rasul terhebat karena dia sangat rendah hati.

Perhatikan misalnya ini,
Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. Tetapi karena kasih karunia  Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku  tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua;  tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku."  (1Korintus 15: 9,10)

Terlepas dari dustanya bahwa ajaran Yesus telah terpecah menjadi dua - yang artinya menyelisihi, atau menentang pernyataan Yesus dalam Matius 15:24 tadi - yaitu untuk orang Yahudi dan orang-orang non-Yahudi, faktanya ia seolah-olah memiliki hak sangat eksklusif atas orang-orang non-Yahudi, sementara keduabelas murid Yesus dianggapnya harus tetap tinggal bersama orang-orang Yahudi saja. Paulus bahkan memiliki lidah pahit untuk secara khusus merendahkan Petrus, Yakobus, dan Yohanes ketika ia meremehkan mereka di hadapan orang-orang Galatia.

"Dan mengenai mereka yang dianggap terpandang itu--bagaimana kedudukan mereka dahulu, itu tidak penting bagiku, sebab Allah tidak memandang muka  --bagaimanapun juga, mereka yang terpandang itu tidak memaksakan sesuatu  yang lain kepadaku. Tetapi sebaliknya, setelah mereka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan pemberitaan Injil untuk orang-orang tak bersunat,  sama seperti kepada Petrus untuk orang-orang bersunat Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus,  Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru  jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat; " (Galatia 2: 6,7,9)

Ini tidak lain hanyalah dusta yang arogan. Beberapa ayat kemudian, Paulus melakukan serangan murahan lagi kepada Petrus. Manakala Petrus tidak memiliki kesempatan untuk membela diri, Paulus menyombongkan diri kepada orang-orang Galatia bagaimana ia menuding Petrus sebagai orang munafik, dan bagaimana ia menempatkannya di hadapan seluruh jemaat Antiokhia.

"Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka.  Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi? " (Galatia 2: 11-14)

Sebelumnya, dalam Galatia 1: 8,9, Paulus memerintah semua pengikutnya untuk "mengutuk" siapa saja yang memberitakan Injil yang berbeda dari Injilnya. Ada kecenderungan bahwa Paulus ingin orang-orang Galatia berpikir seperti itu terhadap Petrus, kalau bukan terhadap Yakobus, atau  terhadap Yohanes. Jelas bagi siapa pun yang membaca kitab Galatia bahwa Paulus menuntut gereja Galatia untuk tidak mengikuti siapa pun kecuali hanya dia, bahkan murid-murid sejati Yesus di Yerusalem sekalipun.

Di samping kesombongan Paulus yang luar biasa, kita juga dapat dengan mudah melihat bahwa Paulus sendiri sebetulnya adalah biangnya orang munafik yang mengutuk Petrus sebagai orang munafik karena menampung orang-orang bukan Yahudi, sementara dia  sendiri berada di antara orang-orang bukan Yahudi dan bertindak seperti orang Yahudi di sekitar orang Yahudi. Inilah yang dianjurkannya supaya dilakukan, sebagaimana dia memerintahkan jemaat Korintus untuk mempraktekannya.

"Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka." (1Korintus 9: 19-22)

"Karena itu, apakah kamu makan atau minum, atau apa pun yang kamu lakukan, lakukanlah semuanya untuk kemuliaan Tuhan. Jangan tersinggung, baik kepada orang-orang Yahudi atau orang-orang Yunani atau ke gereja Allah, sama seperti aku juga menyenangkan semua orang dalam semua hal-hal , tidak mencari keuntungan saya sendiri, tetapi keuntungan banyak orang, agar mereka dapat diselamatkan. Tirulah aku, sama seperti aku juga meniru Kristus."  (1Korintus 10: 31-33)

Bandingkan dengan tuduhannya kepada Petrus dalam Galatia 2: 11-14 di atas!

Artinya, ketika Paulus berkata, "Tirulah aku, sama seperti aku juga meniru Kristus!", pengikutnya harus melakukan apa yang dia perbuat, sementara dia sendiri sama sekali tidak meniru Yesus! Adakah yang bisa membayangkan Yesus bersikap seperti bunglon dengan mengatakan sesuatu seperti "Aku telah menjadi segalanya bagi semua orang" atau "Aku menyenangkan semua orang dalam segala hal"?

Jadi, Paulus, sosok yang mengaku lebih besar dan lebih hebat daripada keduabelas murid Yesus, yang meremehkan Petrus, Yakobus, dan Yohanes dengan mengatakan bahwa mereka hanya "tampak" sebagai pilar gereja, dan bahwa mereka "tidak punya nilai tambah" baginya, sebenarnya tidak lain daripada seorang pembual besar!

Paulus yang membual tentang bagaimana dia menegur Petrus, menyebutnya sebagai orang munafik, dan secara halus mengutuk para murid Yesus dengan memprovokasi orang-orang Galatia untuk menganggap siapa pun yang yang berbeda dengannya adalah terkutuk, sebenarnya adalah manusia paling munafik di antara semua orang munafik!

Keyakinan pengikutnya bahwa kata-kata Paulus sangat sempurna sehingga orang tidak dapat melihat kesalahan di dalamnya adalah keyakinan yang membuta, alias sama gilanya dengan hayalan Paulus sendiri yang membayangkan dirinya adalah seorang rasul! Siapapun yang berperilaku sesuai dengan ajaran Paulus, mengikuti gayanya yang arogan, tentu saja mudah ditengarai sebagai orang yang amat sombong namun sekaligus bodoh luar biasa!

 Apa yang diucapkan oleh Solomo ini rasanya cukup relevans.

"Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak kaukenal dan bukan bibirmu sendiri.." (Amsal 27: 2)

Sementara itu, bandingkanlah seluruh "self-proclaim kerasulan" Paulus di atas dengan peringatan dari Yesus berikut ini:

"Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga."  (Matius 24:24)

"Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang." (Matius 24:5)

Ya! Menyesatkan banyak orang dengan menggunakan nama Yesus!
Itulah Paulus!

Masih belum cukupkah bukti dari alkitab sendiri bahwa sesungguhnya Paulus adalah rasul palsu?
Jika belum, silahkan cermati pula pembuktian lainnya di sini atau di sini.



[Sumber: Scott Nelson | Jesus and Judaism vs Paul and Christianity]

Dari Author

Post a Comment

 
Top