Dalam injil-injil kanonik, Yesus dicatat banyak menunjukkan berbagai mukjizat yang menakjubkan. Dan mereka yang tidak pernah menyaksikan sendiri semua keajaiban itu kecuali sekedar mendengar kabarnya saja, kemudian menganggapnya sebagai bukti ketuhanan Yesus. Sedangkan seluruh murid Yesus sendiri, yang bergaul, belajar, dan berjalan bersama Sang Guru selama lebih kurang 3,5 tahun serta menjadi saksi mata atas segala tindakan dan perkataan Yesus tidak pernah sampai pada kesimpulan seperti itu.
Kisah Para Rasul dalam Alkitab merinci aktivitas para murid selama tiga puluh tahun setelah Yesus dikabarkan naik ke surga. Sepanjang periode ini mereka tidak pernah menganggap Yesus sebagai Tuhan. Mereka secara terus menerus tetap, dan konsisten menggunakan gelar "Allah" untuk merujuk kepada Tuhan yang disembah oleh Yesus.
Dalam Kisah Para Rasul, misalnya, Petrus; panatua seluruh murid-murid Yesus Kristus, menegaskan bahwa segala mukjizat dan tanda-tanda yang pernah ditunjukkan oleh guru mereka bukan berasal dari diri sang guru sendiri, melainkan merupakan kuasa Allah yang ditunjukkan melalui tangan hamba pilihan-Nya!
"Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu." (Kisah Para Rasul 2:22)
Dari penegasan Petrus ini maka tampak jelas bahwa sesungguhnya Allah lah yang melakukan segala mukjizat itu melalui tangan Yesus untuk meyakinkan bangsa Israel bahwa kedatangan Yesus ke tengah-tengah mereka adalah sebagai utusan-Nya. Petrus tidak melihat mukjizat sebagai bukti bahwa Yesus adalah Allah.
Bahwa beliau hanya seorang utusan dan sama sekali tidak kuasa berbuat apapun, apalagi bermukjizat, diakui sendiri oleh Yesus Kristus seperti tercatat dalam injil Yohanes;
"Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriku sendiri ...... Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku" (Yohanes 5:30)
Cara Petrus merujuk pada Allah dan pada Yesus ini sebenarnya sudah menjelaskan sendiri bahwa Yesus bukan Allah. Karena itu kita tidak pernah mendapati catatan dalam riwayat Petrus di mana dia memposisikan gurunya setara dengan Allah, apalagi sampai menganggapnya sebagai Allah!
Perhatikan pernyataan murid-murid Yesus tentang guru mereka berikut ini:
- "Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi." (KPR 2:32)
- “Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus." (KPR 2:36)
- "Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan." (KPR 3:13)
- "Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu." (KPR 3:26)
- "Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi," (KPR 4:27)
Lima ayat ini dengan sangat jelas menunjukkan bukti pemahaman murid-murid Yesus tentang jatidiri guru mereka; yakni bahwa Yesus Kristus adalah hamba Allah yang diurapi, atau hamba yang terpilih. Karenanya tidak ada satupun dari keduabelas murid Yesus yang pernah menganggap guru mereka sebagai Allah - atau sebaliknya, sebagaimana yang menjadi iman utama mayoritas umat Kristen hari ini.
Pemahaman murid-murid Yesus tsb pada hakekatnya sesuai dengan ajaran guru mereka seperti tercatat dalam Injil Yohanes;
"Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya." (Yohanes 13:6)
Jelas ya?
Salam bagi umat yang mengikuti petunjuk!
Post a Comment