Para pembaca yang mulia,
Semoga Allah SWT senantiasa menjaga kita diatas agama yang lurus, agama yang Haq dan yang di ridhoi-Nya. “Inad-diina indal laahil islam”
Puji dan syukur diperuntukkan hanya bagi Allah ‘Azza wa Jalla semata, yang telah menjadikan Sholat: “seutama-utama peribadatan, kunci ibadah, tiang agama, penggenap amal shalih, serta cahaya bagi pelakunya di hari kiamat kelak.”
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, utusan Allah yang menjadi rahmat bagi sekalian alam, yaitu baginda Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassallam, juga kepada keluarganya serta seluruh umat yang setia mengikuti risalah yang dibawa oleh beliau Shalallaahu Alaihi Wassallam sampai akhir jaman.
KEUTAMAAN SHOLAT
Allah SWT berfirman:
إِنَّالصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَاباً مَّوْقُوتاً
“Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS.an-Nisaa’ [4]: 103)
Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda sebagai berikut: “Allah mewajibkan shalat lima waktu kepada hamba-hamba-Nya. Barangsiapa melaksanakannya dan tidak melewatkannya sedikit pun karena meremehkannya, dengan perantaraannya, ada janji Allah baginya untuk memasukkannya kedalam surga. Barangsiapa yang tidak mengerjakannya, tiadalah baginya janji Allah; melainkan --jika Dia mau--Dia mengazabnya atau memasukkannya ke dalam surga.”
Ditegaskan pula dalam hadits Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam, dari shahabat Anas bin Malik r.a.: "Setiap anak cucu Adam pasti selalu melakukan kesalahan. Dan sebaik-baik mereka yang melakukan kesalahan adalah yang selalu bertaubat." (HR Ahmad, Ibnu Majah, dan Ad Darimi).
Sabda Rasulullah pula, “Perumpamaan shalat lima waktu adalah seperti sungai air tawar yang mengalir di depan rumah siapa saja di antara kalian. Ia mandi di situ setiap hari lima kali. Apakah menurut kalian hal itu akan meninggalkan kotoran pada tubuhnya?” Para shahabat berkata, “Tidak sedikitpun.” Beliau lantas bersabda, “Shalat lima waktu itu dapat menghilangkan dosa sebagaimana air membersihkan kotoran.”
Shalat-shalat itu adalah penebusan dosa yang dikerjakan di antara shalat-shalat itu selama orang itu menjauhi dosa-dosa besar.
Allah SWT berfirman;
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّـيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ
“Sesungguhnya kebaikan itu menghapuskan perbuatan-perbuatan buruk.” (QS.Hũd [11]: 114)
** Maksudnya, dihapuskan dosa hingga tidak tersisa sedikitpun, seolah-olah tidak pernah ada.
Perlu kita sadari, bahwa sebagai manusia, kita bukanlah makhluk yang sempurna, bahkan Allah SWT sebagai Sang Khaliq (Pencipta), menyifati manusia dengan sifat bodoh, zhalim dan sering lalai, sehingga tidak jarang terjatuh dalam perbuatan dosa dan kezhaliman. Sebagaimana firman Allah SWT (artinya): "Sesungguhnya manusia itu amat zhalim (aniaya) dan amat bodoh." (QS al-Ahzab:72)
Akan tetapi Allah SWT dengan rahmat-Nya yang amat luas memberikan solusi mudah untuk membersihkan diri dari noda-noda dosa, diantaranya adalah dengan ber-wudhu' sesempurna mungkin, kemudian sholat dengan sepenuh khusu’, sehingga diharapkan ketika seseorang itu selesai melaksanakan keduanya (wudhu' & sholat), ia bersih dari dosa-dosa yang telah dilakukannya.
Dari 'Utsman bin Affan r.a., katanya dia mendengar Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda: "Setiap orang muslim, apabila tiba waktu sholat wajib, lalu dia wudhu' sesempurna mungkin, sesudah itu dia sholat se-khusu' mungkin, niscaya Allah menghapus dosa-dosanya yang telah lalu selama dia tidak berbuat dosa besar. Demikianlah halnya sepanjang masa." [Shahih Muslim-No. 179]
Al-Bukhāri, Muslim, para pemilik sunan, dan lain-lain meriwayatkan hadits dari Ibn Mas’ũd bahwa seorang laki-laki mencium seorang perempuan. Lalu ia datang kepada Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam, dan menyampaikan hal itu seakan-akan menanyakan kafarat-nya. Lantas turunlah ayat: “Tegakkanlah sholat di kedua tepi siang.” (QS Hũd [11]: 114) Orang itu berkata: “Ya Rasulullah!” Hanya ini?” Beliau menjawab,” Ini untuk orang yang mengamalkannya dari umatku.”
Ahmad, Muslim, dan lain-lain meriwayatkan hadits dari Abu Umamah bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam. Orang itu berkata: “Ya Rasulullah!” Tegakkanlah hukuman Allah sekali atau dua kali!”
Beliau Saw berpaling darinya, kemudian ditegakkannya sholat. Setelah selesai, beliau bertanya, “Dimana laki-laki tadi.?” Orang itu menjawab, “Saya di sini.” Beliau bertanya, “Engkaukah yang telah menyempurnakan wudhu’ dan sholat bersama kami tadi?” Ia menjawab, “Ya!” Lalu beliau bersabda,” Dosa-dosamu telah dihapuskan seperti ketika engkau dilahirkan ibumu. Jadi, janganlah mengulanginya!”
Ketika itu turunlah wahyu kepada Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam:
وَأَقِمِ الصَّلاَةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفاً مِّنَ اللَّيْلِ
“Tegakkanlah sholat di kedua tepi siang.” (QS Hũd [11]: 114)
Abũ Hurayrah r.a. berkata: “Maka sesungguhnya jika salah seorang diantara kalian berwudhu dengan membaguskan wudhu’nya, kemudian ia pergi ke masjid tidak lain kecuali untuk sholat berjama’ah, selama dalam perjalanan itu, ia dianggap sedang sholat. Untuk satu langkahnya dituliskan baginya satu kebaikan dan dengan langkah lainnya dihapuskan satu dosa. Apabila siapa pun dari kalian mendengar iqamat, janganlah menunda-nunda waktu. Yang paling besar pahalanya adalah yang paling jauh rumahnya.” Orang-orang bertanya, ”Mengapa, wahai Abũ Hurayrah?” Ia menjawab, “ Karena banyaknya langkah!"
Dalam hadits lain yang diriwayatkan Abũ Hurayrah, Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda:
”Sesungguhnya malaikat senantiasa mendo’akan seseorang kamu, selama dia masih berada di tempatnya sholat dan wudhu’nya belum batal. Do’a mereka adalah, “Wahai, Allah! Ampunilah dia, dan berilah dia rahmat.” Dan dia dianggap seperti dalam sholat selama dia menunggu-nunggu waktu sholat.” [HR Muslim,No. 622]
Subhanallah!
Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki memohon kepada Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam: “Ya Rasulullah!” Berdoa’alah kepada Allah agar Dia menjadikan diri saya termasuk orang-orang yang mendapat syafaat Anda dan menganugerahi saya kedekatan dengan Anda di surga.” Beliau menjawab: “Perbanyaklah sujud kepada Allah! Karena sesungguhnya apabila engkau sujud satu kali, Allah mengangkatmu satu derajat dan menghapus satu dosa daripadamu." [Shahih Muslim No.442 KBC]
Dalam suatu hadits Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda: "Agungkanlah Allah Azza wa Jalla di dalam ruku', dan perbanyaklah berdo'a di dalam sujud, pasti do'amu diperkenankan Allah SWT." [Shahih Muslim No.433]
Dalam hadits lain Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda, "Sedekat-dekatnya seorang hamba kepada Tuhannya, ialah ketika dia sujud, karena itu perbanyaklah berdo'a (dalam sujud)."
Inilah makna firman Allah SWT:
وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ
“Bersujud dan mendekatlah.” (QS.al-‘Alaq [96]:19)
سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ
“Tampak pada wajah mereka bekas-bekas sujud.” (QS.al-Fath [48]:29)
Ada yang mengatakan bahwa itu adalah wajah mereka yang menempel pada tanah ketika bersujud. Ada juga yang berpendapat bahwa itu adalah "cahaya kekhusyukan" yang terpancar dari dalam bathin ke luar tubuh. Inilah pendapat yang paling kuat. Sementara yang lain berpendapat bahwa itu adalah tanda putih atau cahaya bekas wudhu’ yang tampak pada wajah mereka pada Hari Kiamat.
Yaitu sebagaimana hadits-hadits berikut ini: Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda: "Sesungguhnya ummatku akan dipanggil pada hari kiamat nanti dalam keadaan dahi, kedua tangan, dan kedua kaki mereka bercahaya, karena bekas wudhu'. [HR Al Bukhari no.136 dan Muslim no.246]
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam ditanya: "Bagaimana Anda mengenali ummat anda yang belum datang tetapi akan datang sepeninggalmu di hari kemudian, ya Rasulullah?" Maka Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda: "Bagaimana pendapat anda, jika seseorang mempunyai kuda putih kening (dahi), putih kaki dan putih tangannya, kemudian kuda itu berada ditengah-tengah kerumunan kuda-kuda lain yang semuanya berwarna hitam, dapatkah orang itu mengenali kudanya?" Jawab mereka, "Tentu, ya Rasulullah. Tentu dapat!" Sabda Nabi Saw., "Nah! Mereka itu akan datang nanti dalam keadaan putih bercahaya-cahaya mukanya, tangan dan kakinya, karena bekas wudhu'. Dan aku mendahului mereka datang ke telagaku." [Shahih Muslim-No. 195]
Hadits-hadits diatas menjelaskan bahwa umat Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassallam yang bercahaya-cahaya pada Hari Kiamat kelak disebabkan karena amalan Wudhu'. Tentunya, siapa yang tidak pernah ber-wudhu', maka bagaimana mungkin dia akan bercahaya, sehingga dengan tanda khusus tersebut, Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam akan mengenalinya sebagai salah satu dari umatnya?
Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda:
”Jika anak Adam membaca ayat-ayat sajdah, lalu ia bersujud, Iblis laknatullah lari darinya sambil menangis. Ia berkata, ‘Celakalah aku! Orang ini disuruh bersujud, lalu ia bersujud. Baginya surga. Sementara aku diperintahkan bersujud, tetapi aku menolak. Oleh karenanya aku masuk neraka.”
Akhir kata, Sholat merupakan amalan WAJIB yang termasuk dalam Rukun Islam. Yang bernilai besar disisi Allah SWT. Sehingga karena begitu mulia dan pentingnya, maka Perintah untuk Sholat ini tidaklah Allah sampaikan kepada Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam melalui wahyu yang biasanya di turunkan melalui perantaraan Malaikat Jibril a.s., tetapi Allah “mengundang” Rasul-Nya “Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassallam” sendiri untuk naik ke langit guna menerima perintah sholat itu langsung dari-Nya. Peristiwa itu kita kenal sebagai peristiwa Isra’ Mi’raj yang merupakan salah satu mukjizat beliau.
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Azza wa Jalla. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.beserta keluarga dan shahabatnya.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
“ Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
(QS Al-Ahzab [33]:56)
[Dari kitab “Mukāsyafah al Qulũb” Tulisan Imam Al Ghazāli]
Post a Comment