Keyakinan inipun mendorongnya untuk berani dan lugas, ketika harus mendakwahkan kebenaran atau mempertahankan nya. Sebab ia merasa Allah senantiasa menyertai, menolong dan membelanya.
Tulisan ini dibuat oleh Syaikh Muhammad bin Shalih a-'Utsaimin dengan maksud untuk menghilangkan kesalahfahaman orang tentang sifat ma'iyyah (bersamanya Allah dengan makhluq-Nya). Berkaitan dengan masalah ma'iyyah, ada beberapa hal yang perlu diketahui:
Perkara tentang ma'iyyah (bersamanya Allah dengan makhluq-Nya). merupakan perkara yang sudah jelas berdasarkan al-Qur'an, Sunnah dan Ijma' para salaf.
إِنَّ اللّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَواْ وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ
Allah juga berfirman kepada Nabi Musa AS dan Harun AS, ketika keduanya diutus untuk berdakwah kepada Fir'aun:
إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا فَأَنزَلَ اللّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُواْ السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Perkara tentang ma'iyyah (bersamanya Allah dengan makhluq-Nya) adalah sesuai dengan hakikatnya. Akan tetapi, sifat ma'iyyah (bersamanya Allah dengan makhluq-Nya). adalah menunjukkan sifat atau tanda kebesaran Allah, tidak serupa dengan bersamanya antar sesama makhluk (ciptaan Allah).Hal ini di dasarkan pada firman Allah SWT tentang diri-Nya:
Abu 'Umar Ibnu 'Abdil-Barr mengatakan: "Ahlus-Sunnah telah bersepakata untuk menetapkan seluruh sifat Allah yang ada di dalam al-Qur'an dan as-Sunnah, serta bersepakat untuk mengimaninya dan membawanya pada penertian yang sebenarnya, tidak pada pengertian majaz (kiasan) atau tidak sebenarnya).
Namun Akhlus Sunnah tidak men-takyif (membayang-bayangkan bentuk sesungguhnya dari) sifat-sifat tersebut, dan tidak menetapkan batasan bagi sifat-sifat Allah dengan sifat terbatas."
Perkara tentang sifat ma'iyyah (bersamanya Allah dengan makhluq-Nya) memiliki pengertian: Ilmu-Nya, kekuasan-Nya, pendengaran-Nya, penglihatan-Nya, kesultanan-Nya, pengaturan-Nya, dan semua kewenangan lainnya, meliputi segenap makhluk.
مَا يَكُونُ مِن نَّجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى
مِن ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا
Kisah Nabi Musa dan Harun, ketika keduanya diutus untuk berdakwah kepada Fir'aun:
قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى
Demikian pula, kisah Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam dan Abu Bakkar Abi Quhafah, ketika bersembunyi dari kejaran kafir Quraisy di gua Tsur selama tiga hari:
إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا
Perkara tentang sifat ma'iyyah (bersamanya Allah dengan makhluq-Nya) sama sekali tidak berarti bahwa Dzat Allah bersama-sama berbaur dengan makhluk atau berada di tempat-tempat mereka (para makhluk-Nya)
Perkara tentang ifat ma'iyyah (bersamanya Allah dengan makhluq-Nya) sama sekali tidak bertentangan dengan sifat Maha Tingginya Allah di atas makhluk-Nya.Banyak sekali dalil yang menunjukkan bahwa Allah Maha Tinggi, baik dari nash al-Qur'an, as-Sunnah, Ijma', akal, maupun fitrah. Yang kesemuanya tidak satupun bertentangan dengan sifat ma'iyyah Allah.
Karenanya, setiap Muslim wajib mengimani tanpa keraguan sedikitpun bahwa sesungguhnya Allah SWT senantiasa selalu bersama, menyertai, serta mengawasi makhluk-Nya di manapun mereka berada.
Post a Comment
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.