Menu

Romo Gus Mendem Romo Gus Mendem Author
Title: Matius 28:19 adalah ayat Palsu
Author: Romo Gus Mendem
Rating 5 of 5 Des:
Baru-baru ini, Kaleef K. Karim dan Br. Younes Al Maghribi menulis sebuah artikel tentang Matius 28: 19 dan mereka memberikan sejumlah be...
Baru-baru ini, Kaleef K. Karim dan Br. Younes Al Maghribi menulis sebuah artikel tentang Matius 28: 19 dan mereka memberikan sejumlah besar bukti bahwa kalimat; "Bapa, anak dan Roh Kudus" dalam Matius 28:19 tidak asli melainkan hanya ayat yang ditambahkan oleh para Bapa Gereja untuk membentuk kepercayaan Tritunggal mereka. Kaleef mendapat umpan balik dari beberapa orang Kristen yang menyangkal informasi tersebut,  dan di atara mereka bahkan ada yang menuduhnya cuma "cherry picking." Mereka bersikeras bahwa Matius 28:19 adalah ayat asli, tulen, original. 

Oleh karena Kaleef ingin bersikap adil kepada saudara-saudara Kristennya, maka dia menulis lagi bagian lain tentang kepalsuan Matius 28:19 sekedar untuk memperlihatkan kepada mereka bahwa bukti-bukti yang ada memang menunjukkan bahwa ayat dengan formula Tritunggal; “Bapa, anak, dan Roh Kudus” bukan bagian dari naskah asli, alias palsu. Berikut penjelasannya.

Adalah fakta bahwa para Bapa Gereja mula-mula percaya bahwa awalnya Matius menulis Injil dalam bahasa Ibrani. Salahsatu buktinya adalah pernyataan Jerome bahwa ada Injil Matius bahasa Ibrani yang tersimpan di Kaisarea

Perhatikan pernyataan dari dedengkot Kristen mula-mula yang dikenal baik oleh para sarjana Tritunggal berikut ini:

  • Papias (150 - 170M) – Matius menyusun kata-kata dalam dialek Ibrani, dan masing-masing diterjemahkan sesuai kemampuan[Kutipan oleh Eusebius; Pkh. Hist. 3:39]
  • Ireneus ( - 170M) – Matius juga mengeluarkan Injil tertulis di antara orang Ibrani dalam dialek mereka sendiri. [Melawan Bidah 3:1]
  • Origen ( - 210M) – [Injil] pertama ditulis menurut Matius, yang sama yang pernah menjadi pemungut cukai, tetapi setelah itu seorang rasul Yesus Kristus yang telah menerbitkannya untuk orang percaya Yahudi, menulisnya dalam bahasa Ibrani. [Kutipan oleh Eusebius; Pkh. Hist. 6:25]
  • Eusebius ( - 315M) – Matius juga, setelah pertama kali mewartakan Injil dalam bahasa Ibrani, ketika hendak pergi ke bangsa-bangsa lain, berkomitmen untuk menulis dalam bahasa aslinya, dan dengan demikian memenuhi kebutuhan kehadirannya kepada mereka melalui tulisan. [Pkh. Hist. 3:24]
  • Epiphanius ( - 370M) – Mereka [kaum Nazarene] memiliki Injil menurut Matius cukup lengkap dalam bahasa Ibrani, karena Injil ini pasti masih tersimpan di antara mereka seperti yang pertama kali ditulis, dalam huruf Ibrani[Panarion 29:9:4]
  • Jerome ( - 382M) – Matius, yang juga Lewi, dan dari seorang pemungut pajak menjadi Rasul, pertama-tama menyusun Injil Kristus di Yudea dalam bahasa dan huruf Ibrani, untuk kepentingan orang-orang bersunat yang percaya. Siapa yang menerjemahkannya ke dalam bahasa Yunani tidak pernah diketahui secara pasti. Hingga sekarang Injil Matius bahasa Ibrani itu masih tersimpan di perpustakaan yang ada di Kaisarea, yang dikumpulkan oleh martir Pamfilus. Saya juga diizinkan oleh orang-orang Nazaret yang menggunakan buku ini di kota Borea, Suriah, untuk menyalinnya. Yang harus diperhatikan adalah bahwa, di mana pun penginjil menggunakan kesaksian dari Kitab Suci Lama, dia tidak mengikuti otoritas tujuh puluh penerjemah, selain dari bahasa Ibrani. [Lives of Illustrious Men, Buku 5] [1]

Jadi jika  benar seperti apa yang dikatakan oleh Jerome, maka Matius Shem Tov dipastikan adalah Matius yang asli yang diturunkan dari generasi ke generasi. Satu hal yang perlu diketahui adalah, bahwa menurut mayoritas Kristen, tidak ada manuskrip injil Matius dalam bahasa Ibrani. Tetapi menurut beberapa Bapa Gereja yang dihormati, sesungguhnya ada Injil Matius bahasa Ibrani yang dikenal pada jaman mereka. Maka pertanyaan yang perlu dijawab oleh orang Kristen adalah: di manakah manuskrip asli Injil Matius? 

Ada manuskrip Matius dalam bahasa Ibrani dari tahun 1385 dan beberapa Sarjana percaya ini adalah salinan asli yang kemudian diturunkan.

Berkat Internet saya berhasil mendapatkan salinan Injil Matius Ibrani Shem Tov (atau Shem Tob) yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Inggris oleh George HowardBerikut screenshot untuk halaman Matius 28:19:

Seperti dapat sama-sama kita baca, ayat 19 dalam Injil Matius karya Shem Tov tidak memiliki bagian dengan kalimat, “Bapa, anak, dan Roh Kudus”, melainkan hanya tertulis; "Pergilah." 

Mari kita lihat kredibilitas Injil Shem Tov dan simak apa yang dikatakan Profesor George Howard dalam 'Pengantar edisi kedua' pada Injil Matius karya Shem Tov:

“Tujuan utama dari edisi kedua ini adalah untuk menunjukkan bahwa Matius Ibrani yang dimuat dalam Evan Bohan karya Shem-Tov sudah ada sebelum abad keempat belas. Dalam penilaian saya, Shem Tov sang polemis tidak menyiapkan teks ini dengan menerjemahkannya dari Vulgata Latin, Yunani Bizantium, atau edisi Injil Matius lainnya yang diketahui. Dia menerimanya dari para ahli Taurat dan pedagang Yahudi generasi sebelumnya.”

George Howard melangkah lebih jauh pada halaman 190 – 191 dengan mengatakan:

“Matthew Ibrani Shem-Tov adalah teks yang paling tidak biasa dari Injil Pertama yang masih ada. Ini berisi sejumlah besar bacaan yang tidak dapat ditemukan dalam kodeks Kristen mana pun dari Injil Yunani. Sifatnya yang tidak biasa dapat dijelaskan oleh fakta bahwa ia mengalami proses transmisi yang berbeda dari bahasa Yunani, karena disimpan oleh orang Yahudi, maka terbebas dari  pencemaran di tangan komunitas Kristen. Sebuah profil tekstual dari Matius Shem-Tov  mengungkapkan bahwa secara sporadis setuju pada kesaksian awal, baik Kristen maupun non-Kristen. Kadang-kadang sesuai dengan bacaan dan dokumen yang hilang di zaman kuno hanya untuk muncul kembali belakangan ini. Oleh karena itu, profil tersebut menunjukkan bahwa teks Matius versi Shem-Tov dikenal baik pada abad-abad Kristen awal.”  [2]

Selain itu kita memiliki tujuh kutipan yang membuktikan persetujuan Eusebius atas Injil Matius Shem Tov, bahwa ayat 19 dengan formula tritunggal bukanlah bagian dari aslinyaIni adalah bukti yang cukup bahwa kalimat; "Bapa, anak, dan Roh Kudus" adalah kalimat yang ditambahkan kemudian. Dari kutipan ini kita mendapatkan bukti bahwa Eusebius (265M - 339M) sebagai Uskup Kaisarea, memiliki akses ke Perpustakaan Kaisarea dan referensi untuk Matius 28:19 dari manuskrip kuno lainnya yang tidak tersedia untuk kita hingga sekarang ini.

Ferrar, William John Eusebuis mengutip:

A. Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku, ajari mereka untuk mematuhi segala sesuatu yang telah Aku perintahkan kepadamu.” Apa yang dapat Ia maksudkan selain pengajaran dan disiplin dari perjanjian yang baru? Sejak saat itu, saya telah membuktikan fakta-fakta saya, mari kita lanjutkan menyelidiki bersama sifat dari perjanjian yang baru, dan nyanyian baru dan hukum baru yang telah dinubuatkan. [3]

B. Begitulah pesan kepada semua bangsa yang diberikan oleh firman perjanjian baru melalui pengajaran Kristus. Dan Kristus dari Allah meminta para murid-Nya untuk mengajar mereka kepada semua bangsa, mengatakan: “Pergilah ke seluruh dunia, jadikanlah semua bangsa murid-Ku. Ajari mereka untuk mematuhi semua yang telah aku perintahkan kepada kalian." [4]

C. Dengan satu kata dan suara Dia berkata kepada murid-murid-Nya: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dalam Nama-Ku, ajari mereka untuk mematuhi semua hal yang telah Aku perintahkan kepadamu” [[Mat. xxviii. 19.]] [5]

D. Saya tidak kuasa menahan diri untuk tidak menelusuri kembali langkah-langkah saya, dan mencari penyebab mereka, dan untuk mengakui mereka hanya bisa berhasil dalam usaha berani mereka, dengan kekuatan yang lebih ilahi, dan lebih kuat dari manusia, dan dengan kerjasama tentang Dia yang berkata kepada mereka: “Jadikanlah semua bangsa murid-Ku, dalam Nama-Ku.  [6]

E. Sedangkan Dia, yang tidak mengandung manusia atau fana, lihat (136) betapa sungguh-sungguh Dia berbicara dengan suara Tuhan, mengatakan dengan kata-kata ini kepada murid-murid-Nya, yang termiskin dari yang miskin: “Pergilah, jadikanlah semua murid-Nya bangsa-bangsa.” [[Matt.xxviii. 19.]] “Tetapi bagaimana,” murid-murid mungkin menjawab Guru, “dapatkah kami melakukannya? Bagaimana, berdoalah, dapatkah kami berkhotbah kepada orang Roma? Bagaimana kami bisa berdebat dengan orang Mesir? Kami adalah orang-orang yang dibesarkan untuk menggunakan bahasa Syria saja, bahasa apa yang akan kami gunakan untuk berbicara dengan orang Yunani? Bagaimana kami membujuk orang Persia, Armenia, Chaldrearis, Scythians, India, dan (b) bangsa barbar lainnya untuk menyerahkan dewa leluhur mereka, lalu menyembah Pencipta segalanya? Kecukupan ucapan apa yang harus kami percayai dalam mencoba pekerjaan seperti ini? Dan harapan sukses apa yang bisa kami miliki jika kami berani mengumumkan hukum yang secara langsung bertentangan dengan hukum tentang tuhan mereka sendiri yang telah ditetapkan selama berabad-abad di antara semua bangsa? Dengan kekuatan apa kami bisa selamat dari upaya berani kita?”

Tetapi sementara murid-murid Yesus kemungkinan besar berkata demikian, atau berpikir demikian, Guru memecahkan kesulitan mereka, dengan menambahkan satu kalimat, yakni mereka harus (c) menang "Dalam NAMAKU." Karena Dia tidak menawari mereka secara sederhana dan untuk waktu yang tidak terbatas menjadikan semua bangsa murid, tetapi dengan tambahan yang diperlukan dari "Dalam Namaku." Dan kuasa Nama-Nya begitu besar, sehingga rasul berkata: “Allah telah memberinya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di sorga dan yang ada di bumi, dan benda-benda yang ada di bawah bumi,” [[Flp. ii. 9.]] Dia menunjukkan kebajikan kekuatan dalam Nama-Nya yang tersembunyi (d) dari kerumunan ketika Dia berkata kepada murid-murid-Nya: "Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dalam Nama-Ku." Dia juga meramalkan masa depan dengan sangat akurat ketika Dia berkata: “Sebab Injil ini pertama-tama harus diberitakan ke seluruh dunia, menjadi kesaksian bagi semua bangsa.” [[Matt.xxiv.14.]] Kata-kata ini diucapkan di sudut bumi pada waktu itu, dan hanya mereka yang hadir yang mendengarnya. Saya bertanya, bagaimana mereka menghargainya, kecuali dari pekerjaan ilahi lain yang telah Dia lakukan dan mereka akui sebagai kebenaran dalam firman-Nya? Tidak satu pun dari mereka yang tidak mematuhi perintah-Nya: tetapi dalam ketaatan kepada (137) Kehendak-Nya sesuai dengan perintahnya, mereka mulai memuridkan setiap ras manusia, pergi dari negara mereka sendiri ke semua ras, dan dalam waktu singkat dimungkinkan untuk melihat kata-kata-Nya terwujud.[7]

F. Dan Dia berkata kepada mereka, “Kerajaan Allah akan diambil darimu, dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang menghasilkan buahnya.” Dan Dia meminta murid-murid-Nya sendiri setelah penolakan mereka, "Pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku dalam nama-Ku." (7) Oleh karena itu, tentu saja, Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Anak Allah, berkata kepada murid-murid-Nya setelah Kebangkitan-Nya: “{6a} Pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku,” dan menambahkan: “Ajari mereka untuk menjalankan semua hal-hal, apapun yang telah Aku perintahkan kepadamu” [8]

Apa yang telah kita baca sejauh ini adalah pola yang konsisten dari Eusebius yang mengutip Matius 28 ayat 19 tetapi tidak pernah menyebutkan: “Bapa, anak, dan Roh Kudus.” 

Mari kita kutip lebih banyak referensi dari para ahli, bahwa Matius 28:19 dengan rumus Tritunggal sebenarnya bukan bagian dari teks aslinya:

(1) Profesor Carl Clemen:

“Perintah pembaptisan dalam Matius 28:19, yang bergema dalam Markus 16:15, tidak dapat bersifat historis pada semua peristiwa dalam bentuknya yang sekarang. Bahkan, menurut saya,  pada waktu sebelumnya Yesus tidak dapat memiliki bentuk baptisan dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus: karena formula triadik baptisan seperti itu - dan itu pasti yang diinginkan agar sesuai dengan perintah baptisan - tidak ditemukan di mana pun sebelum abad kedua."

Profesor Carl Clemen melangkah lebih jauh dan menulis di catatan kakinya:

“Formula… atau sejenisnya, masih terjadi di abad kedua; tetapi itu tidak membuktikan bahwa formula triadik pembaptisan telah ada bahkan pada waktu yang lebih awal, di mana kita mendengar setiap pembaptisan haya dalam nama Kristus…” [9]

(3) Profesor Perjanjian Baru Rudolf K. Bultmann:

“Mengenai ritus baptisan biasanya dilakukan dengan  mandi di mana orang yang menerima baptisan benar-benar terendam, seolah-olah dalam air yang mengalir seperti kiasan dari Kisah Para Rasul 8:36, Ibrani 10:22, Barnabas 11:11 izinkan kami untuk berkumpul, dan seperti yang dilakukan. 7:1-3 secara khusus mengatakan. Menurut perikop terakhir, jika perlu, cukup jika air dituangkan ke kepala sebanyak tiga kali. Nama yang membaptis di atas yang dibaptis adalah nama 'Tuhan Yesus Kristus,' yang di belakang hari diperluas menjadi nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus…” [10]

(4) Dr David Wenham:

“Perintah untuk memuridkan semua bangsa dan perintah untuk membaptis dalam nama Tritunggal keduanya mungkin dibaca kembali dari situasi gereja selanjutnya; karena jika Yesus sendiri telah berbicara tentang misi Kristen dengan cara yang disarankan oleh Matius, sulit untuk melihat mengapa gereja mula-mula menganggap orang bukan Yahudi mempertanyakan masalah seperti itu. sulit untuk menjelaskan bukti dari Kisah Para Rasul dan dari Paulus, yang keduanya menunjukkan baptisan pada masa-masa awal hanya atas nama Yesus .” [11]

(5) Williston Walker:

“Satu-satunya pengganti adalah kesyahidan, 'yang berdiri sebagai pengganti pemandian fontal, ketika telah diterima, dan mengembalikannya ketika hilang. Bagi para murid mula-mula umumnya baptisan adalah 'dalam nama Yesus Kristus.' Tidak disebutkan tentang baptisan atas nama Trinitas dalam Perjanjian Baru, kecuali dalam perintah DIATRIBUSIKAN kepada Kristus dalam Mat 28:19.” [12]

(6) Daniel L. Butler:

“Meskipun sesuai secara linguistik, turunan triadik 28:19 tampaknya tidak selaras dengan Matius 18:20: 'Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.' Kedua teks menggunakan frase Yunani eis to onoma, 'dalam nama,' namun, 18:20 menambahkan emon, 'dari aku,' dan 28:19 menambahkan, tou patros kai tou uiou kai tou agiou pneumatos, 'dari Bapa dan Putra dan Roh Kudus.' Rujukan ke baptisan dan pernyataan Tritunggal tampak panjang, terpoles, dan formal yang menjadi dasar perhatian dan kritik ilmiah, dan ini mencerminkan periode yang sangat terlambat, mungkin awal abad kedua. Rujukan ke baptisan dengan formula Tritunggal berimplikasi pada perikop ini sebagai perkembangan selanjutnya, dan karena itu bukan Matius.” [13]

(7) Foakes –Jackon FJ :

“… hal mencurigakan dari catatan dalam Matius xxviii. 19: 'Pergilah ke seluruh dunia dan jadikanlah murid-murid dari semua orang bukan Yahudi.., baptislah mereka dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus.' Bahkan tidak pasti apakah ayat ini harus dianggap sebagai bagian dari teks asli Matius. Tidak ada teks lain yang benar-benar ditemukan dalam manuskrip yang masih ada, dalam bahasa apa pun. Pada setiap poin, bukti dari Kisah Para Rasul merupakan fakta yang meyakinkan bahwa tradisi yang disebutkan dalam Matius xxviii. 19 datang belakangan dan sama sekali tidak memiliki pijakan sejarah." [14]

Hal lain yang perlu kita perjelas untuk saudara-saudara Kristen kita adalah, bagaimana Matius 28:19 sesungguhnya sangat bertentangan dengan ayat sebelumnya. Perhatikan sekali lagi ayat dalam Matius 28:18 dan cermati baik-baik apa yang terytulis di sana:

Kemudian Yesus datang kepada mereka dan berkata, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi."

Yesus berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Ini jelas merupakan kontradiksi frontal dengan doktrin Tritunggal sendiri. Jika Yesus adalah Tuhan, mengapa dia masih membutuhkan Tuhan lain untuk memberinya otoritas yang seharusnya sudah dimilikinya sejak awal? Tidak pernah terpikirkan bukan? Padahal berdasarkan doktrin Tritunggal, Yesus sebagai Tuhan yang maha kuasa jelas tidak membutuhkan siapa pun  untuk memberinya apapun, karena dia adalah Tuhan pemilik dan pencipta segala sesuatu.

Sejauh ini, apa yang kita ketahui tentang konsep Tritunggal adalah bahwa Bapa adalah Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan Yesus, sebagaimana terbukti dalam banyak situasi yang digambarkan dalam alkitab, adalah tuhan yang lebih rendah,  yang  dengan jelas menunjukkan bahwa dia tidak memiliki seluruh atribut yang dimiliki oleh Bapa. Dengan demikian, formula Tritunggal yang diyakini oleh mayoritas umat Kristen sebagai bentuk sempurna kemanunggalan antara Bapa, anak, dan Roh Kudus sebagai tiga entitas yang dalam segala hal adalah satu, justru menjadi berantakan dengan hadirnya ayat tambahan dalam Matius 28

Hal lain yang perlu dipahami adalah bahwa ALLAH yang maha kuasa memiliki segala atribut yang menunjukkan kekuasaan-Nya, termasuk tentu saja semua atribut yag tidak dimiliki oleh Yesus. Inilah yang tergambar dalam Matius 28:18, yang dengan sendirinya mendiskualifikasi Yesus dari Tuhan yang maha kuasa menjadi Tuhan yang lebih rendah, atau dengan kata lain, bukan Tuhan sama sekali.

Kita dapat menyimpulkan dari bukti-bukti tertulis di atas bahwa ayat Matius 28: 19 tidak asli, dan padanan kata paling tepat untuk tidak asli adalah palsu! Dari bukti-bukti tsb pula kita dapat menyimpulkan bahwa tidak mungkin Yesus pernah mengucapkan formulasi Tritunggal, dalam ayat 19 karena itu kontradiktif dengan ayat 18. 

Selanjutnya untuk menutup kasus ini, mari sama-sama kita cari jawabnya; mengapa tidak ada satu catatan pun dalam alkitab bahwa murid-murid Yesus pernah membaptis dalam formula Tritunggal? Alasannya apa? Mengapa formula Tritunggal seperti tertulis dalam Matius 28:19 tidak disebutkan di manapun dalam Perjanjian Baru?

"Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian berkata, “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat."  [Quran 2:79]


REFERENSI:

[1] Kutipan tentang Injil Matius dalam bahasa Ibrani dari Bapa gereja mula-mula, dikutip dari situs web ini
[2] Profesor George Howard, Injil Matius Ibrani , Mercer University Press, Macon, Georgia USA, 1995, halaman 190–191
[3] dari Kaisarea: Demonstrasi Evangelica. Tr. WJ Ferrar (1920) Buku 1: BAB 4 Mengapa kita menolak Cara Hidup Orang Yahudi, meskipun kita menerima Tulisan mereka. Halaman 24
[4] 2) Eusebius dari Kaisarea: Demonstrasi Evangelica. Tr. WJ Ferrar (1920) Buku 1: BAB 6 Sifat Kehidupan menurut Perjanjian Baru yang diwartakan kepada Semua Orang oleh Kristus. Halaman 42
[5] Eusebius dari Kaisarea: Demonstrasi Evangelica. Tr. WJ Ferrar (1920) Buku 3, BAB 6. Melawan Mereka yang berpikir bahwa Kristus dari Allah adalah seorang Penyihir. Page 152
[6] Eusebius dari Kaisarea: Demonstrasi Evangelica. Tr. WJ Ferrar (1920) Buku 3, BAB 7. Oracles about Christ., Halaman 159, nomor: 138
[7] Eusebius dari Kaisarea: Demonstrasi Evangelica. Tr. WJ Ferrar (1920), Buku 3, Bab 7, Ramalan tentang Kristus. halaman. 157
[8] Eusebius dari Kaisarea: Demonstrasi Evangelica. Tr. WJ Ferrar (1920) Buku 9. BAB 11 Dari Ulangan. (c) Tentang Pemberian Hukum menurut Injil Kristus. Halaman 175 (Perhatikan semua referensi tentang Eusebuis dikutip dari situs web ini
[9] Carl Clemen Kekristenan Primitif DAN Sumber Non-Yahudinya. T&T clark, Edinburgh (1921) halaman 214
[10] Rudolf Karl Bultmann, Teologi Perjanjian Baru, Volume 1, halaman 133 – 134
[11] David Wenham, Narasi Kebangkitan. Buletin Tyndale 24 (1973) halaman. 23 – 24
[12] Williston Walker A History of Christian Church (1918), Halaman 95
[13] Daniel L. Butler, Sebuah Studi Teks Amanat Agung halaman 56
[14] Foakes-Jackson, FJ (Frederick John), Lake , Kirsopp, Ropes, James Hardy, Cadbury, Henry Joel, Permulaan Kekristenan : Kisah Para Rasul (1920) 335- 337


[Sumber: Discover The Truth]



Dari Author

Post a Comment

 
Top