KEUTAMAAN DZIKIR
Segala puja dan pujian hanya bagi Allah yang Mahatinggi lagi Mahakuasa,yang melengkapi kasih sayang-Nya, yang mengampuni dosa dan menerima taubat, yang rahmat-Nya mencakup segala sesuatu nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya tak terhitung banyaknya.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Hakekat serta keutamaan dzikir kepada Allah Subhanahu wata'ala dapat disimpulkan berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
تَكْفُرُونِ وَلاَ لِي وَاشْكُرُواْ أَذْكُرْكُمْ فَاذْكُرُونِي
“Faudzkuruunii adzkurkum wausykuruu lii walaa takfuruuni..”
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni'mat)-Ku.”
(QS Al-Baqarah [2]:152).
“Faudzkuruunii adzkurkum wausykuruu lii walaa takfuruuni..”
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni'mat)-Ku.”
(QS Al-Baqarah [2]:152).
Ingatan Allah kepada hamba-Nya adalah berupa rahmat serta ampunan-Nya.~
Berfirman Allah Ta’ala:
كَثِيراً ذِكْراً اللَّهَ اذْكُرُوا
Udzkuruullaaha dzikran katsiiraan
“Berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.”
(QS Al-Ahzab [33]:41)
Berfirman Allah Ta’ala:
الضَّآلِّينَ لَمِنَ قَبْلِهِ مِّن كُنتُم وَإِن هَدَاكُمْ كَمَا وَاذْكُرُوهُ الْحَرَامِ الْمَشْعَرِ عِندَ اللّهَ فَاذْكُرُواْ عَرَفَاتٍ مِّنْ أَفَضْتُم فَإِذَا
“Fa-idzaa afadhtum min 'arafaatin faudzkuruuallaaha 'inda almasy'ari alharaami waudzkuruuhu kamaa hadaakum wa-in kuntum min qablihi laminaaldhdhaalliina…”
“Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam ( bukit Quzah di Muzdalifah), Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.”
Dan firman Allah Ta’ala;
جُنُوبِهِمْ وَعَلَىَ وَقُعُوداً قِيَاماً اللّهَ يَذْكُرُونَ الَّذِينَ
“Alladziina yadzkuruuna allaaha qiyaaman waqu'uudan wa'alaa junuubihim…”
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keaadan berbaring…”
(QS Ali-Imran [3]:19)
Dan firman-Nya pula;
جُنُوبِكُمْوَعَلَى وَقُعُوداً قِيَاماً اللّهَ فَاذْكُرُواْ الصَّلاَةَ قَضَيْتُمُ فَإِذَا
“Fa-idzaa qadhaytumu alshshalaata faudzkuruu allaaha qiyaaman waqu'uudan wa'alaa junuubikum…”
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.”
(QS An-Nisa’ [4]: 103)
Tentang ayat 103 surah an-Nisa’ diatas, Berkata Ibnu ‘Abbas Radhiallahu Anhu;
“Maksudnya: Ingatlah Allah pada malam dan siang, di darat dan di laut, dalam perjalanan dan ketika tinggal di rumah, sewaktu kaya dan dalam keadaan miskin, ketika sakit dan ketika sehat, serta secara tersembunyi dan dengan terang-terangan.
Berfirman Allah Ta’ala tentang celaan terhadap orang-orang munafiq:
قَلِيلاً إِلاَّ اللّهَ يَذْكُرُونَ وَلاَ
“Walaa yadzkuruuna allaaha illaa qaliilaan…”
“Mereka (orang-orang munafiq) tiadalah mereka menyebut Allah, kecuali sangat jarang”
(QS An-Nisa’ [4] 142)
Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, yaitu bila mereka berada di hadapan orang.
Dan Firman Allah Azza wa Jalla:
Dan Firman Allah Azza wa Jalla:
الْغَافِلِينَ مِّنَ تَكُن وَل وَالآصَالِ بِالْغُدُوِّ الْقَوْلِ مِنَ الْجَهْرِ وَدُونَ وَخِيفَةً تَضَرُّعاً نَفْسِكَ فِي كَ رَّبَّ وَاذْكُر
"Waudzkur rabbaka fii nafsika tadharru'an wakhiifatan waduuna aljahri mina alqawli bialghuduwwi waal-aasaali walaa takun mina alghaafiliina.."
“Dan sebutlan (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara keras, di waktu pagi dan petang; Dan janganlah kamu termasuk sebahagian orang-orang yang lalai”.
(QS Al-A’raf [7 ] : 205)
Firman Allah Ta’ala;
أَكْبَرُ اللَّهِ وَلَذِكْرُ
waladzikru allaahi akbaru
“Dan sesungguhnya mengingati Allah itu lebih besar (manfa’atnya/keutamaannya).
(QS Al-Ankabut [29 ] : 45)
Bahwa zikir Allah Ta’ala kepada Anda adalah lebih besar daripada zikir Anda kepada-Nya;
Zikir kepada Allah SWT adalah lebih utama dari seluruh ibadah yang lain.”
Zikir kepada Allah SWT adalah lebih utama dari seluruh ibadah yang lain.”
Demikianlah tersebut pada ayat-ayat tadi dan pada ayat-ayat yg lain yang tidak diterangkan di sini.
Adapun hadits, maka bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam;
“Orang yang berdzikir kepada Allah (mengingati Allah) diantara oran-orang yang lalai, adalah seperti pohon kayu hijau, ditengah-tengah pohon kayu yang kering”. ~
Bersabda Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam;
“Berfirman Allah ‘Azza wa Jalla: “Sesungguhnya AKU bersama hamba-Ku, selama ia mengingati AKU dan bergerak dua bibirnya menyebutkan nama-KU”.
Bersabda Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam;
“Tidaklah anak Adam (manusia) mengerjakan suatu amalan yang lebih menyelamatkan- nya dari azab Allah, selain daripada berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla”. (2)
Lalu para sahabat bertanya:
“Wahai Rasulullah! Tidakkah jihad fi sabili’llah yang lebih melepaskan?”
Bersabda Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam; “Bukanlah jihad fi sabili’llah jihad itu, melainkan engkau menebaskan pedangmu hingga patah, lalu engkau menebaskan pedangmu hingga patah, kemudian engkau menebaskannya lagi hingga patah”.
Bersabda Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam:
“Barangsiapa yang ingin tinggal di taman-taman surga, maka hendaklah ia memperbanyak dzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla”.
Ditanyakan kepada Rasulullah Saw: “Amalan apakah yang paling utama?”
Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam menjawab: “Bahwa engkau meninggal dunia sementara lidahmu basah karena zikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla”.
Bersabda Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam:
Ditanyakan kepada Rasulullah Saw: “Amalan apakah yang paling utama?”
Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam menjawab: “Bahwa engkau meninggal dunia sementara lidahmu basah karena zikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla”.
Bersabda Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam:
“Laluilah waktu pagi dan sore dalam keadaan lisan Anda selalu basah karena menyebut nama Allah (berdzikir kepada Allah), niscaya Anda melalui waktu pagi dan sore itu tanpa ada dosa pada diri Anda. ~ Berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla pada waktu pagi dan petang, adalah lebih utama”.
Bersabda Nabi Saw.:
Bersabda Nabi Saw.:
“Sesungguhnya berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla pada waktu pagi dan petang adalah lebih utama daripada menebaskan pedang di jalan Allah (fi sabili’llah), dan daripada memberikan harta karena kedermawanan”.
Bersabda Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam:
Bersabda Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam:
Berfirman Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi:
“Apabila hamba-Ku mengingati-Ku dalam dirinya, niscaya AKU mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam kumpulan orang banyak (majelis), niscaya AKU menyebutkan dia dalam kumpulan yang lebih baik daripada kumpulannya (majelis malaikat). Apabila ia mendekat kepada-Ku sejengkal, AKU mendekat kepadanya sehasta. Apabila ia mendekat kepada-KU sehasta, niscaya AKU mendekat kepadanya sedepa. Dan apabila ia berjalan mendatangi-Ku, maka AKU datangi ia dengan berlari”. [Yang dimaksud dengan “berlari” itu, ialah “bersegera memperkenankan doanya]”.
Bersabda Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam:
“Tujuh kelompok orang akan dinaungi oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam naungan-Nya, di hari yang tidak ada naungan, selain dari naungan Allah (Padang Masyhar). Dan, diantara yang tujuh itu, ialah orang-orang yang berdzikir kepada Allah pada tempat yang sepi. Lalu berlinanganlah air matanya karena takut kepada Allah”. (3)
Berkata Abu’Darda: “Bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam:
Berkata Abu’Darda: “Bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam:
“Maukah aku beritahukan kepadamu amalan yang lebih baik dan lebih suci di sisi Tuhanmu, yang lebih tinggi di antara derajatmu dan lebih baik bagimu daripada pemberian uang dan emas; serta lebih baik bagimu daripada menghadapi musuhmu, lalu kamu menebas lehernya dan mereka pun menebas lehermu?”
Para sahabat itu menjawab: “Apakah itu, ya Rasulullah?”
Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam menjawab: “Berkekalan mengingat (berdzikir) kepada Allah ‘Azza wa Jalla”. (4)
Para sahabat itu menjawab: “Apakah itu, ya Rasulullah?”
Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam menjawab: “Berkekalan mengingat (berdzikir) kepada Allah ‘Azza wa Jalla”. (4)
Bersabda Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam:
Berfirman Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi:
“Barangsiapa menghabiskan waktunya (disibukkan) dengan berdzikir kepada-Ku, sehingga lupa meminta sesuatu kepada-Ku, niscaya AKU akan memberinya sesuatu yang lebih utama, daripada apa yang AKU berikan kepada orang-orang yang meminta”. (5)Adapun dari atsar: Maka berkata Al-Fudhayl:
“Telah sampai kepada kami riwayat, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Wahai hamba-KU! Berdzikirlah kepada-Ku sesaat sesudah Shubuh, dan sesaat sesudah ‘Ashar, niscaya AKU cukupkan keperluanmu di antara dua waktu itu!”
Berkata setengah ulama:
Bahwa Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Kapan pun AKU memperhatikan hati seorang hamba, laluAKU mendapati sebagian besarnya berpegang teguh dengan mengingati Aku (berzikir), dimana Aku memegang kendali kebijakannya, menjadi teman duduknya, teman bicaranya, dan kekasihnya”.
Berkata Al-Hasan r.a.: “Dzikir itu dua:
- Berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla diantara diri Anda serta – yang lebih bagus, lebih besar pahalanya, dan yang lebih utama dari itu,-- ialah
- Dzikir kepada Allah SWT. Ketika menghadapi sesuatu yang diharamkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla”.
Diriwayatkan “bahwa setiap nyawa keluar dari dunia itu dalam keadaan haus, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla”.
Berkata Mu’az bin Jabal r.a.:
“Tiadalah sesuatu yang membawa kepada penyesalan bagi ahli sorga, kecuali saat-saat yang berlalu pada mereka, dimana mereka tiada berdzikir kepada Allah SWT”.
Wallahu Ta’ala ‘alam. ALLAH yang Mahatinggi, Yang Mahatahu!
----------------
Catatan Kaki:
(1). Dirawikan Abu Na’im dari Ibnu Umar, dengan sanad dla’if
(2). Dirawikan Ibnu Abi Syaibah dari Mu’adz, dengan sanad hasan.
(3). Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.
(4). Dirawikan At-Thirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim dan Abid-Darda’ dan shahih isnad
(5). Dirawikan Al-Bukhari dan Al-Baihaqi dari Umar bin Al-Khaththab.
Wallahu Ta’ala ‘alam. ALLAH yang Mahatinggi, Yang Mahatahu!
Dipetik dari tulisan: al-Imam Al-Ghazali dalam bukunya: “IHYA’-ULUMIDDIN” (Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama) dan Kitab “Mukasyafah al-Qulub”
----------------
Catatan Kaki:
(1). Dirawikan Abu Na’im dari Ibnu Umar, dengan sanad dla’if
(2). Dirawikan Ibnu Abi Syaibah dari Mu’adz, dengan sanad hasan.
(3). Dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.
(4). Dirawikan At-Thirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim dan Abid-Darda’ dan shahih isnad
(5). Dirawikan Al-Bukhari dan Al-Baihaqi dari Umar bin Al-Khaththab.
Post a Comment