Screenshot di atas ini hanya sebagian dari contoh penulisan ayat pertama Kitab Kejadian 1:1 Bibel versi pararel dalam berbagai bahasa (lebih lengkap, lihat di sini), di mana menurut Smith & Van Dyke, kata "ELOHIM" dalam ayat berbahasa Ibraninya, atau "GOD" dalam terjemah Inggrisnya, diartikan sebagai "ALLAH" dalam terjemah bahasa Arabnya.
Kita bisa lihat pula dalam alkitab online Ortodoks Koptik bahwa kata ELOHIM tsb juga diartikan sebagai ALLAH oleh umat kristen sekte ini (lihat di sini). Sementara dalam Bibel terjemah Indonesia, LAI juga mengartikan "ELOHIM" dalam Kitab Kejadian 1:1 sebagai "ALLAH" (lihat di sini).
Artinya, terlepas ditulis dalam bahasa apa dan disebut dengan lafadz apapun, kata ganti TUHAN dalam Kitab Kejadian 1:1 itu tetap dimaksudkan sebagai ALLAH dalam bahasa Arab.
Artinya, terlepas ditulis dalam bahasa apa dan disebut dengan lafadz apapun, kata ganti TUHAN dalam Kitab Kejadian 1:1 itu tetap dimaksudkan sebagai ALLAH dalam bahasa Arab.
Ini membuktikan kepada umat kristen bahwa:
Pertama: Nama ALLAH sudah ada dan dikenal oleh manusia, bahkan jauh sebelum manusia itu sendiri diciptakan! [1]
Ingat! Kitab Kejadian 1:1 dalam Bibel anda adalah ayat yang menceritakan awal proses penciptaan alam semesta saat mana manusia sendiri belum tercipta, akan tetapi nama ALLAH sudah disebut!
Kedua: Disebut dengan nama apapun, khususnya dalam kitab-kitab suci agama Samawi atau dalam Bibel anda sendiri, misalnya saja menurut terminologi yang dikenal oleh bangsa Yahudi sebagai Adonai, El, Elohim, Elyon, Elohe Yisrael, El Olam, El Roi, El Shaddai, Immanuel, YHWH, Ehyeh-Asher-Ehyeh, Eloah dst, sekali lagi, di dalam Al-Quran yang ditulis dalam bahasa Arab, tetap saja sama artinya dengan ALLAH!
Sementara itu, dengan merujuk pada kitab-kitab yang dipercaya oleh umat Kristen sebagai Taurat, Zabur dan Injil, maka Bibel -- yang dianggap sebagai gabungan dari ketiga kitab tadi -- memperkenalkan ALLAH sebagai YHWH, dengan tambahan 10 "nama pribadi" dan 7 "nama gelar" yang kesemuanya akan kembali lagi kepada YHWH yang menurut alkitab adalah sebagai pemilik nama pribadi & gelar tsb (lihat di sini), atau kepada ALLAH menurut Al-Quran. (lihat di sini).
Tentang ini kita kerapkali melihat umat Kristen langsung kalang kabut tatkala diminta untuk menjelaskan nama pribadi dan gelar YHWH ini secara gamblang alias tidak "mbulet" seperti pada umumnya tiap kali coba menjelaskan doktrin-doktrin Kristen lainnya kepada umat Islam.
Sedangkan Al-Quran memperkenalkan ALLAH dengan 98 "nama indah lainnya" yang dikenal dengan sebutan "asmaul husna" sebagai nama-nama yang menjelaskan sifat-sifat utama-Nya sebagai Sang Khalik (lihat di sini).
Tentang ini kita kerapkali melihat umat Kristen langsung kalang kabut tatkala diminta untuk menjelaskan nama pribadi dan gelar YHWH ini secara gamblang alias tidak "mbulet" seperti pada umumnya tiap kali coba menjelaskan doktrin-doktrin Kristen lainnya kepada umat Islam.
Sedangkan Al-Quran memperkenalkan ALLAH dengan 98 "nama indah lainnya" yang dikenal dengan sebutan "asmaul husna" sebagai nama-nama yang menjelaskan sifat-sifat utama-Nya sebagai Sang Khalik (lihat di sini).
Nama-nama ini jauh lebih banyak dan tentunya lebih sempurna merepresentasikan ALLAH dengan segala sifat-sifat utama-Nya yang perlu diketahui oleh manusia dibandingkan dengan 17 "nama pribadi & gelar" YHWH menurut alkitab.
Kebalikan dari umumnya umat Kristen, tentang asmaul husna ini umat Islam tidak pernah bingung apalagi sampai kalang kabut untuk menjelaskannya satu demi satu, mengingat keterangan tentangnya lebih dari cukup di dalam literatur Islam.
Kebalikan dari umumnya umat Kristen, tentang asmaul husna ini umat Islam tidak pernah bingung apalagi sampai kalang kabut untuk menjelaskannya satu demi satu, mengingat keterangan tentangnya lebih dari cukup di dalam literatur Islam.
CATATAN KAKI
[1] Ketika masih di dalam kandungan, seorang janin mengadakan perjanjian dengan Allah Ta'ala. Janin yang menyanggupi perjanjiannya akan lahir ke dunia. Sedangkan yang tidak sanggup memenuhi perjanjian tersebut tidak akan hidup, atau mati sesaat setelah dilahirkan.
Mengenai perjanjian Allah Ta'ala dengan janin ini sudah dijelaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan terdapat dalam Al Qur'an Surat Al A'raaf ayat 172:
Mengenai perjanjian Allah Ta'ala dengan janin ini sudah dijelaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan terdapat dalam Al Qur'an Surat Al A'raaf ayat 172:
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari Sulbi mereka dan Allah Ta'ala mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" merka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhan)".
Janji janin kepada Allah Ta'ala adalah pengakuan atas Keesaan Allah Ta'ala. Hal ini disaksikan oleh Adam dan penduduk langit. Namun setelah terlahir ke dunia, kita tidak mengingat perjanjian itu karena fitrah manusia yang pelupa.
Sebenarnya, semua bayi yang berada di dalam rahim beragama Islam dan berada di jalan Allah Ta'ala. Hanya orang tua merekalah yang menjadikannya beragama selain Islam dan melupakan perjanjiannya dengan Allah Ta'ala.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?”
Janji janin kepada Allah Ta'ala adalah pengakuan atas Keesaan Allah Ta'ala. Hal ini disaksikan oleh Adam dan penduduk langit. Namun setelah terlahir ke dunia, kita tidak mengingat perjanjian itu karena fitrah manusia yang pelupa.
Sebenarnya, semua bayi yang berada di dalam rahim beragama Islam dan berada di jalan Allah Ta'ala. Hanya orang tua merekalah yang menjadikannya beragama selain Islam dan melupakan perjanjiannya dengan Allah Ta'ala.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?”
[Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Malik dalam Al-Muwaththa` (No. 507); Al-Imam Ahmad dalam Musnad-nya (No. 8739); Al-Imam Al-Bukhari dalam Kitabul Jana`iz (No. 1358, 1359, 1385), Kitabut Tafsir (No. 4775), Kitabul Qadar (No. 6599); Al-Imam Muslim dalam Kitabul Qadar (No. 2658)].
Wallahu a'lam bisyawwab....
[Dari Catatan Bagus Pamungkas]
Post a Comment