Menu

Gus Mendem Gus Mendem Author
Title: Falsafah Cangkir Kopi
Author: Gus Mendem
Rating 5 of 5 Des:
Sekelompok alumnus satu universitas yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul pada sebuah reuni, kemudian sepakat untuk meny...

Sekelompok alumnus satu universitas yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul pada sebuah reuni, kemudian sepakat untuk menyambangi seorang profesor, mantan dosen favorit mereka yang terkenal arif.

Percakapan hangat segera terjadi dan pada akhirnya mengarah pada keluhan pribadi masing-masing tentang stress di pekerjaan dan kehidupan sehari-hari mereka.

Menawari tamu-tamunya kopi, sang dosen beranjak ke dapur dan kembali dengan satu teko besar berisi kopi dan beberapa cangkir berbagai model, seperti yang terbuat dari porselin, plastik, kristal, gelas biasa, dan bahkan beberapa di antaranya merupakan gelas sangat mahal dan sangat indah. 

Lalu sang dosenpun mempersilahkan para mantan mahasiswanya itu untuk memilih sendiri gelas kopinya masing-masing.

Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, maka sambil menuang kopi untuk dirinya sendiri sang professorpun berkata: 

"Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah kalian ambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."

Sang dosen melanjutkan:

"Pastikanlah bahwa cangkir itu sendiri sebetulnya sama sekali tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanyalah soal lebih mahal semata. Sedang dalam beberapa kasus, cangkir yang dipilih bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Padahal, apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukan cangkirnya. Namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain, dan biasanya, mulai merasa sangat terganggu bila cangkir di tangan kalian tidak seindah yang ada di tangan orang lain. 

Sambil tersenyum sang dosen melanjutkan lagi:

"Sekarang perhatikan hal ini; hati kita ini sebenarnya bagai kopi, sedangkan pekerjaan, kekayaan dan kedudukan sosial hanyalah  cangkirnya. Seringkali karena berkonsentrasi hanya pada keindahan dan mahalnya cangkir kopi, akhirnya kita gagal untuk menikmati betapa sedap sebetulnya kopi yang sudah disediakan oleh Tuhan untuk kita!"


[Sumber: Milis Certivasi]


Dari Author

Post a Comment

 
Top