Dengan memetik ayat surah Al-A'raf, kemarin malam seorang ngeyeler kristen berinisial Theos An-Nar menulis di salahsatu forum dialog lintas agama GM begini:
Post terakhir untuk didiskusikan hari ini:
Apakah kau bisa menjelaskan padaku, apa maksud dari ayat Alquran ini:
QS. Al-A'raf: 20
fawaswasa lahumaa sysyaythaanu liyubdiya lahumaa maa wuuriya 'anhumaa min saw-aatihimaawaqaala maa nahaakumaa rabbukumaa 'an haadzihi sysyajarati illaa an takuunaa malakayni aw takuunaa mina lkhaalidiin.
Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".
PERHATIKAN KALIMAT INI:
" ... melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)."
Ada yang mau diskusi tentang hal ini?
- Adam dilarang oleh Allah memakan buah itu karena apa menurut Allahmu?
- Godaan Iblis adalah supaya Adam menjadi hidup kekal di dalam surga, maka setelah Adam mendengar godaan iblis itu, maka seharunya Adam hidup kekal di surga. Lalu kenapa Adam bisa mati akhirnya dalam penceritaan Adam dan Hawa di surga itu?
- Adam menurut Alquran, dari yang tidak kekal menjadi kekal setelah memakan godaan iblis itu, lalu kenapa keturunan Adam akhirnya menemui kematian bila Adam sudah menjadi kekal di surga dengan memakan godaan iblis itu?
Menaggapi soalan di atas, dengan sedikit revisi saya menulis begini:
Jawaban 1:
Menurut Allah seluruh umat manusia, jadi bukan Allahku seorang, larangan itu hanya ujian bagi Adam. Allah ingin membuktikan kepada Adam sendiri seberapa tangguh sebenarnya dia dalam melawan godaan Iblis demi mempertahankan kepatuhan dan ketundukannya kepada Allah. Ingat, sebelum peristiwa ini terjadi, dalam islam diketahui Iblis yang terusir mohon kepada Allah untuk menyesatkan Adam dan sebanyak-banyaknya keturunan Adam dan Hawa.
Di belakang hari, terbukti ternyata Adam tidak cukup tangguh dan karenanya Allah kemudian mengajarkan kepada Adam sebab-sebab dan alasan kenapa Allah menyebut Iblis (dan setan) adalah musuh utama bagi setiap anak manusia.
Allah Maha Mengetahui bahwa pada dasarnya manusia antara lain memiliki sifat congkak tapi bodoh. Sehingga pelajaran yang paling efektif (terbukti hingga hari ini) adalah melalui pengalaman pahit! Ini pernah kusebut sebagai pelajaran pertama bagi seluruh umat manusia menyangkut segala atribut terkait dengan eksistensi iblis.
Bentuk ujian bagi Adam berikut anak cucunya bermacam-macam, dimulai dari Adam sendiri, yaitu larangan mendekati pohon terlarang yang kemudian diikuti dengan pelajaran pahit sebagai akibat yang harus ditanggungnya karena melanggar larangan Allah tsb.
Salahsatu contoh yang mudah kita mengerti dalam kehidupan masyarakat modern seperti sekarang ini misalnya, adalah larangan Allah untuk mendekati zina. Tidak perlu disebut angkanya, tapi setiap kita pasti punya pengetahuan sendiri tentang berapa banyak anak-cucu Adam yang sanggup melawan godan iblis untuk tidak terlibat di dalamnya, bukan?
Jawaban 2:
Apa pun yang dibisikkan iblis kepada Adam agar Adam mau menuruti ajakannya 'melanggar' larangan Allah adalah tipu daya semata. Sama seperti kenikmatan dunia yang dijanjikan iblis kepada setiap kita untuk melanggar perintah Allah. Setelah kita lakukan (bila kepatuhan kita kepada Allah memang lemah), ternyata tidak pernah terbukti, bahkan rata-rata bukti yang kita saksikan sendiri adalah kebalikannya!
Jadi apa yang kau garisbawahi;
PERHATIKAN KALIMAT INI:
" ...melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)", pada prinsipnya tidak pernah dapat dibuktikan sebagai suatu keniscayaan. Tokh itu bukan firman Allah, melainkan hanya akal-akalan iblis saja.
Adapun perkara mati bagi Adam (dan seluruh anak-cucunya) tidak ada hubungannya dengan pemahaman kristen yang mengira bahwa Adam dan seluruh keturunannya seharusnya hidup kekal di sorga. Dalam hal ini Al-Quran sudah lebih dari cukup menjelaskan bahwa sejak sebelum Adam sendiri diciptakan, Allah sudah lebih dulu memberitahu para malaikat bahwa DIA akan menciptakan khalifah di muka bumi, bukan di sorga, yaitu manusia bernama Adam.
Meskipun para malaikat memprotes dengan alasan yang masuk akal, tapi Allah menjawab bahwa DIA tahu apa yang tidak diketahui oleh para malaikat. Ini adalah isyarat bahwa Allah mempunyai rencana besar (grand design) untuk Adam dan seluruh keturunannya, dan justru inilah yang sesungguhnya perlu digarisbawahi; HANYA Allah saja yang Paling Mengetahui setiap detil dari rencana besar tsb!
Jawaban 3: Perhatikan lagi jawaban nomor 2 diatas. Dan hanya sebagai tambahan, Al-Qur'an tidak pernah secara eksplisit menyebutkan bahwa kehidupan abadi manusia hanya di sorga tanpa melalui kehidupan fana di dunia yang diikuti dengan kematian, lalu (pada gilirannya nanti akan) dibangkitkan kembali untuk memulai kehidupan abadinya di negeri akhirat.
Sesuai ketetapan Allah menyangkut ajal, Adam memang telah wafat (dan tentunya sedang menjalani kehidupan abadi di akhirat), tapi ini tidak menjadikan seluruh anak-cucunya harus hidup abadi di dunia. Kenapa? Karena sama seperti leluhurnya, setiap anak manusia (bahkan dalam Al-Qur'an disebutkan setiap yang bernyawa) akan mengalami mati. Ini adalah ketetapan Allah yang tidak menyelisihi ayat mana pun di dalam Al-Qur'an.
KESIMPULAN:
- Konsep dosa waris dan upah maut seperti yang diajarkan kristen MUSTAHIL disejajarkan apalagi disamakan dengan ajaran Islam. Islam tidak mengenal dosa waris dan penebusan dosa.
- Islam mengajarkan bahwa dosa adalah tanggungjawab setiap individu dan hanya dapat dihapus melalui permohonan pengampunan dosa oleh individu sendiri. Islam juga mengajarkan seluk-beluk pertaubatan yang mengikat antara individu dan Allah. Segala hal menyangkut pertanggugjawaban dosa individu tidak akan dipengaruhi oleh campur tangan fihak lain meski itu kerabat paling dekat sekalipun. Apa yang dapat dilakukan oleh keluarga dalam hal ini hanya sebatas memohonkan pengampunan bagi sang individu, sedangkan keputusan akhir sepenuhnya bergantung pada murka atau ridha Allah semata.
- Islam tidak mengenal kehidupan abadi di dunia (mortality) karena kehidupan abadi yang sesunguhnya (immortality) adalah di akhirat.
- Islam mengajarkan bahwa dunia adalah tempat setiap anak manusia diuji guna menentukan sendiri (dalam kristen di sebut free will) di mana kelak ia akan menjalani kehidupan abadinya. Manusialah sesungguhnya yang memilih sendiri apakah ia ingin hidup abadi di sorga atau di neraka. Sedangkan risalah dan petunjuk mengenai bagaimana cara memilih kedua tempat ini sudah sangat jelas diberikan oleh Allah melalui ajaran semua nabi dan rasul yang diutus-Nya sejak nabi pertama Adam as, hingga nabi terakhir sekaligus penutup risalah seluruh nabi Allah, yaitu Muhammad saw.
Kenapa saya memilih menjawab tidak jauh-jauh dari issue menyangkut hidup kekal, dosa waris, dan penebusan dosa? Jawabnya adalah karena belajar dari pengalaman beinteraksi dengan ybs selama ini rasanya saya dapat menduga 'ke mana' sebetulnya arah pertanyaan di atas mau dibawa.
Ia ingin membuktikan bahwa konsep ajaran kristen menyangkut issue di atas didukung oleh ayat-ayat Al-Qur'an. Sayangnya, harapan itu mustahil terpenuhi karena menunjuk surah Al-A'raf: 20 yang dipilihnya sendiri, maka ayat-ayat berikutnya justru jelas-jelas menolak semua konsep ajaran kristen yang selama ini mereka yakini!
Perhatikanlah penjelasan SURAH AL-A'RAAF berikut ini:
[20] Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: `Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam syurga).`
Lihat juga Surah Thaha:
(Maka setan mulai menggoda keduanya) yakni iblis (untuk menampakkan) memperlihatkan (kepada keduanya apa yang tertutup) dengan wazan fu`ila dari lafal al-muwaaraah (dari mereka, yaitu auratnya dan setan berkata, "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini melainkan) karena khawatir (supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat) dan menurut suatu qiraat dibaca dengan malikaini/lam dikasrahkan (atau tidak menjadi orang-orang yang kekal dalam surga") berdasarkan hal itu maka memakan pohon itu adalah suatu keharusan sebagaimana yang disebutkan pula di dalam ayat lain, yaitu, "Maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon kekekalan dan kerajaan yang tidak akan binasa." (Q.S. Thaha 120)
[21] Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. `Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua`
Untuk menguatkan bisikan jahat dan tipu dayanya itu dia bersumpah kepada Adam dan Hawa, bahwa dia sebenarnya adalah pemberi nasihat yang benar-benar menginginkan kebahagiaan keduanya dan apa yang dinasihatkannya itu adalah benar dan timbul dari hati nuraninya penuh dengan keikhlasan.
[22] maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun syurga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: `Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu:` Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?
Dengan cara ini tampak oleh Adam kesungguhan iblis yang tidak sedikit pun membayang di mukanya sesuatu yang mencurigakan, dan apa yang dikemukakannya dan diadviskannya itu adalah bohong atau tipu daya belaka, maka terpengaruhlah keduanya kepada bujukan iblis penipu itu, lalu memakan buah pohon yang Allah melarang mendekatinya, lalu keduanya lupa sama sekali akan kedudukan mereka dan larangan Allah kepada mereka sebagaimana firman Allah:
Lihat juga Surah Thaha:
"Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu) dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat." (QS Taha: 115)
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa yang terpengaruh lebih dahulu dari bujukan iblis itu ialah Hawa yang kemudian menyuruh suaminya memakan buah yang dilarang Allah memakannya sebagaimana pengakuan Adam a.s. di dalam riwayat berikut: Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa ketika Adam memakan buah kayu itu dikatakan kepadanya, kenapa kamu memakan buah kayu yang Aku larang memakannya itu? Adam menjawab: "Hawa yang menyuruh saya." Kenyataan menunjukkan bahwa wanita itu mudah dan gampang terpengaruh kepada sesuatu apalagi yang berupa bujukan dan rayuan tanpa memikirkan dan memperhitungkan akibatnya, kecuali yang kuat imannya. Tatkala keduanya telah merasakan buah yang dimakannya itu, maka mulai tampak oleh mereka aurat masing-masing. Adam a.s. ketika melihat auratnya memetik daun pohon di dalam surga untuk menutupi auratnya, demikian pula Hawa.
Setelah kejadian tersebut Allah swt. mencercanya karena tidak mengindahkan larangan-Nya dan tidak mematuhi-Nya namun ia terpedaya dan menuruti bujukan iblis penipu itu lalu memperingatkannya: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua mendekati pohon itu dan memakan buahnya. Dan telah menandaskan kepadamu, bahwa setan itu adalah musuhmu yang nyata apabila kamu turutkan kemauan dan kehendaknya Aku mengeluarkan kamu dari kehidupan yang lapang, senang dan bahagia kepada kehidupan yang penuh kesulitan, penderitaan dan kesusahan." Sejalan dengan hal tersebut Allah swt. berfirman:
Lihat juga surah Thaha:
Maka Kami berkata: "Hai Adam sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga yang menyebabkan kamu jadi celaka." (Q.S Taha: 117)
Perhatikan lagi ayat 22 di atas:
(Maka setan membujuk keduanya) untuk menurunkan kedudukan keduanya (dengan tipu daya) darinya. (Tatkala keduanya telah merasai buah pohon itu) mereka berdua telah memakannya (nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya) yakni kedua kemaluan masing-masing tampak oleh lainnya; kedua anggota tubuh itu dinamakan sau`ah, sebab jika terbuka akan membuat malu orang yang bersangkutan (dan mulailah keduanya menutupi) maksud keduanya mengambil penutup untuk menutupi (kedua auratnya dengan daun-daun surga) untuk menutupinya. (Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka, "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepadamu, 'Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua.')" yang jelas permusuhannya; kata tanya menunjukkan makna penegasan.
[23] Keduanya berkata:` Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.`
Setelah Adam a.s. dan istrinya menyadari kesalahan yang diperbuatnya, yaitu menuruti ajakan setan dan meninggalkan perintah Allah swt. dia segera bertaubat, menyesali perbuatannya. Dengan segala rendah hati, penuh khusyuk dan di waktu dia berdoa dia mengucapkan:
Atas ucapan doa yang benar-benar keluar dari lubuk hatinya dengan penuh kesadaran disertai dengan keikhlasan, maka Allah swt. memperkenankan doanya, mengampuni dosanya dan melimpahkan rahmat kepadanya. Firman Allah swt.:
Lihat juga surah Al-Baqarah:
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S Al Baqarah: 37)
[24] Allah berfirman:` Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan.`
Setelah selesai peristiwa Adam a.s. sejak dia membuat kedurhakaan yang menjadikan dia sesat, lalu dia taubat dan taubatnya diterima Allah swt. sehingga menjadilah dia orang pilihan kembali dan mendapatkan pimpinan dari Allah swt. sebagaimana firman-Nya:
Lihat juga surah Thaha:
Dan durhakalah Adam kepada Tuhan, maka sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya, maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman, "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama." (Q.S Taha: 121-123)
Telah menjadi sunnatullah bahwa setiap perbuatan buruk akan mempunyai akibat yang buruk pula. Di bumi ini akan terjadilah permusuhan, sebagian akan menjadi musuh dari sebagian yang lain. Iblis dan kawan-kawannya akan selalu memusuhi anak cucu Adam a.s. Sebaliknya anak cucu Adam a.s. harus selalu waspada dan tetap memandang dan menjadikan iblis itu musuh yang sangat berbahaya karena kalau tidak mereka akan dijebloskan ke dalam neraka sebagai firman Allah swt.:
Lihat juga surah Fatir:
Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu) karena sesungguhnya setan-setan itu hanyalah mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (Q.S Fatir: 6)
Mereka akan tinggal dan menetap di bumi dilengkapi dengan sumber penghidupan yang menjadi kesenangannya sampai kepada waktu yang telah ditentukan oleh Allah swt., yaitu pada waktu berakhirnya ajal dan tibanya hari kiamat sesuai dengan firman Allah swt.:
Lihat juga surah Al-A'raf:
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. (Q.S Al-A'raf: 10)
[25] Allah berfirman: 'Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.'
Pada ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa di bumi inilah mereka akan hidup sepanjang umur yang telah ditakdirkan bagi mereka dan di bumi ini pula mereka akan mati apabila sampai ajal mereka, suatu ketentuan yang tak dapat diubah lagi, tidak bisa dimajukan dan tidak bisa pula ditangguhkan sebagaimana firman Allah swt.:
Lihat juga surah Al-A'raf:
Maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya. (Q.S Al A'raf; 34)
Lihat juga surah Al-Munafiqun:
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya (ajalnya). (Q.S Al-Munafiqun:11)
Lihat juga surah Taha:
Selanjutnya di bumi ini pulalah mereka akan dibangkitkan dan ayat 25 ini sejalan dengan firman Allah swt.:
"Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu, dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain. (Q.S Taha: 55)
[26] Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.
Pada ayat ini Allah swt. menyeru kepada anak cucu Adam dan memperingatkan nikmat yang begitu banyak yang telah dianugerahkan-Nya supaya mereka tidak melakukan maksiat, tetapi hendaklah mereka bertakwa kepada-Nya di mana mereka berada sesuai dengan sabda Nabi Muhammad saw.:
اتق الله حيثما كنت
Bertakwalah kepada Allah swt. di mana saja engkau berada. [H.R At Turmuzi dari Mu'az bin Jabal]
Dialah yang menurunkan hujan dari langit, menyebabkan adanya kapas, rami, wool dan sebagainya yang kesemuanya itu dapat dijadikan bahan pakaian sesudah diolah untuk dipakai menutupi aurat kita, tubuh kita dan untuk menahan panas dan dingin dan dipakai dalam peperangan untuk menahan senjata (baju besi), dijadikan keindahan sebagai perhiasan, satu hal yang disukai oleh Allah swt. sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.:
إن الله جميل يحب الجمال
Sesungguhnya Allah itu sangat indah menyenangi keindahan. [H.R Muslim dan Turmuzi dari Ibnu Mas'ud]
Ini semuanya adalah merupakan pakaian dan keindahan lahiriah. Di samping itu ada lagi macam pakaian yang sifatnya abstrak (rohaniah) jauh lebih baik dari pakaian lahiriah tadi karena ia dapat menghimpun segala macam kebaikan, yaitu takwa kepada Allah swt.
Sabda Nabi Muhammad saw.:
عليك بتقوى الله فإنها جماع كل خير
Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah karena sesungguhnya takwa itu menghimpun segala kebaikan. [H.R Abu Ya'la dari Abu Said]
Dengan takwa itu Allah swt. senantiasa memberikan kepada kita petunjuk untuk dapat mengatasi dan keluar dari kesulitan yang dihadapi, Dia akan memberikan kepada kita rezeki dari arah yang tidak terduga-duga sebelumnya dan selalu dimudahkan urusan kita sebagaimana firman Allah swt.:
Lihat juga surah At-Talaq:
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (Q.S At Talaq: 2-4)
Segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah swt. seperti memberikan pakaian adalah tanda bagi kekuasaan Allah swt. dan membuktikan kebaikan-Nya kepada anak cucu Adam a.s. maka pada tempatnyalah kalau kita selalu mengingat Allah swt. mensyukuri nikmat-Nya, menjauhi ajakan setan dan tidak berlebih-lebihan dalam ucapan dan lain-lain sebagainya.
[27] Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari syurga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperhatikan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.
Pada ayat-ayat ini, Allah swt. menyerukan kepada anak cucu Adam sekali lagi untuk memperingati mereka jangan sampai lalai dan lengah melupakan dan menyia-nyiakan dirinya, tidak mensucikan dan membentenginya dengan takwa tetapi hendaklah mereka selalu berpikir mengingat Allah karena kalau tidak hatinya akan berkarat sebagaimana berkaratnya besi. Dengan demikian mereka akan mempunyai kekuatan yang membaja untuk menghadapi bujukan dan rayuan setan dan selamatlah mereka dari tipu dayanya dan tidak akan mengalami nasib buruk sebagaimana yang telah dialami ibu bapak manusia yaitu Adam a.s. dengan istrinya Siti Hawa, sehingga keduanya dikeluarkan dari surga, pakaiannya tanggal sehingga auratnya kelihatan. Setan dan pengikutnya turun-temurun memusuhi terus-menerus anak cucu Adam. Dia senantiasa mengintip dan memperhatikan di mana adanya kelemahan-kelemahan mereka di sanalah dia memasukkan jarumnya sebagai godaan dan tipuan. Dialah musuh yang sangat berbahaya karena dia melihat mereka, sedang mereka tidak melihatnya. Dia lebih berbahaya dari musuh biasa yang dapat dilihat karena musuh-musuh lahiriah itu dapat diketahui di mana adanya dan ke mana arah tujuannya malah lebih berbahaya lagi dari musuh dalam selimut. Dia mengalir pada tubuh manusia seperti mengalirnya darah sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.:
إن الشيطان يجري من ابن آدم مجرى الدم
Sesungguhnya setan itu mengalir pada tubuh anak cucu Adam melalui saluran darah. [H.R Bukhari dan Muslim dari Anas]
Tidak ubahnya dengan bahaya penyakit yang tidak kelihatan kecuali dengan alat mikroskop yang biasanya dibawa oleh lalat atau nyamuk yang dimasukkan ke dalam makanan dan minuman. Ia menembus masuk ke dalam tubuh tanpa diketahui yang akibatnya menyedihkan sekali karena sukar akan dapat sembuh dalam waktu singkat dan ada kemungkinan tidak dapat sembuh lagi karena parahnya. Berbeda dengan penyakit yang dapat dilihat dengan mata kepala seperti kudis dan sebagainya dengan cepat-cepat diobati dan dalam waktu singkat sudah dapat sembuh. Kekhawatiran-kekhawatiran yang berakibat buruk seperti tersebut di atas itu dapat terjadi hanya pada manusia yang kurang atau sama sekali tidak beriman, karena mereka itulah yang akan menjadi mangsanya dan kepada merekalah Allah swt. telah menjadikan setan sebagai pemiliknya.
[28] Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: `Kami mendapati nenek-moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah:` Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji. `Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?
Pada ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, orang-orang yang telah menjadikan setan sebagai pemimpinnya apabila berbuat kejahatan, seperti bertawaf di sekeliling Kakbah dalam keadaan telanjang, mengingkari Allah dan menyekutukan-Nya, yang dicela oleh manusia sekitarnya, mereka mengemukakan alasan dan uzur bahwa begitulah yang kami ketahui dan kami dapati dari nenek moyang kami. Kami hanya mengikuti apa yang telah dikerjakan mereka, bahkan Allah telah memerintahkan kepada kami yang demikian itu, dan kami hanya menuruti perintah-Nya. Pengakuan mereka tentunya tidak dapat dibenarkan, karena Allah swt. mempunyai sifat kesempurnaan tidak mungkin dan tidak masuk akal akan menyuruh dan memerintahkan mereka berbuat jahat dan keji seperti perbuatan tersebut di atas. Sebenarnya yang memerintahkan mereka berbuat jahat dan keji tentunya tiada lain melainkan setan sebagaimana firman Allah:
Lihat juga surah Al-Baqarah dan surah Al-Isra:
Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir). (Q.S Al Baqarah: 268)
Mereka mengeluarkan perkataan yang dialamatkan kepada Allah swt. bahwa Dialah yang menyuruh berbuat jahat dan keji. Itu adalah ucapan yang tidak beralasan yang tidak didasarkan atas pengetahuan padahal yang demikian itu akan dipertanggungjawabkan nanti di akhirat sebagaimana firman Allah swt.:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan ditanya.(Q.S Al Isra': 36)
[29] Katakanlah:` Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan.` Dan (katakanlah): `Luruskanlah muka (diri) mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya.`
Pada ayat ini Allah swt. memperbaiki kekeliruan mereka, yaitu supaya mereka mengetahui bahwasanya Tuhan kami hanya memerintahkan kepada kami supaya kami beristiqamah, berlaku adil di dalam semua hal dan urusan dan tidak melampaui batas sebagaimana firman Allah swt.:
Lihat juga surah An-Nahl dan surah Al-An'am:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. (Q.S An-Nahl: 90)
Selanjutnya Allah swt. menyuruh supaya mereka mengarahkan mukanya ke Kakbah yang telah ditetapkan menjadi kiblat bagi setiap orang yang salat, baik di merjid maupun di tempat lain penuh dengan keikhlasan karena sesuatu amal tanpa disertai dengan keikhlasan tak akan diterima oleh Allah swt. sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.:
إن الله تعالى لا يقبل من العمل إلا ما كان له خالصا
Sesungguhnya Allah swt. tidak akan menerima amal kecuali dikerjakan dengan ikhlas untuk (memperoleh rida)-Nya. [H.R Nasa'i dari Abu Umamah]
Untuk mendorong mereka supaya tetap ingat dan patuh kepada Allah swt. tidak terpengaruh kepada ajakan dan bujukan setan, mereka harus selalu ingat kepada Allah sebagaimana mereka diciptakan-Nya pada permulaannya, mereka akan kembali kepada-Nya pada hari pembalasan di mana mereka akan mempertanggungjawabkan semua amal yang telah mereka kerjakan di dunia ini. Firman Allah swt.:
Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu. (Q.S Al-An'am: 94)
[30]. Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.
Pada ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa manusia itu terbagi atas dua golongan. Golongan pertama yaitu golongan yang telah diberi petunjuk oleh Allah swt. di dunia ini dan diberi taufik mengerjakan salat, menyembah-Nya dengan ikhlas dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain. Sedang golongan kedua ialah golongan yang telah sesat karena mengikuti ajakan setan dan meninggalkan perintah Allah Penciptanya. Setan itulah yang dijadikan pelindungnya, bukan Allah swt. Anehnya mereka sudah sesat menempuh jalan yang dilarang oleh Allah swt. mengerjakan perbuatan yang tidak diridai-Nya, tetapi masih menyangka bahwa mereka memperoleh petunjuk. Orang yang demikian itu adalah orang yang paling merugi sebagaimana firman Allah swt.:
Lihat juga surah An-Nahl dan surah Al-Kahfi
Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya di dalam kehidupan di dunia ini sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." (Q.S Al Kahfi: 103-104)
[Sumber: Tafsir Al-Qur'an DEPAG RI | Gus Mendem Menjawab Fitnah]
Post a Comment