Menu

Gus Mendem Gus Mendem Author
Title: I. Ketuhanan Yesus Kristus Dan Pernyataan Ortodoks
Author: Gus Mendem
Rating 5 of 5 Des:
I. PENDAHULUAN. Di dalam Injil disajikan dua pertanyaan yang sangat penting berhubungan dengan Tuhan Yesus Kristus. Pertanyaan-pertanyaan in...

I. PENDAHULUAN.
Di dalam Injil disajikan dua pertanyaan yang sangat penting berhubungan dengan Tuhan Yesus Kristus. Pertanyaan-pertanyaan ini dinyatakan oleh Kristus sendiri kepada para pemimpin agama pada masaNya, dan oleh Pilatus saat orang banyak mendesakkan penyaliban Yesus.
– Matius 22:42 “Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak Siapakah Dia?”
– Matius 27:22 “Apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?”
Rencana keselamatan, seperti yang diungkapkan Allah di dalam Yesus Kristus bebas dari jawaban atas kedua pertanyaan ini. Apa yang dipercayai seorang tentang Yesus akan menentukan bagaimana ia berhubungan dengan Kristus. Pada gilirannya ini akan menentukan nasib yang kekal dari manusia itu. Alkitab menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang kekal, yang oleh kelahiranNya dari perawan kemanusiaan tanpa dosa, kematian pengganti penguburan dan kebangkitan, membuat korban yang sempurna untuk dosa, dan oleh sebab itu menjadikan penebusan itu mungkin diterima oleh manusia yang telah jatuh. Terpisah dari Siapa Dia dan apa yang telah Ia lakukan, secara mutlak tidak ada jalan untuk mendekati Allah Bapa (Yohanes 14:16; Ibrani 7:25).
Doktrin tentang Kristus mempunyai dua bagian:
1. Oknum Kristus – siapa Ia.
2. Karya Kristus – apa yang telah Ia lakukan.
Dalam bab ini, kita akan mempertimbangkan mengenai oknum Kristus dan di dalam bab berikut mengenai karya Kristus. Ada perbedaan yang amat besar di dalam pandangan-pandangan dan bidat-bidat di seputar oknum dan karya Kristus. Semua agama dapat diuji di dalam doktrin mereka dengan melihat pandangan mereka mengenai oknum dan karya Kristus.
II. BIDAT-BIDAT MENGENAI OKNUM KRISTUS
Semua bidat mendasar mengenai oknum Kristus telah dimanifestasikan dalam bentuk benih selama masa Gereja mula-mula dan telah ditangani didalam Injil-injil dan suratan-suratan para penulis rasuli, sebenarnya tidak ada bidat baru sekarang ini tetapi yang ada hanya kebangkitan kembali bidat-bidat kuno. Karena bidat-bidat inilah maka berbagai konsili Gereja, Bapak-bapak Gereja yang berkumpul bersama-sama untuk merumuskan pernyataan doktrin serta kredo untuk membela Kristologi Gereja. Yang berikut adalah bidat-bidat yang paling terkenal mengenai oknum Kristus, yang diatasnya beberapa ajaran palsu mendirikan ajaran-ajaran mereka.
A. Ebionit.
Ebionit adalah orang-orang percaya Yahudi yang muncul di awal abad kedua. Nama mereka dari bahasa Ibrani asalnya: “Ebion” yang berarti “miskin”, “rendah” dan “tertindas”. Karena kemiskinan mereka, mereka menganggap diri mereka sebagai satu-satunya murid Kristus yang benar. Kaum ebionit percaya bahwa upacara ajaran Musa dan Yahudi masih tetap mengikat pada orang percaya Kristiani. Sementara mereka menegakkan ajaran Petrus dan Yakobus, mereka tidak menyukai tulisan-tulisan Paulus (contoh: Kolose 2:13-17) yang menolak upacara-upacara Yahudi karena telah dipakukan, disalib dan tidak mengikat orang percaya di dalam Kristus). Sebelum pengaruh mereka berangsur hilang tahun 135 M, mereka telah terbagi menjadi dua kelompok: Ebionit Farisi yang merupakan kelanjutan dari Yudais dari zamannya Paulus dan Ebionit Essenik yang lebih toleran dalam menangani para orang percaya kafir yang tidak bersunat yang tidak memelihara Sabat dan kebiasaan-kebiasaan Yahudi lainnya. Pandangan utama bidat Ebionit adalah mengenai oknum Kristus. Mereka menolak bahwa Kristus mempunyai kodrat yang Illahi, dan mengabaikan konsepsiNya yang supra natural. Di dalam penolakan ke-Tuhanan Kristus, mereka memandang Dia hanya sebagai manusia. Mereka menolak ke-TuhananNya karena percaya bahwa hal itu bertentangan dengan fakta mengenai keesaan Allah. Mereka mengajarkan bahwa bila Yesus adalah Allah, hal ini akan bertentangan dengan monoteisme, yang adalah kepercayaan bahwa hanya ada satu Allah. Ada juga bidat-bidat modern yang menjadi rekan dari bidat ini menolak ke-Tuhanan Kristus.
B. Gnostik.
Gnostik muncul pada sekitar waktu yang sama dengan Ebionit, namun mereka menempuh yang ekstrim lainnya, dengan menolak kemanusiaan yang penuh dari Kristus, kaum Gnostik juga disebut Docetas yang berarti “yang rupanya” atau “sepertinya”, karena pandangan mereka mengenai oknum Kristus. Secara mendasar ada tiga kelompok Gnostik yang memegang pandangan bidat yang sama mengenai kemanusiaan Kristus.
1. Docetas > kelompok ini menolak realitas tubuh Kristus dengan mengatakan bahwa tubuhNya hanya sebagai penampilan seperti hantu.
2. Gnostik > kelompok ini mengajarkan bahwa Kristus mempunyai tubuh riil tetapi menolak fakta bahwa tubuh itu adalah secara fisik atau materi. Mereka percaya bahwa karena daging bersifat jahat, maka tubuh Kristus tidak mungkin sebagai manusia.
3. Cerintian > Gnostik dengan nama Cerinthius yangmengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah berbeda, bahwa Yesus hanya manusia biasa, putera Yusuf dan Maria, dan bahwa Kristus adalah roh dan kuasa Allah yang turun ke atas Yesus pada saat pembaptisanNya di sungai Yordan, mereka mengajarkan bahwa Kristus berpisah dari Yesus pada saat penyalibanNya dan meninggalkan Dia menderita dan mati sendiri.
Bidat-bidat Gnostik ini disinggung dan ditangani di surat Kolose, I Timotius, II Timotius, I Yohanes, Yudas dan Wahyu (baca juga Yohanes 20:31, I Yohanes 5:20, I Yohanes 21, Ibrani 2:14, I Yohanes 4:1-4, I Timotius 3:16, Kolose 1:19, 29).
C. Arian.
Arius adalah seorang penatua di Alexandria, Mesir. Ajaran Arius berhubungan lebih tepat dengan doktrin tentang Allah bukan dengan oknum Kristus. Namun ajaran-ajarannya tidak semua dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Orang Arian mengajarkan bahwa Kristus tidak hidup sebelum penciptaan, dan bahwa Ia mahluk yang diciptakan dan bahwa oleh Dialah semua yang lain diciptakan. Dalam keadaanNya yang diciptakan, Ia disebut sebagai Logos, Anak, satu-satunya yang dilahirkan dan permulaan dari Ciptaan Allah (Yohanes 1:1-3, 14-18, Wahyu 3:14). Arius mengajarkan bahwa walaupun Anak disebutkan sebagai Allah, Ia bukan Allah dalam pengertian yang penuh dari kata itu, tetapi merupakan yang tertinggi dari semua mahluk ciptaan. Ia adalah Illahi, tetapi bukan Allah, pertengahan yang setengah allah diantara manusia dan Allah. Arianisme disalahkan diantara tahun 321-325 M oleh Alexander, Uskup Alexandria dan Arius diberhentikan dari memegang suatu jabatan di Gereja dan juga dari persekutuan, bidat ini menolak kekekalan dan bersama-sama dari oknum Kristus dengan Bapa dan Roh Kudus, menjadikan Dia sebagai mahluk ciptaan saja.
D. Apollinarian.
Apollinarius adalah seorang Uskup yang terkenal di Laodikia. Ia mengajarkan bahwa Kristus mempunyai tubuh yang sebenarnya dan jiwa animal tetapi bukan roh yang rational atau akal budi. Karena kesulitan dalam mengajarkan bahwa Anak yang kekal memberikan roh atau akal budi Yesus Kristus. Jadi tubuh dan jiwa adalah bagian yang manusiawi dan Anak yang kekal adalah Ilahi atau bagian yang roh dari Yesus. Pengajaran ini menolak kesempurnaan kodrat manusia dari Kristus, dengan mengajarkan bahwa Ia hanya mempunyai dua bagian dan bukan kemanusiaan yang total dan penuh ialah roh, jiwa dan tubuh (I Tesalonika 5:23). Apollinarianisme disalahkan oleh Konsili dan Konstantinopel tahun 318 M dan dicap bidat.
E. Nestorian.
Nestorius, Uskup di Konstantinopel, mengajar mengenai oknum Kristus, bahwa ada dua kepribadian yang tersangkut. Ia menolak persatuan yang sebenarnya dari kodrat yang Ilahi dan manusiawi di dalam Kristus, dengan mengatakan bahwa Logos (kepribadian yang Ilahi) berdiam di dalam Yesus Kristus (kepribadian yang manusiawi), menjadikan dua oknum yang berhubungan. Ia mengajukan Kristus sebagai manusia yang dipenuhi Roh, manusia yang dipenuhi Allah, tetapi bukan ke-Allahan yang sebenarnya dan manusia yang sebenarnya di dalam satu oknum. Cyrilus dari Alexandria menentang ajaran Nestorius dan Nestorius disalahkan dan dikucilkan oleh Sinode di Efesus tahun 431 M, bentuk Kenoticisme yang mengajarkan bahwa waktu Anak Allah menjadi manusia, Ia mengosongkan diriNya dari sifat-sifat Ilahi sehingga adalah sebagai manusia yang dapat melakukan kekeliruan intelektual dan kesalahan, sangat erat hubungannya dengan Nestorianisme.
F. Eutyehian.
Dalam tahun 415 M bidat mengenai oknum Kristus beralih ke aliran lain. Ekutyches mengambil posisi ekstrim yang bertentangan dengan Nestorius. Ia berpegang bahwa Kristus hanya mempunyai satu kodrat dan kehendak, bukan dua kodrat atau kehendak, Ia mengajarkan bahwa kodrat yang Ilahi dan yang manusiawi itu demikian bercampur ke dalam yang satu sehingga sebenarnya telah membentuk kodrat ketiga. Ajaran ini menjadikan Kristus bukan Allah dan bukan manusia tetapi orang ketiga yang dihasilkan oleh percampuran dari yang dua walaupun keduanya berbeda. Ini mengurangi Kristus menjadi oknum yang bersifat “hebrida”. Eutyches berpegang bahwa segala sesuatu mengenai Kristus adalah Ilahi, malahan juga tubuhNya dan sifat manusiaNya.
G. Monofisit.
Eutychianisme juga mengalir menjadi beberapa aliran yang lebih kecil, yang disebut secara singkat disini.
1. Monofisit adalah nama lain suatu cabang Eutychian karena mereka menekankan bahwa Kristus hanya mempunyai satu kodrat atau kehendak.
Ini muncul dari kesulitan untuk melihat keharmonisan dan hubungan dua kodrat dan kehendak dalam satu oknum Kristus. Dalam tahun 680-681 M, Konsoli di Konstantinopel menyalahkan doktrin mereka dan berpegang bahwa Kristus sesungguhnya mempunyai dua kodrat yang berbeda, yang Ilahi dan yang manusia dan dengan demikian mengharuskan mempunyai dua inteligensi dan dua kehendak. Keduanya dalam kesatuan yang harmonis dimana kehendak yang manusia tunduk pada kehendak yang Ilahi.
2. Adopsionis sesungguhnya satu cabang dari Eutychianisme, Apolinarianisme dan Nestorianisme.
Bidat ini mengajarkan bahwa kemanusiaan dari Kristus hanya dengan adopsi. Ini menolak kemanusiaan Kristus yang dilahirkan dan yang sekarang adalah kemanusiaan yang kekal. Sebelum mendefinisikan dan menafsirkan pandangan ortodoks mengenai oknum Kristus kami akan meringkaskan bidat-bidat penting yang telah dibicarakan.
Ebionit – menolak ke Allahan Kristus. Gnostik – menolak kemanusiaan Kristus Arian – mengajarkan bahwa Kristus adalah mahluk ciptaan. Apollinarian – menolak persatuan kedua kodrat didalam Kristus, merendahkan Dia menjadi manusia yang dipenuhi dengan Allah. Eutychian – menolak pembedaan kedua kodrat Kristus, jadi mengadakan kodrat ketiga atau hibrida dari keduanya. Monofisit – menolak kedua kodrat dan kehendak di dalam satu oknum Kristus.
III. PERNYATAAN ORTODOKS MENGENAI OKNUM KRISTUS.
Karena bidat-bidat marah-marah mengenai oknum Kristus, berbagai konsili Gereja berkumpul secara periodik untuk menyiapkan kredo yang berlandaskan kebenaran didalam suatu usaha untuk memelihara dan menjaga “iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus” (Yudas 3) para rasul sendiri tidak pernah memformulasikan suatu kredo sedemikian, namun kebenaran itu terserak dalam pernyataan-pernyataan fragmentasi di seluruh tulisan-tulisan mereka. Ini semua perlu dibawa bersama-sama dan dipelajari secara seksama untuk merumuskan kredo yang akan mendefinisikan sebaik-baiknya kebenaran mengenai oknum Kristus. Kami mencatat beberapa kredo yang menyatakan sebaik-baiknya posisi ortodoks mengenai oknum Kristus yang mulia itu. Kredo berikut adalah yang dirumuskan di Konsili Chalcedon tahun 441 M. Karena sehatnya secara teologis maka dikutip lengkap.
“Mengenai bapak-bapak suci kita semua dengan bersetuju mengajarkan dan mengakui Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, sama sempurna dalam ke-Allahan, dan sama sempurna dalam kemanusiaan, Allah yang sebenarnya, dan manusia sebenarnya yang sama, dari jiwa dan tubuh yang layak, dari substansi yang sama dengan Bapa dalam hal ke-IlahianNya, dari substansi yang sama dengan kita dalam kemanusianNya, dalam segala sesuatu sama dengan kita, kecuali dosa, sebelum masa peranakkan Bapa dalam hal ke-AllahanNya, namun pada hari kemudian, untuk kita dan untuk penebusan kita, diperanakkan (sama) dari Perawan Maria, bunda Allah, untuk kemanusianNya, Kristus yang satu dan yang sama, Anak, Tuhan, satu-satunya yang dilahirkan, yang dimanifestasikan dalam dua kodrat tanpa kekacauan, tanpa pertukaran, tak dapat dibagikan, tak dapat dipisahkan. Pembedaan kodrat tidak dihapuskan oleh persatuan, namun milik masing-masing terpelihara dan dikombinasikan dalam satu oknum dan satu gypostatis; bukan satu yang kuat atau yang terbagi ke dalam dua oknum, tetapi anak yang satu dan yang sama dan yang dilahirkan satu-satunya, yaitu Allah, Logos, dan Tuhan Yesus Kristus. (Robert Clarke, dalam “The Christ of God” hal. 41-42).”
Henry Thiessen dalam “Lectures in Systematic Theology” (hal. 286), dalam mengutip dari Strong, menulis: “Dalam satu oknum Yesus Kristus, ada dua kodrat, kodrat yang manusia dan yang Ilahi, masing-masing di dalam kesempurnaan dan integritasnya, dan kedua kodrat ini bersatu secara organis dan tak dapat dilarutkan, namun sedemikian sehingga tak ada kodrat ketiga yang terbentuk. Secara singkat (dengan menggunakan diktum antik) doktrin ortodoks melarang kita untuk membagi oknum itu atau mengacaukan kodrat-kodratnya”.
Selanjutnya: “Penebusan manusia dari dosa seharusnya dihasilkan melalui seorang Perantara yang seharusnya menyatukan di dalam DiriNya kodrat manusia dan yang Ilahi supaya Ia dapat mendamaikan Allah dengan manusia, dan manusia dengan Allah”.
Dan akhirnya, pernyataan dari penulis buku ini: “Tuhan Yesus Kristus adalah Anak yang kekal dari Allah, yang ada sebelumnya, bersama Bapa, dan oleh inkarnasiNya dan kelahiranNya dari Perawan. Mengenakan pada DiriNya bentuk Manusia dan diungkapkan sebagai Manusia Allah. Di dalam satu oknum Kristus, ada dua kodrat, yang manusia dan yang Ilahi, yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dibagi, mengklasifikasikan Dia untuk menjadi satu-satunya perantara diantara Allah dan manusia. Yesus Kristus adalah tanpa dosa, sempurna, disalibkan dikuburkan, bangkit, naik, dimuliakan dan Ia akan datang kembali kali yang kedua dalam kemuliaan dan penghakiman”.
Posisi ortodoks mengenai oknum Kristus adalah bahwa Kristus adalah Allah yang sebenarnya dan Manusia yang sebenarnya, bahwa oleh karena persatuan dua kodrat di dalam Dia, maka Ia menjadi perantara yang sempurna di antara Allah dan manusia.



Dari Author

Post a Comment

 
Top