Pernikahan Beda Agama Menurut Hukum Islam

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3hmDAb23r6iItZ_noUpA2H0kYz2S6q-_u0Z08wzY2fOSCsZIjzcDjzgw_o1B_7nYUCvfZ31QZeZBfGJdvSGD20o9SEOhYB8aARv6OX21gmflQwbCQrrHuktqNMbaT8OsBhBKE8f-S0Pbu/s1600/kawin.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 0em; margin-right: 0em;"><img border="0" height="auto" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3hmDAb23r6iItZ_noUpA2H0kYz2S6q-_u0Z08wzY2fOSCsZIjzcDjzgw_o1B_7nYUCvfZ31QZeZBfGJdvSGD20o9SEOhYB8aARv6OX21gmflQwbCQrrHuktqNMbaT8OsBhBKE8f-S0Pbu/s640/kawin.jpg" width="800" /></a></div><br /></div><div style="text-align: justify;">Hukum pernikahan beda agama, atau biasa juga dikenal dengan pernikahan lintas agama. Selalu menjadi polemik yang cukup kontroversial dalam masyarakat, khususnya negara yang memiliki berbagai macam penduduk dengan agama yang berbeda-beda.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Indonesia merupakan negara mayoritas muslim terbanyak di seluruh dunia, namun tetap saja sering muncul pertanyaan menyangkut perihal pernikahan. Bolehkah seorang muslim menikahi seorang yang non muslim jika boleh, bagaimana islam menyikapi hal tersebut?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mari kita lihat dari dua sudut pandang pada hukum pernikahan berbeda agama ini terlebih dahulu. Pernikahan beda agama, dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan pasangan yang menikah, yaitu:</div><div style="text-align: justify;">seorang laki-laki muslim menikahi perempuan dan sebaliknya, seorang muslim perempuan yang menikahi seorang laki-laki yang non muslim, pembagian ini dilakukan karena hukum di antaranya masing-masing berbeda. Bagaimanakah hukumnya dalam islam?</div><div style="text-align: justify;"><br /><b>PERNIKAHAN BEDA AGAMA</b><br /><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;"><b>Hukum seorang laki-laki muslim menikahi perempuan non muslim (beda agama)</b></div><div style="text-align: justify;">Pernikahan seorang lelaki muslim menikahi seorang yang non muslim dapat diperbolehkan, tapi di sisi lain juga dilarang dalam islam, untuk itu terlebih dahulu sebaiknya kita memahami terlebih dahulu sudut pandang dari non muslim itu sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">1. laki-laki yang menikah dengan perempuan ahli kitab (Agama Samawi), yang dimaksud agama samawi atau ahli kitab disini yaitu orang-orang (non muslim) yang telah diturunkan padanya kitab sebelum al quran. Dalam hal ini para ulama sepakat dengan agama Injil dan Taurat, begitu juga dengan nasrani dan yahudi yang sumbernya sama. Untuk hal seperti ini pernikahannya diperbolehkan dalam islam. Adapun dasar dari penetapan hukum pernikahan ini, yaitu mengacu pada firman Allah:  </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar maskawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi.” </i>(QS.<i> </i>Al Maidah[5]:5)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">2. Lelaki muslim menikah dengan perempuan bukan ahli kitab. Yang dimaksud dengan non muslim yang bukan ahli kitab disini yaitu kebalikan dari agama samawi (langit), yaitu agama ardhiy (bumi). Agama Ardhiy (bumi), yaitu agama yang kitabnya bukan diturunkan dari Allah swt, melainkan dibuat di bumi oleh manusia itu sendiri. Untuk kasus yang seperti ini, maka diakatakan haram. Adapun dasar hukumnya yaitu firman Allah ini:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”  </i>(QS. Al-Baqarah[2]: 222)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Hukum perempuan muslim menikah dengan laki-laki non muslim.</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dari Al-Quran surah Al-Baqarah[2]:221 sudah jelas tertulis bahwa:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>"... Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman..."</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pernikahan seorang muslim perempuan sudah menjadi hal mutlak diharamkan dalam islam, jika seorang perempuan tetap memaksakan diri untuk menikahi lelaki yang tidak segama dengannya, maka apapun yang mereka lakukan selama bersama sebagai suami istri dianggap sebagai perbuatan zina.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;"><b>Kesimpulan</b>:<br />Seorang laki-laki muslim boleh menikahi perempuan yang bukan muslim selama perempuan itu menganut agama samawi, apabila lelaki muslim menikahi perempuan non muslim yang bukan agama samawi, maka hukumnya haram. Sedangkan bagi perempuan muslim diharamkan baginya untuk menikah dengan laki-laki yang tidak seiman.</blockquote><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br />[Sumber: <a href="http://www.islamnyamuslim.com/2012/12/hukum-pernikahan-beda-agama-islam-dan.html">islamnyaislam</a>]</div>

Pernikahan Beda Agama Menurut Hukum Islam

Hukum pernikahan beda agama, atau biasa juga dikenal dengan pernikahan lintas agama. Selalu menjadi polemik yang cukup kontroversial dalam m...

Pernikahan Beda Agama Menurut Hukum Islam

Hukum pernikahan beda agama, atau biasa juga dikenal dengan pernikahan lintas agama. Selalu menjadi polemik yang cukup kontroversial dalam m...

Read more »

Al-Quran: Menjawab Kritik Terhadap Poligami

<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuiv5rqTu7y0MjsLpwc_dAMpMkIE6FWAb0OZj-zvvjdWTNypMCZW-9_Wj3e6Bnat6yGkoHQRu67WeqlZ3zq66_YefN70Pp3btV4NZCgvbO7E7oGxcc0alonSEEY3xBM_sPLpMl9S9YatHw/s1600/maskawin.jpg" style="margin-left: 0em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="auto" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuiv5rqTu7y0MjsLpwc_dAMpMkIE6FWAb0OZj-zvvjdWTNypMCZW-9_Wj3e6Bnat6yGkoHQRu67WeqlZ3zq66_YefN70Pp3btV4NZCgvbO7E7oGxcc0alonSEEY3xBM_sPLpMl9S9YatHw/s640/maskawin.jpg" width="800" /></a></div></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;">Kalian masih ribut soal kebijakan poligami dalam ajaran Islam? Simak baik-baik ya?</span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;"><br /></span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;">Begini: Islam adalah agama yang memberi petunjuk sekaligus jalan ke luar dari berbagai problematika kehidupan sehari-hari umat manusia. Islam tidak pernah memerintah siapa pun setelah Rasulullah SAW, untuk menikah dengan empat orang istri sekaligus! Apa yang diajarkan Islam adalah ini:</span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;"><br /></span></div><blockquote class="tr_bq" style="font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: Roboto;">" .. maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil maka (kawinilah) seorang saja." (QS. An-Nisa: 3)</span></strong></blockquote><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;"><br /></span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;">Jadi, undang-undang poligami dalam Islam sama sekali bukan suatu dorongan, anjuran, apalagi kewajiban, melainkan merupakan solusi masalah yang mungkin dihadapi seseorang dalam kehidupan pribadinya dalam bermasyarakat.</span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;"><br /></span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;">Terhadap issue ini, masyarakat Barat -- atau mereka yang latah sok kebarat-baratan -- memeranginya secara ekstrim, sementara perilaku lesbian dan homoseksual (hubungan antar sesama jenis) termasuk menikah dengan hewan sekalipun dihalalkan!</span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;"><br /></span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;">Para pelaku seksual menyimpang ini bahkan berhasil memperjuangkan hak mereka untuk dinikahkan secara resmi di gereja, dan hebatnya, mendapat restu para rohaniawan gereja pula! Padahal praktek-praktek di luar batas ini menurut alkitab sendiri merupakan perbuatan yang sangat dilarang!</span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;">Na'udzubillah Minzalik!</span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;"><br /></span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;">Anehnya, bila tiba gilirannya bicara soal poligami, orang-orang ini, terutama yang wanita, langsung dengan serta-merta berteriak dengan pongahnya: "Langkahi dulu mayat saya!"</span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;"><br /></span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;">Kepada orang-orang seperti ini kami, umat Islam, sebenarnya hanya perlu mengatakan satu kalimat saja; "Kalian adalah orang-orang sakit! Dan sesungguhnya poligami adalah pemecahan masalah untuk kalian sendiri!"</span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;"><br /></span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;">FIKIRKANLAH ITU BAIK-BAIK!</span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;"><br /></span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;"><br /></span></div><div style="background-color: white; color: #333333; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Roboto;">[Dari Blog <a href="http://bacalawanlah.blogspot.com/2012/01/menjawab-fitnah-kristen-tentang.html">Baca&Lawan</a>]</span></div>

Al-Quran: Menjawab Kritik Terhadap Poligami

Kalian masih ribut soal kebijakan poligami dalam ajaran Islam? Simak baik-baik ya? Begini: Islam adalah agama yang memberi petunjuk sekaligu...

Al-Quran: Menjawab Kritik Terhadap Poligami

Kalian masih ribut soal kebijakan poligami dalam ajaran Islam? Simak baik-baik ya? Begini: Islam adalah agama yang memberi petunjuk sekaligu...

Read more »

Hukum Qisas Dalam Islam

<div class="_5k3v _5k3w clearfix" style="background-color: white; color: #333333; line-height: 20px; margin-top: 16px; word-wrap: break-word; zoom: 1;"><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjF1JmSyImPO6anxdR5M4jEVCqkeglJz3_dsKjaLTDC9eeRuxZbfPoQ-kpciWKa47Cxhd1V7R4tbCnxobNU8GJezDPYhOoFW0dOus14OTMSskxIju39VuoHyqSMds-yYJoxYpeTj69tc28c/s1600/sharia-law-islamic.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 0em; margin-right: 0em;"><img border="0" height="auto" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjF1JmSyImPO6anxdR5M4jEVCqkeglJz3_dsKjaLTDC9eeRuxZbfPoQ-kpciWKa47Cxhd1V7R4tbCnxobNU8GJezDPYhOoFW0dOus14OTMSskxIju39VuoHyqSMds-yYJoxYpeTj69tc28c/s640/sharia-law-islamic.jpg" width="800" /></a></div><em><br /></em><em>Qisas</em> yang selama ini kita ketahui terkadang masih dianggap sebagai sesuatu yang sangat angker, menakutkan, dan tidak manusiawi, sehingga timbul sikap yang dinamakan “<em>Islam phobia</em>“. Padahal, Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> mensifatkan <em>qisas</em> dalam firman-Nya,</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div class="_5wj-" dir="rtl" style="text-align: justify;"><strong class="_5wj-" dir="rtl"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَاْ أُولِيْ الأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ</span></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">“<em>Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa</em>.” (Qs. al-Baqarah: 179).</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Imam asy-Syaukani menjelaskan ayat ini dengan menyatakan, “Maknanya, kalian memiliki jaminan kelangsungan hidup dalam hukum yang Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> syariatkan ini, karena bila seseorang tahu akan dibunuh secara <em>qisas</em> apabila ia membunuh orang lain, tentulah ia tidak akan membunuh dan menahan diri dari mempermudah dan terjerumus padanya.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Dengan demikian, hal itu seperti kedudukan jaminan kelangsungan hidup bagi jiwa manusia. Ini adalah satu bentuk sastra (<em>balaghah</em>) yang tinggi dan kefasihan yang sempurna. Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> menjadikan <em>qisas</em> yang sebenarnya adalah kematian sebagai jaminan kelangsungan hidup, ditinjau dari akibat yang ditimbulkannya, berupa tercegahnya manusia saling bunuh di antara mereka. Hal ini dalam rangka menjaga keberadaan jiwa mereka dan keberlangsungan khidupan mereka.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> juga menyampaikan ayat ini untuk <em>ulil albab </em>(orang yang berakal), karena merekalah orang yang memandang jauh ke depan dan berlindung dari bahaya yang munculnya menyusul nanti. Adapun orang yang pandir, dia berpikiran pendek dan gampang emosi, ketika amarah dan emosinya bergejolak dia tidak memandang akibat yang muncul nantinya dan dia pun tidak memikirkan masa depannya.” [1]</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Dikarenakan bersikap terburu-buru dan tidak mengerti hakikat syariat yang Allah<em>Subhanahu wa Ta’ala</em> tetapkan, banyak orang bahkan kaum muslimin yang belum mau menerima atau simpati atas penegakan <em>qisas</em> ini. Padahal, pensyariatan <em>qisas</em> akan membawa kemaslahatan bagi manusia.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan menyatakan, “Pensyariatan qisas berisi rahmat bagi manusia dan penjagaan atas darah mereka, sebagaimana firman Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala,</em></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div class="_5wj-" dir="rtl" style="text-align: justify;"><strong class="_5wj-" dir="rtl"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ</span></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><em>‘Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu.</em>‘ (Qs. al-Baqarah: 179).</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Sehingga, betapa jelek orang yang menyatakan bahwa qisas itu sesuatu yang tidak berprikemanusiaan (biadab) dan keras. Mereka tidak melihat kepada kebiadaban pelaku pembunuhan ketika membunuh orang tak berdosa, ketika menebar rasa takut di daerah tersebut, dan ketika menjadikan para wanita janda, anak-anak menjadi yatim, serta hancurnya rumah tangga.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Mereka ini hanya merahmati pelaku kejahatan dan tidak merahmati korban yang tak berdosa. Sungguh jelek akal dan kedangkalan mereka. Allah berfirman,</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div class="_5wj-" dir="rtl" style="text-align: justify;"><strong class="_5wj-" dir="rtl"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللّهِ حُكْماً لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ</span></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><em>‘Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?</em>‘ (Qs. al-Ma`idah: 50)” [2]</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Untuk itu, penjelasan tentang<em> qisas</em> ini sangat diperlukan, agar kaum muslimin bisa mengerti keindahan dan rahmat yang ada dalam <em>qisas</em>.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-size: 14px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Definisi <em>Qisas</em></span></strong></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;">Kata “<em>qisas</em>” (</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>قصاص</b></span><span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;">) berasal dari bahasa Arab yang berarti “mencari jejak”, seperti “</span><em style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">al-qasas</em><span style="font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;">“. Sedangkan dalam istilah hukum Islam, maknanya adalah pelaku kejahatan dibalas seperti perbuatannya, apabila ia membunuh maka dibunuh dan bila ia memotong anggota tubuh maka anggota tubuhnya juga dipotong. [3]</span></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Sedangkan Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan mendefiniskannya dengan, “<em>Al-Qisas</em> adalah perbuatan (pembalasan) korban atau walinya terhadap pelaku kejahatan sama atau seperti perbuatan pelaku tadi.” [4]</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Dapat disimpulkan bahwa <em>qisas</em> adalah mengambil pembalasan yang sama atau serupa, mirip dengan istilah “utang nyawa dibayar dengan nyawa”.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-size: 14px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dasar Pensyariatan <em>Qisas</em></span></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><em>Qisas </em>disyariatkan dalam al-Quran dan as-sunnah, serta <em>ijma</em>‘. Di antara dalil dari al-Quran adalah firman Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em>,</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div class="_5wj-" dir="rtl" style="text-align: justify;"><strong class="_5wj-" dir="rtl"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالأُنثَى بِالأُنثَى فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاء إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ . وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَاْ أُولِيْ الأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ</span></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">“<em>Wahai orang-orang yang beriman, qisas diwajibkan atasmu berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka, barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Rabbmu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa</em>.” (Qs. al-Baqarah: 178-179).</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Sedangkan dalil dari as-Sunnah di antaranya adalah hadits Abu Hurairah <em>radhiyallahu ‘anhu</em>, yaitu Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda,</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div class="_5wj-" dir="rtl" style="text-align: justify;"><strong class="_5wj-" dir="rtl"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">مَنْ قُتِلَ لَهُ قَتِيلٌ فَهُوَ بِخَيْرِ النَّظَرَيْنِ إِمَّا أَنْ يُفْدَى وَإِمَّا أَنْ يُقْتَل</span></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">“<em>Barangsiapa yang menjadi keluarga korban terbunuh maka ia memilih dua pilihan, bisa memilih diyat dan bisa juga dibunuh (qisas)</em>.” (HR. al-Jama’ah).</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Sedangkan dalam riwayat at-Tirmidzi adalah dengan lafal,</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div class="_5wj-" dir="rtl" style="text-align: justify;"><strong class="_5wj-" dir="rtl"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">مَنْ قُتِلَ لَهُ قَتِيلٌ فَهُوَ بِخَيْرِ النَّظَرَيْنِ إِمَّا أَنْ يَعْفُوَ وَإِمَّا أَنْ يَقْتُلَ</span></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">“<em>Barangsiapa yang menjadi keluarga korban terbunuh maka ia memilih dua pilihan, bisa memilih memaafkannya dan bisa membunuhnya.</em>” [5]</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa wali (keluarga) korban pembunuhan dengan sengaja memiliki pilihan untuk membunuh pelaku tersebut (<em>qisas</em>) bila menghendakinya, bila tidak bisa memilih diyat dan pengampunan. Pada asalnya, pengampunan lebih utama, selama tidak mengantar kepada <em>mafsadat</em> (kerusakan) atau ada kemashlahatan lainnya. [6]</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah <em>rahimahullah</em> me-<em>rajih</em>-kan, bahwa pengampunan tidak boleh diberikan pada <em>qatlu al-ghilah</em> (pembunuhan dengan memperdaya korban). [7]</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Sedangkan Ibnu al-Qayyim <em>rahimahullah</em>, ketika menyampaikan kisah al-’Urayinin, menyatakan, “<em>Qatlu al-ghilah</em> mengharuskan pembunuhan pelaku dilakukan secara <em>had</em>(hukuman), sehingga hukuman baginya tidak gugur dengan adanya pengampunan dan tidak dilihat kembali kesetaraan (<em>mukafah</em>). Inilah mazhab ahli Madinah dan salah satu dari dua pendapat dalam Mazhab Ahmad, serta yang dirajihkan asy-Syaikh (Ibnu Taimiyah, pen) dan beliau <em>rahimahullah </em>berfatwa dengan pendapat ini.” [8]</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-size: 14px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Hikmah Pensyariatan <em>Qisas</em></span></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Allah al-Hakim menetapkan satu ketetapan syariat dengan hikmah yang agung. Hikmah-hikmah tersebut ada yang diketahui manusia dan ada yang hanya menjadi rahasia Allah<em>Subhanahu wa Ta’ala</em>. Demikian juga, dalam <em>qisas </em>terdapat banyak hikmah, di antaranya:</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">1. Menjaga masyarakat dari kejahatan dan menahan setiap orang yang akan menumpahkan darah orang lain. Yang demikian itu disebutkan oleh Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> dalam firman-Nya,</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div class="_5wj-" dir="rtl" style="text-align: justify;"><strong class="_5wj-" dir="rtl"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَاْ أُولِيْ الأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ</span></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">“<em>Dan dalam qishas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa</em>.” (Qs. al-Baqarah: 179).</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">2. Mewujudkan keadilan dan menolong orang yang terzalimi, dengan memberikan kemudahan bagi wali korban untuk membalas kepada pelaku seperti yang dilakukan kepada korban. Karena itulah, Allah berfirman,</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div class="_5wj-" dir="rtl" style="text-align: justify;"><strong class="_5wj-" dir="rtl"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">وَمَن قُتِلَ مَظْلُوماً فَقَدْ جَعَلْنَا لِوَلِيِّهِ سُلْطَاناً فَلاَ يُسْرِف فِّي الْقَتْلِ إِنَّهُ كَانَ مَنْصُوراً</span></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">“<em>Dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.</em>” (Qs. al-Isra`: 33).</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">3. Menjadi sarana taubat dan penyucian dari dosa yang telah dilanggarnya, karena qisas menjadi <em>kafarah</em> (penghapus dosa) bagi pelakunya. Hal ini dijelaskan Rasulullah <em>shallalllahu ‘alaihi wa sallam</em> dalam sabdanya,</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div class="_5wj-" dir="rtl" style="text-align: justify;"><strong class="_5wj-" dir="rtl"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">تُبَايِعُونِي عَلَى أَنْ لَا تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا وَلَا تَسْرِقُوا وَلَا تَزْنُوا قَرَأَ عَلَيْهِمْ الْآيَةَ فَمَنْ وَفَّى مِنْكُمْ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَعُوقِبَ عَلَيْهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَسَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَهُوَ إِلَى اللَّهِ إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ</span></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">“‘<em>Berbai’atlah kepadaku untuk tidak berbuat syirik, tidak mencuri, dan tidak berzina.’ Beliau membacakan kepada mereka ayat, (lalu bersabda), ‘Barangsiapa di antara kalian yang menunaikannya maka pahalanya ada pada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan barangsiapa yang melanggar sebagiannya lalu di hukum maka hukuman itu sebagai penghapus dosa baginya. (Adapun) barangsiapa yang melanggarnya lalu Allah tutupi maka urusannya diserahkan kepada Allah, bila Dia kehendaki maka Dia mengazabnya dan bila Dia menghendaki maka Dia mengampuninya</em>.” (<em>Muttafaqun ‘alaihi</em>).</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-size: 14px; text-align: justify;"><strong><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Syarat Kewajiban <em>Qisas</em></span></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Secara umum, wali (keluarga) korban berhak menuntut <em>qisas</em>, apabila telah syarat-syarat berikut ini telah terpenuhi:</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"></div><ol><li style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><em>Jinayat</em> (kejahatan)-nya termasuk yang disengaja. Ini merupakan <em>ijma’</em> para ulama, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Qudamah <em>rahimahullah</em>, “Para ulama ber-<em>ijma’ </em>bahwa<em>qisas</em> tidak wajib, kecuali pada pembunuhan yang disengaja, dan kami tidak mengetahui adanya silang pendapat di antara mereka dalam kewajibannya (sebagai hukuman pada) pembunuhan dengan sengaja, apabila terpenuhi syarat-syaratnya.” [9]</li><li style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Korban termasuk orang yang terlindungi darahnya (<em>‘ishmat al-maqtul</em>) dan bukan orang yang dihalalkan darahnya, seperti orang kafir <em>harbi </em>dan pezina yang telah menikah. Hal ini karena <em>qisas </em>disyariatkan untuk menjaga dan melindungi jiwa.</li><li style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Pembunuh atau pelaku kejahatan adalah seseorang yang <em>mukalaf</em>, yaitu berakal dan<em>baligh</em>. Ibnu Qudamah <em>rahimahullah</em> menyatakan, “Tidak ada silang pendapat di antara para ulama bahwa tidak ada <em>qisas</em> terhadap anak kecil dan orang gila. Demikian juga orang yang hilang akal dengan sebab uzur, seperti tidur dan pingsan.” [10]</li><li style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><em>At-takafu’</em> (kesetaraan) antara korban dan pembunuhnya ketika terjadi tindak kejahatan dalam sisi agama, merdeka, dan budak. Sehingga, seorang muslim tidak di-<em>qisas </em>dengan sebab membunuh orang kafir, dengan dasar sabda Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>,</li></ol><br /><div class="_5wj-" dir="rtl" style="text-align: justify;"><strong class="_5wj-" dir="rtl"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">لاَ يُقْتَلُ مُسْلِمٌ بِكَافِرٍ</span></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">“<em>Tidaklah seorang muslim dibunuh (di-qisas) dengan sebab membunuh orang kafir</em>.” [11]</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">     5. Tidak ada hubungan keturunan (melahirkan), dengan ketentuan korban yang dibunuh adalah                 anak pembunuh atau cucunya, dengan dasar sabda Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>,</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div class="_5wj-" dir="rtl" style="text-align: justify;"><strong class="_5wj-" dir="rtl"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">لاَ يُقْتَلُ الوَالِدُ بِوَلَدِهِ</span></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">“<em>Orangtua tidak di-qisas dengan sebab (membunuh) anaknya</em>.” [12]</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Syekh as-Sa’di <em>rahimahullah</em> ketika menjelaskan syarat diwajibkannya <em>qisas</em> menyatakan, “Pembunuh bukan orangtua korban, karena orangtua tidak dibunuh dengan sebab membunuh anaknya.” [13]</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Sedangkan bila anak membunuh orangtuanya, maka si anak tetap terkena keumuman kewajiban <em>qisas.</em></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><strong>Syarat Pelaksanaan <em>Qisas</em></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Apabila syarat-syarat kewajiban <em>qisas</em> terpenuhi seluruhnya, maka syarat-syarat pelaksanaannya masih perlu dipenuhi. Syarat-syarat tersebut adalah:</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"></div><ol><li style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Semua wali (keluarga) korban yang berhak menuntut<em> qisas</em> adalah <em>mukalaf</em>. Apabila yang berhak menuntut <em>qisas </em>atau sebagiannya adalah anak kecil atau gila, maka hak penuntutan <em>qisas</em> tidak bisa diwakilkan oleh walinya, sebab pada <em>qisas</em> terdapat tujuan memuaskan (keluarga korban) dan pembalasan. Dengan demikian, pelaksanaan <em>qisas</em>wajib ditangguhkan, dengan memenjarakan pelaku pembunuhan hingga anak kecil tersebut menjadi baligh atau orang gila tersebut sadar. Hal ini dilakukan Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang memenjarakan Hudbah bin Khasyram dalam <em>qisas</em>, hingga anak korban menjadi <em>baligh</em>. Hal in dilakukan di zaman para sahabat dan tidak ada yang mengingkarinya, sehingga seakan-akan menjadi <em>ijma’</em> di masa beliau. Apabila anak kecil atau orang gila membutuhkan nafkah dari para walinya, maka wali orang gila saja yang boleh memberi pengampunan <em>qisas</em> dengan meminta<em> diyaat</em>, karena orang gila tidak jelas kapan sembuhnya, berbeda dengan anak kecil. [14]</li><li style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Kesepakatan para wali korban terbunuh dan yang terlibat dalam <em>qisas</em> dalam pelaksanaannya. Apabila sebagian mereka -walaupun hanya seorang- memaafkan si pembunuh dari <em>qisas</em>, maka gugurlah <em>qisas </em>tersebut. [15]</li><li style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Aman dalam pelaksanaannya dari melampaui batas kepada selain pelaku pembunuhan, dengan dasar firman Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em>,</li></ol><br /><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div class="_5wj-" dir="rtl" style="text-align: justify;"><strong class="_5wj-" dir="rtl"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">وَمَن قُتِلَ مَظْلُوماً فَقَدْ جَعَلْنَا لِوَلِيِّهِ سُلْطَاناً فَلاَ يُسْرِف فِّي الْقَتْلِ إِنَّهُ كَانَ مَنْصُوراً</span></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">“<em>Dan barangsiapa yang dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.</em>” (Qs. al-Isra`: 33).</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Apabila <em>qisas</em> menyebabkan sikap melampaui batas, maka hal tersebut terlarang, sebagaimana dijelaskan dalam ayat di atas. Dengan demikian, apabila wanita hamil akan di-<em>qisas, </em>maka ia tidaklah di-<em>qisas </em>hingga ia melahirkan anaknya, karena membunuh wanita tersebut dalam keadaan hamil akan menyebabkan kematian janinnya. Padahal janin tersebut belum berdosa. Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> berfirman,</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div class="_5wj-" dir="rtl" style="text-align: justify;"><strong class="_5wj-" dir="rtl"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">وَلاَ تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى</span></strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">“<em>Dan seseorang tidak akan memikul dosa orang lain</em>.” (Qs. al-An’am: 164).</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><strong>Siapakah Yang Berhak Melakukan <em>Qisas</em>?</strong></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Yang berhak melakukannya adalah yang memiliki hak, yaitu para wali korban, dengan syarat mampu melakukan <em>qisas</em> dengan baik sesuai syariat. Apabila tidak mampu, maka diserahkan kepada pemerintah atau wakilnya. Hal ini tentunya dengan pengawasan dan naungan pemerintah atau wakilnya, agar dapat mencegah sikap melampai batas dalam pelaksanaannya, serta untuk memaksa pelaksana menunaikannya sesuai syariat. [16]</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Demikianlah beberapa hukum seputar <em>qisas</em>. Mudah-mudahan dapat memberikan pencerahan akan keindahan dan pentingnya menerapkan <em>qisas</em> di masyarakat kita.<br /><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><em>Wabillahit taufiq.</em></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[Sumber: <a href="https://www.facebook.com/notes/i-love-islam/hukum-qisas-dalam-islam/10150446094027241?ref=nf">iloveislam</a> | Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. | Artikel <a href="http://l.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.EkonomiSyariat.com%2F&h=pAQGa3agl&s=1">www.EkonomiSyariat.com</a>]</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-size: 14px; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Referensi:</span></b></div><div style="font-size: 14px; text-align: justify;"><ol style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif;"><li>Imam Ibnu Qudamah, <em>al-Mughni</em>, <em>tahqiq</em> Abdullah bin Abdil Muhsin at-Turki, cetakan kedua, tahun 1413 H, penerbit Hajar.</li><li>Shalih bin Fauzan al-Fauzan, <em>al-Mulakhash al-Fiqh</em>, cetakan kedua, tahun 1426 H, Jam’iyah Ihya` at-Turats al-Islami.</li><li>Muhammad bin Shalih Ibnu Utsaimin, <em>asy-Syarhu al-Mumti’ ‘ala Zad al-Mustaqni’</em>, cetakan pertama, tahun 1428 H, Dar Ibnu al-Jauzi, KSA, 14/5.</li><li>Muhammad Nashirudin al-Albani, <em>Irwa’ al-Ghaalil</em>, al-Maktab al-Islami.</li><li>Lain-lain.</li></ol><div style="font-size: 14px; text-align: justify;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><b>Catatan kaki: </b></span></div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[1] <em>Fathu al-Qadir</em>: 1/179, dinukil dari<em> al-Mulakhash al-Fiqh</em>: 2/471.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[2] <em>Al-Mulakhash al-Fiqh</em>: 2/475.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[3] <em>Asy-Syarhu al-Mumti’</em>: 14/34.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[4] <em>Al-Mulakhash al-Fiqh</em>: 2/476.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[5] HR. at-Tirmidzi, no. 1409.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[6] Lihat:<em> al-Mulakhash al-Fiq</em>h: 2/473 dan <em>asy-Syarhu al-Mumti’</em>: 14/34.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[7] <em>Al-Mulakhash al-Fiqh</em>: 2/473.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[8] Lihat: <em>Hasyiyah ar-Raudh al-Murbi’</em>: 7/207.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[9] <em>al-Mughni</em>: 11/457.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[10] <em>al-Mughni</em>: 11/481.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[11] HR. al-Bukhari, no. 111.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[12] HR. Ibnu Majah no. 2661 dan dinilai shahih oleh al-Albani dalam <em>Irwa’ al-Ghalil</em> no. 2214.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[13] <em>Minhaj as-Salikin</em>, hal. 237.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[14] Lihat:<em> al-Mulakhash al-Fiqh</em>: 2/476.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[15] Lihat: <em>asy-Syarhu al-Mumti</em>’: 14/38.</div><div style="font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[16] Lihat: <em>asy-Syarhu al-Mumti’</em>: 14/54 dan <em>al-Mulakhash al-Fiqh</em>: 2/478.<br /><br /><br /><br /></div></div></div>

Hukum Qisas Dalam Islam

Qisas  yang selama ini kita ketahui terkadang masih dianggap sebagai sesuatu yang sangat angker, menakutkan, dan tidak manusiawi, sehingga t...

Hukum Qisas Dalam Islam

Qisas  yang selama ini kita ketahui terkadang masih dianggap sebagai sesuatu yang sangat angker, menakutkan, dan tidak manusiawi, sehingga t...

Read more »

Rasulullah SAW Dan Seorang Pengemis Yahudi

<div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgVpLxr9xPSf8JMGY-Pl9kWl-MMeamLX4QaoTHtIKLC6GdkJCSqfyN5ORJrf-YmzYFjWmZIcKDnUuE9wjMkl-RSWfrR0dOjQt2TYki5ZkEI9usmwVQNON1FVnJXJL3LQt_WR5or8sYhcIReA-0FbYZMGx-zOVcXoFQPbaiQ_tQfEe0BwlginE4pX2XsEw" style="display: block; padding: 0em 0px; text-align: center;"><img alt="" border="0" data-original-height="564" data-original-width="500" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgVpLxr9xPSf8JMGY-Pl9kWl-MMeamLX4QaoTHtIKLC6GdkJCSqfyN5ORJrf-YmzYFjWmZIcKDnUuE9wjMkl-RSWfrR0dOjQt2TYki5ZkEI9usmwVQNON1FVnJXJL3LQt_WR5or8sYhcIReA-0FbYZMGx-zOVcXoFQPbaiQ_tQfEe0BwlginE4pX2XsEw" /></a></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><em><br />Saya masih ingat masa kecil saat belajar mengaji di madrasah (semacam sekolah "ekstra kurikuler" untuk anak-anak muslim di kampung halaman saya) dulu. Setidaknya sekali dalam seminggu kami mendapat kesempatan untuk melupakan sejenak bagaimana "membosankanya" belajar membaca Al-Qur'an dan mengkaji - pada taraf kemampuan berfikir anak kecil  - tentang hakikat dan dasar-dasar ajaran Islam. Sebab hari itu adalah saatnya anak-anak mendengarkan pak guru bercerita tentang berbagai kisah teladan islami demi memuaskan permintaan murid-muridnya yang dengan penuh minat saling berdesakan di sekelilingnya sambil tak bosan-bosannya berteriak-teriak; "Lagi, ... lagi, ... ceritakan yang lainnya lagi ustadz!" setiap kali beliau menyelesaikan sebuah kisah.</em></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Salahsatu kisah teladan yang masih membekas dalam di hati saya adalah ini:</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Syahdan pada jaman Rasululllah Salallahu'alaihi Wasallam dulu, di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap hari selalu berseru kepada orang-orang yang lalu lalang di dekatnya dengan kalimat-kalimat yang hampir sama,  “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad! Muhammad adalah orang gila, pembohong, dan tukang sihir. Oleh karena itu, jauhilah dia. Apabila kalian mendekatinya, maka kalian pasti akan celaka karena dipengaruhinya!"</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Namun ia tidak pernah menyadari bahwa (mungkin sekali) karena itu, setiap pagi Rasulullah Salallahu'alaihi Wasallam selalu mendatanginya dengan membawakan makanan. Dan tanpa berucap sepatah kata pun beliau dengan lemah lembut dan penuh kesabaran menyuapkan makanan yang dibawanya itu kepada sang pengemis. Sementara itu, orang yang beliau suapi itu tiap sebentar tak bosan-bosannya menyerukan kalimat-kalimat penuh fitnah tentang diri Rasulullah Salallahu'alaihi Wasallam di hadapan beliau sendiri!</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Kebiasaan Rasulullah Salallahu'alaihi Wasallam ini tercatat sebagai salahsatu amal beliau (bila tidak sedang bepergian atau berperang) hingga beliau wafat. Sepeninggal Rasulullah Salallahu'alaihi Wasallam, maka praktis tidak ada lagi orang yang setiap pagi datang membawakan makanan bagi pengemis Yahudi buta itu.</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Masih dirundung duka atas wafatnya Rasulullah Salallahu'alaihi Wasallam, suatu hari, sahabat terdekat beliau, yakni Abubakar r.a, berkunjung ke rumah putrinya Aisyah r.a, yang dinikahkannya kepada sahabat yang sangat disayanginya itu.</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Beliau bertanya kepada Aisyah r.a, “Anakku, adakah kebiasaan orang terkasihku yang belum aku kerjakan?”</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Aisyah r.a, menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu pun kebiasaan Rasulullah Salallahu'alaihi Wasallam yang belum ayah lakukan kecuali satu.”</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">“Apakah Itu?”, tanya Abubakar r.a, takjub.</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">“Setiap pagi sahabat ayah itu selalu pergi ke ujung pasar membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang duduk di sana." kata Aisyah r.a.</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Keesokan harinya, Abubakar r.a, pun pergi membawa makanan ke pasar dengan maksud untuk diberikan kepada  pengemis buta yang diceritakan oleh putrinya itu. Abubakar r.a, menemukan sang pengemis di tempatnya biasa berada dan tentu saja, harus menahan rasa jengkel mendengar sang pengemis rupanya masih tetap menyerukan fitnah yang sama atas diri Rasulullah Salallahu'alaihi Wasallam. Namun karena sudah menjadi niat, maka beliau pun menghampiri sang pengemis seraya coba memberinya makan. Namun ketika baru saja mulai menyuapinya, tiba-tiba saja si pengemis marah sambil menghardik, “Hey, siapakah engkau?"</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Sejenak Abubakar r.a, tertegun, lalu ragu-ragu menjawab, “Aku adalah orang yang biasa datang padamu.”</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">“Bukan! Engkau pasti bukan dia!” Bantah si pengemis buta dengan keras.</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">“Apabila dia datang kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah pula mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangi dan menyuapiku itu selalu menghaluskan makanannya dulu sebelum disuapkan padaku. Dan cara dia menyuapiku sangat berbeda dengan caramu!!” lanjut pengemis buta itu dengan bersungguh-sungguh.</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Mendengar itu, Abubakar r.a, tidak dapat lagi menahan air matanya. Maka sambil menangis beliau pun berkata , “Memang aku bukan orang yang biasa datang padamu. Aku hanya salahseorang dari begitu banyak sahabat-sahabatnya. Tapi orang mulia itu kini telah tiada. Dan tahukah engkau bahwa dia adalah Muhammad Rasulullah Salallahu'alaihi Wassalam yang setiap hari engkau nistakan itu?”</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Bagai mendengar petir di siang bolong, seketika itu juga pengemis buta itu menjatuhkan dirinya berlutut sambil ikut menangis karena penyesalan yang amat sangat. Ia merasa begitu malu pada dirinya sendiri karena telah berlaku sangat tidak pantas kepada orang yang selama ini diam-diam telah demikian baik padanya. Orang yang tak pernah berkata-kata padanya tapi senantiasa memperlakukannya dengan penuh kasih sayang.</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Di tengah-tengah isaknya, pengemis Yahudi buta itu terdengar seolah berbicara pada dirinya sendiri, “Benarkah dia Muhammad? Orang yang setiap hari kuhina dan kufitnah dengan keji, tapi tak sekalipun dia menegur apalagi memarahiku? Sebaliknya, tak bosan-bosan pula dia setiap pagi mendatangiku dengan membawa makanan? Jadi, selama ini ternyata dialah orang yang setiap hari memberiku makan? Dia menyuapiku dengan laku yang amat sabar. Dia begitu baik, dia begitu mulia, dia .... dia .... "</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Maka sejurus kemudian, tanpa ragu sedikitpun sang pengemis lalu mengahadapkan wajahnya kepada Abubakar r.a, seraya berkata, "Wahai Tuan, saat ini juga, bimbinglah aku untuk mengikuti ajaran Muhammad!“</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">Pengemis Yahudi buta itu pun akhirnya bersyahadat di hadapan Sayidina Abubakar r.a, dan sejak hari itu ia menjadi seorang Muslim yang taat.</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">                                            <strong>                              ooo0ooo</strong></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">[Bandung, 28 Agustus 2011]</div><div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;">-----------------------------------</div><ul style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; list-style-type: square; margin: 10px 0px; padding: 0px 10px 0px 25px;"><li style="text-align: justify;">Mengingat Masa Kecil Di Kampung Halaman.</li><li style="text-align: justify;">Sebuah Renungan Menjelang Berpisah Dengan Bulan Seribu Bulan 1432H.</li><li style="text-align: justify;">Mengenang Sosok Teladan Dan Pribadi Mulia Seorang Rasul Pilihan.</li></ul>

Rasulullah SAW Dan Seorang Pengemis Yahudi

Saya masih ingat masa kecil saat belajar mengaji di madrasah (semacam sekolah "ekstra kurikuler" untuk anak-anak muslim di kampung...

Rasulullah SAW Dan Seorang Pengemis Yahudi

Saya masih ingat masa kecil saat belajar mengaji di madrasah (semacam sekolah "ekstra kurikuler" untuk anak-anak muslim di kampung...

Read more »