Puji dan syukur bagi Allah semata, yang telah menjadikan Sholat’ “Seutama-utama peribadatan, kunci ibadah, tiang agama, penggenap dan penentu diterimanya amal-amal shalih, serta menjadi cahaya bagi pelakunya di Hari Kiamat kelak.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, baginda Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassallam, juga kepada keluarga ahlul baitnya serta seluruh umat yang setia mengikuti risalah yang dibawa oleh beliau Shalallaahu Alaihi Wassallam sampai akhir jaman.
Para pembaca rahimakumullah,
Topik kita kali ini akan menyajikan sebuah kajian fiqh yang amat penting. Terkait dengan adab bathin dalam sholat, yaitu sikap yang “Khusyuk”, yang merupakan inti daripada ibadah sholat yang diterima di sisi Allah.
Sabda Rasulullah SAW, “Tiadalah seorang hamba memperoleh sesuatu dari shalatnya selain yang dilakukannya dengan kesadaran.”
Dalam sebuah hadits dikisahkan bahwa pada suatu hari, Jibril a.s..datang kepada Nabi Saw. Ia bertanya, “Ya, Rasulullah! Pernahkah Anda melihat malaikat di langit di atas dipan dengan dikelilingi tujuh puluh ribu malaikat lain yang berbaris? Mereka setia melayaninya. Dari setiap nafas yang dihirup malaikat itu, Allah menciptakan malaikat lain. Namun kini, aku melihat malaikat itu berada di atas gunung Qāf dan sayapnya hancur. Ketika ia melihatku, ia meminta tolong kepadaku. Aku bertanya ‘Apa kesalahanmu?’
Ia menjawab: 'Pada malam mikraj aku sedang berada di atas dipan. Lalu Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassallam berlalu di hadapanku, tetapi aku tidak berdiri untuk mengormatinya. Allah lantas menghukumku dengan hukuman ini dan menempatkanku di tempat ini, sebagaimana yang engkau lihat.’
"Lalu aku menundukkan diri kepada Allah dan memohonkan syafa’at-Nya".
Allah SWT berfirman,
‘Wahai Jibrĩl, katakan kepadanya agar ia bershalawat kepada Muhammad.’
Ia kemudian bershalawat kepadamu. Lalu Allah SWT pun mengampuninya serta menumbuhkan lagi sayapnya.”
Diriwayatkan bahwa amalan hamba yang pertama kali di hisab pada Hari Kiamat adalah sholat. Jika didapati sempurna, diterima darinya dan juga amalan-amalannya yang lain. Akan tetapi, jika didapati cacat, dikembalikan salat itu kepadanya dan juga amalan-amalan lainnya.
Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda:
“Perumpamaan sholat fardhu adalah seperti timbangan. Barang siapa yang menyempurnakannya, berarti sempurnalah ia.”
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda,
“Dua orang dari umatku mendirikan sholat. Rukuk dan sujud mereka sama. Apa yang ada di antara kedua sholat mereka itu seperti apa yang ada di antara langit dan bumi.” (Beliau menunjuk pada kekhusyukan satu atas lainnya).
Disebutkan dalam suatu hadits, “Pada Hari Kiamat Allah tidak memandang hamba yang tidak meluruskan tulang punggunya di antara rukuk dan sujud.”
Diriwayatkan bahwa Beliau SAW bersabda: “Barang siapa yang mendirikan sholat pada waktunya, membaguskan wudhu’nya; serta menyempurnakan rukuk, sujud dan kekhusyukannya, salat itu naik kelangit dalam rupa wajah putih bercahaya.
Ia berkata,
‘Semoga Allah memeliharamu sebagaimana engkau telah memeliharaku.”
Akan tetapi: “Barang siapa yang mendirikan sholat di luar waktunya; tidak membaguskan wudhu’nya; serta tidak menyempurnakan rukuk, sujud dan kekhusyukannya, salat itu naik kelangit dalam rupa wajah hitam kelam.
Ia berkata,
‘Semoga Allah menelantarkanmu sebagaimana engkau telah menelantarkanku.”
Dengan kehendak Allah sholat itu dilipat sebagaimana pakaian manusia dilipat, lalu di pukulkan ke wajah orang itu.”
Beliau juga pernah bersabda, ”Sejelek-jelek manusia adalah yang mencuri dalam sholatnya.” Ibn Mas’ũd r.a. berkata, “Sholat itu adalah takaran.
Barangsiapa menyempurnakannya, sempurnalah ia. Akan tetapi, barangsiapa yang menguranginya, hendaklah ia tahu firman Allah SWT yang berbunyi:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِوَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ
“Celakalah orang-orang yang mengurangi timbangan.” (QS al-Muthaffifĩn [83]:1).
Sholatlah dengan sepenuh khusyuk dan kehadiran hati, karena barangsiapa yang hatinya tidak menyatu dengan hakikat, maka rusaklah sholatnya.
Dalam salah satu riwayat, Mu’awiyah bin Hakam as Sulami menceritakan bahwa ketika ia sedang sholat bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba ada orang yang bersin. Lalu ia mengucapkan “Yarhamukallah”. Tatkala Nabi Saw telah selesai sholat, Nabi SAW bersabda;
“... Sesungguhnya tidak pantas bercakap-cakap dalam sholat; karena sholat itu ialah tasbih, takbir dan membaca al-Qur’an.”
Firman Allah:
وَقُومُواْ لِلّهِ قَانِتِينَ
“Sholatlah kamu karena Allah dengan khusyu’.” (QS Al-Baqarah [2]:238)
Seorang ‘ulama mengatakan, “Perumpaan orang yang sholat itu seperti pedagang yang tidak memperoleh laba sebelum habis modalnya. Demikian pula dengan sholat, tidak diterima sunnahnya sebelum ditunaikan fardhunya.”
Abũ Bakar r.a. berkata, ”Jika tiba waktu sholat, berdirilah di hadapan api (merka) Tuhanmu yang kalian nyalakan. Lalu padamkanlah.”
Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda;
“Sholat itu ketenangan dan kerendahan hati.”
Ditempat lain Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda,
”Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, niscaya tidak bertambah dari selain bertambah jauh. Sholat orang yang lalai tidak dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar.”
Sabda Nabi SAW:
“Betapa banyak orang yang berdiri untuk sholat tetapi tidak memperoleh apapun selain letih dan lelah, dan tidak mendapatkan selain orang yang lalai.”
Sabda Rasulullah SAW,
“ Tiadalah seorang hamba memperoleh sesuatu dari shalatnya selain yang dilakukannya dengan kesadaran.”
Ahli ma’rifat berkata,”Sholat itu ada empat hal, yaitu dimulai dengan ilmu, berdiri dengan rasa malu, ditegakkan dengan keagungan, dan keluar darinya dengan rasa takut.”
Sementara seorang guru sufi berkata,”Barangsiapa yang hatinya tidak menyatu dengan hakikat, rusaklah sholatnya.”
Dalam suatu hadits Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda;
Di surga ada sebuah sungai bernama al-Afyah. Di situ terdapat bidadari-bidadari yang Allah ciptakan dari za’farān yang bermain dengan mutiara dan yakut. Mereka memuji Allah dengan tujuh puluh ribu bahasa. Suara mereka lebih indah daripada suara Dāwud a.s. Mereka mengatakan, ‘Kami adalah milik orang-orang yang mendirikan sholatnya dengan khusyuk dan kehadiran hati. Allah SWT lalu berfirman, ‘Pasti aku tempatkan ia di rumah-Ku dan menjadikan-nya berada di samping-Ku.”
Diriwayatkan bahwa Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Saw.,
“Katakan kepada orang-orang yang durhaka di antara umatmu yang tidak mengingat-Ku,’Di mana saja engkau mengingat-Ku, berdzikirlah kepada-Ku sementara kamu menghentikan anggota badanmu (dari berbuat maksiat). ketika berdzikir pada-Ku, jadilah orang yang khusyuk dan tenang. Apabila kamu berdzikir kepada-Ku, jadikanlah lidahmu di belakang kalbumu. Jika kamu berdiri di hadapan-Ku, berdirilah seperti berdirinya hamba yang hina serta bermunajat dengan hati yang takut dan lisan yang benar.”
Allah SWT berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah kepada-Ku.” (QS.Adz-Dzariayat:56)
Allah SWT tidak menciptakan manusia untuk merusak, main-main, atau hanya sekedar makan, minum, tidur, dan menikah. Langkahkan hati kita kepada-Nya satu langkah, maka DIA akan melangkah kepada kita beberapa langkah untuk menjumpai para kekasih yang rindu.
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani rah.a berkata, “..Amalmu tidak akan diterima kecuali yang ditujukan untuk Allah SWT., yang diterima bukan bentuk amal, tetapi niatnya. Jika engkau menentang nafsu, keinginan, syaitan, dan duniamu dalam beramal, maka Dia akan menerimanya. Wahai Ghulam, jika khalwatmu bersama Allah SWT. telah benar, hatimu tentu akan tercengang dan menjadi bersih. Pandanganmu dapat menarik pelajaran, hatimu bertafakur, ruh dan maknamu sampai pada Al-Haq Azza wa Jalla.”
Diriwayatkan bahwa Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Saw., “Katakan kepada orang-orang yang durhaka di antara umatmu yang tidak mengingat-Ku, Aku bersumpah kepada diri-Ku bahwa siapa saja yang mengingat-Ku, Aku akan mengingatnya. Akan tetapi, jika mereka tidak mengingat-Ku, Aku akan mengingat mereka dengan laknat.”
Ini tentang orang yang durhaka yang lalai berdzikir kepada Allah. Lantas, bagaimana halnya jika berkumpul pada dirinya kemaksiatan dan kelalaian? Seorang shahabat berkata, ”Pada Hari Kiamat nanti manusia di kumpulkan seperti keadaan mereka dalam sholat berupa ketenangan dan ketenteraman, serta rasa kenikmatan dan kelezatan dalam menunaikannya.”
Nabi Shalallaahu Alaihi Wassallam melihat seorang yang mempermainkan janggutnya ketika sedang sholat. Beliau lalu bersabda, “ Kalaulah hati orang itu khusyuk, niscaya khusyuk pula anggota-anggota badannya.” Selanjutya beliau saw., bersabda: “ Barangsiapa yang hatinya tidak khusyuk, ditolaklah sholatnya.”
Allah SWT memuji orang-orang yang khusyuk dalam sholat tidak hanya dalam satu ayat.
Firman-Nya:
“.... orang-orang yang khusuk dalam sholatnya” (QS al-Mu’minũ [231]:2);
“... dan mereka selalu memelihara sholatnya”. (QS al-An’ām [6]:92);
“Mereka itu tetap mendirikan sholatnya.” (QS al-Ma’ārij [70]:23).
Ada yang mengatakan bahwa orang yang mengerjakan sholat itu banyak, tetapi orang yang khusyuk dalam sholatnya itu sedikit. Orang yang berhaji itu banyak, tetapi yang mabrur itu sedikit. Burung itu banyak, tetapi bulbul itu sedikit. Orang berilmu itu banyak, tetapi yang beramal itu jumlahnya sedikit.
Sholat adalah tempat ketundukan hati, kepasrahan, dan kekhusyukan.
Ini adalah tanda diterimanya amalan. Amalan sunnah itu ada syaratnya dan penerimaan pun ada syaratnya. Syarat amalan sunnah adalah ditunaikan fardhunya, sementara syarat diterima amalan adalah kekhusyukan, sebagaimana firman Allah SWT,
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونالَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَوَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
“Sesungguhnya beruntunglah kaum beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya dan orang-orang yang menjauhkandiri dari (perbuatan dan perkataan)yang tiada berguna” (QS al-Mu’minũn [23]:1-3),
Dan ketakwaan, seperti firman Allah SWT,
يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ“
".... sesungguhnya Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertaqwa.” (QS al-Mā’idah [5]:27)
Tentang ini, Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda, “Orang yang mendirikan sholat dua raka’at dengan menghadapkan hatinya kepada Allah,ia keluar dari dosa-dosanya seperti pada hari ia di dilahirkan ibunya.”
Ketahuilah, tidak ada yang membuat lalai dari sholat selain fikiran-fikiran yang yang sibuk . Jadi, hal itu harus dihilangkan. Kadang-kadang bisa dilakukan dengan sholat dalam kegelapan atau di tempat sunyi, jauh dari kebisingan, tidak menggunakan sajadah yang bergambar atau yang berwarna-warni dan tidak mengenakan pakaian yang bercorak yang dapat menarik perhatiannya ketika sedang sholat.
Diriwayatkan, Nabi Shalallaahu Alaihi Wassallam mengenakan gamis bercorak yang diberikan Abũ Jahm, lalu beliau sholat. Setelah selesai sholat, beliau menanggalkankannya dan berkata, “Bawalah gamis ini kepada Abũ Jahm. Pakaian ini telah melalaikanku dari sholatku.”
Nabi Shalallaahu Alaihi Wassallam pernah pula memperbaharui tali sandalnya.kemudian ketika sedang sholat, beliau selalu memandangnya. Oleh karena itu, setelah selesai sholat, beliau memerintahkan agar tali itu dilepas dan diganti dengan tali yang lama. Selain itu, Nabi Shalallaahu Alaihi Wassallam pernah mengenakan cincin emas pada jarinya sebelum hal itu diharamkan untuk dikenakan oleh kaum lelaki. Lalu ketika duduk di atas mimbar, beliau melemparkannya dan berkata, “Ini telah menyibukkanku dengan sesekali memandangnya dan sesekali memandang kalian.”
Seorang sahabat sholat di rumahnya dekat dinding, sementara pohon kurma di samping rumahnya sedang berbuah lebat. Sesekali ia memandang buah kurma itu dan merasakan ketakjuban.Lantas ia lupa berapa raka’at telah ia kerjakan. Hal itu kemudian di sampaikan kepada ‘Utsmãn r.a. ‘Utsmãn memerintahkan agar buah kurma itu di sedekahkan di jalan Allah. Orang itu segera menjualnya dengan harga lima puluh ribu. Sementara itu, seorang ‘ulama salaf berkata, “Ada empat hal dalam sholat yang merupakan kesia-siaan; berpaling, mengusap wajah, meniup debu (pada tempat sujud), dan sholat di jalan tempat lalu-lalang orang lain.” Hal itu pun di tegaskan Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam dalam sabdanya, ”Allah Azza wa Jalla menghadap kepada orang yang sholat selama ia tidak berpaling.”
Oleh karena itu jika sedang sholat, Abú Bakar ash-shiddĩq r.a.berdiri seperti tiang....
Sementara shahabat yang lain apabila sedang rukuk tampak tenang seperti benda mati sehingga tidak merasakan burung-burung yang hinggap di punggungnya. Semua itu merupakan sikap yang dituntut di hadapan orang besar dari penghuni dunia. Lantas, bagaimana tidak dituntut di hadapan Raja segala raja?
Di dalam Taurat termaktub, “Wahai anak Adam, jangan merasa lemah untuk berdiri di hadapan-Ku dalam keadaan sholat sambil menangis. Aku adalah Allah yang dekat kepada kalbumu dan dalam gaib engkau melihat cahaya-Ku.”
Abú al-Aliyyah ditanya tentang firman Allah SWT: "….orang-orang yang lalai dalam sholatnya.” (QS al-Mã’ún [107]:5).
Ia menjawab,”Orang-orang yang lalai dalam sholatnya sehingga tidak mengetahui apakah ia pada raka’at genap atau pada raka’at ganjil.”
Sementara Al-Hasan berkata, “Maksudnya adalah orang-orang yang lalai terhadap waktu sholat sehingga berlalu.”
Oleh karena itu Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda,”Allah SWT berfirman, ‘Hamba-Ku tidak selamat dari (murka)-Ku kecuali dengan menunaikan apa yang Aku wajibkan kepadamu.”
Akhir kata, Sholat yang “khusyuk sempurna”, merupakan inti daripada ibadah sholat dan menjadi dambaan setiap hamba Allah yang ingin mendekatkan dirinya dengan Rabb-nya.
Laksanakanlah perintah-Nya, tinggalkan larangan-Nya, bersabarlah terhadap berbagai ujian, dan lakukanlah ibadah-ibadah sunnah. Maka sungguh engkau disebut sebagai orang yang beramal dan berjaga. Mohonlah kepada-Nya dan merendahlah di hadapan-Nya. Mencari taufiq dari Allah adalah dengan berusaha, tidak hanya berpangku tangan, meski pun pada hakikatnya, DIA pula lah yang menggerakkan hati kita untuk beramal shalih.
Semoga bermanfaat!
إِنّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِي ماً
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, ber-Shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
Salam penghormatan kepadanya.”
(QS Al-Ahzab [33]:56)
[Dari kitab “Mukāsyafah al Qulũb” Tulisan Imam Al Ghazāli]
Post a Comment