Menu

Gus Mendem Gus Mendem Author
Title: 19. Membela Orang Dzalim Dan Yang Didzalimi
Author: Gus Mendem
Rating 5 of 5 Des:
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Pada suatu hari Rasulullah saw naik mimbar dan menyampaikan khutbahnya yang terkenal itu: “Siapa yang me...

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Pada suatu hari Rasulullah saw naik mimbar dan menyampaikan khutbahnya yang terkenal itu: “Siapa yang merasa aku telah mengambil harta-bendanya, maka inilah hartaku, datanglah untuk mengambilnya. Dan barangsiapa yang merasa aku telah memukulnya, maka inilah punggungku, silahkan menuntut balas.” 
    Setiap orang tahu bahwa beliau tidak pernah mengambil harta benda orang lain, dan beliau juga tidak pernah memukul pundak seseorang. Namun beliau berupaya untuk menampakkan keadilan dan menunjukkan kengerian beliau terhadap kezaliman. Beliau mewasiatkan kepada ummatnya:
    • “Barangsiapa punya dosa pada saudaranya karena telah mencemarkan kehormatannya atau karena tindakan dosa lainnya, hendaknya dimohonkan maaf-keridhaanya sekarang juga, sebelum berubah bentuk menjadi dinar dan dirham (qishash?). Kalau ia punya amal saleh, akan diambil dari padanya sekedar tebusan dosanya. Kalau tidak ada kebaikan padanya, maka diambil dari dosa orang yang teraniaya itu, kemudian dibebankan baginya.”

    Kiranya tidak ada yang lebih menampilkan keimanan, rasa keadilan MUHAMMAD serta perlawanannya terhadap tindak kezaliman, seperti yang diutarakan beliau dalam sabdanya ini:

    “Belalah saudaramu, baik ia zalim maupun ia dizalimi.”
    “Ya, Rasulullah! Apakah kalau ia berlaku zalim, akan saya bela?”

    Maka beliau bersabda:
    “Cegahlah ia dari kezaliman-nya, itulah arti pembelaan terhadapnya.”

    Dengan rahmat kasihsayangnya pula, MUHAMMAD SAW senantiasa mengingatkan kita umatnya agar senantiasa berbuat kebajikan, bersikap adil serta saling tolong menolong dengan sesama., dan dengan tegas melarang kita untuk berbuat zalim., baik kepada orang lain.., dan terutama berbuat zalim kepada diri sendiri.
    Dalam pandangan MUHAMMAD, kezaliman itu begitu keji sampai si zalim sendiri pun menjadi mangsanya. Bersamaan dengan ulahnya bertindak zalim terhadap orang lain, pada saat bersamaan, si zalim menampakkan kezaliman-nya terhadap dirinya sendiri. Makanya orang yang zalim itu berada dalam keadaan yang teraniaya karena sudah menzalimi diri sendiri dengan perbuatan yang melampaui batas. Dialah orang malang yang berbusana angkara murka!
    Dan melawan/mencegahnya agar tidak sampai bertindak zalim, merupakan suatu upaya untuk kemenangan, kejayaan serta keselamatan bagi dirinya.

    Dan perhatikanlah pula, alangkah gemilang dan tingginya rasa kemanusiaan dalam diri pribadi MUHAMMAD, seperti yang nampak dalam ucapannya:

    • “Belalah saudaramu, meskipun dia seorang zalim.”

    Menurut penilaian dan pandangan kita, akan lebih tepat kiranya, jika sekiranya beliau bersabda:
    “Lawanlah saudaramu, kalau dia zalim, dan belalah dia kalau teraniaya!

    Namun penilaian dan pandangan MUHAMMAD bergaya lain, beliau lebih arif dalam menyikapinya sehingga mengucapkan kata-kata yang indah cemerlang tersebut. Mencegah kezaliman,meskipun berkaitan dengan aspek kemasyarakatannya ataupun segi revolusionernya, bukanlah suatu upaya yang destruktif terhadap kehidupan. Dan kita melihat bahwa MUHAMMAD sangat keras dalam upayanya memerangi kehinaan yang diakibatkan oleh kezaliman. Mungkin di dunia ini, hanya MUHAMMAD sajalah yang telah benar-benar memberikan bentuk perlawanan positip dan berani terhadap kezaliman itu.

    Beliau telah memberikan bentuk perlawanan positip dan berani terhadap kezaliman, dalam upayanya untuk menang dan Berjaya terhadap kezaliman itu. Ada bermacam-macam bahaya kezaliman, sesuai dengan bermacam-macam pula sumbernya. Dan sejahat-jahatnya sumber kezaliman itu ialah diktator dan tiran.., yang sering kali bersembunyi dibalik slogan demokrasi, keamanan global atau pun dengan alasan kepentingan yang ‘lebih besar.’

    Dan agar konspirasi jahat itu dapat berjalan mulus, para diktator dan tiran itu berupaya menutup kran kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, meniadakan kebebasan pers dan merekayasa hukum. Bahkan yang paling sering terjadi adalah upaya-upaya yang sistemik untuk menyiarkan kebohongan demi kebohongan public melalui berbagai media sehingga akhirnya masyarakat pun percaya dengan berita-berita yang direkayasa itu, baik karena terhasut propaganda maupun karena sudah skeptis dan akhirnya menyerah diam seribu bahasa, dalam arti membiarkan kezaliman merajalela di depan mata.

    Pada diktator dan tiran, MUHAMMAD menemukan kezaliman itu di sarangnya yang paling berbahaya. Dalam hal ini, upaya untuk mengatasi kezaliman bukanlah dengan basa-basi mengharapkan kasih sayang dari penguasa zalim. Tetapi dengan menganjurkan agar mereka yang teraniaya melakukan perlawanan, dan menganjurkan semua orang agar melawan dan menghancurkan kezaliman itu dimanapun ia berada.

    MUHAMMAD dengan tegas bersabda:

    • "Kalau kalian melihat orang zalim, dan tidak cepat bertindak, dikuatirkan Allah akan membagi rata siksa-Nya pada kalian semua”. (HR. Abu Dawud) 
    • “Apabila ummatku tidak mampu berkata pada orang zalim: “Hai, si zalim.” Maka diucapkan selamat tinggal.” 

    Salah seorang sahabat beliau saw bertanya tentang jihad yang paling utama, Maka beliau bersabda: 
    “Kata-kata benar di hadapan Kepala Negara (Amir) yang zalim.”
      Sebagai salah satu cara ampuh untuk melawan kezaliman dan kejahatan, Rasulullah saw., menganjurkan pemutusan hubungan dengan kepala negara yang zalim dimana tindak kezalimannya itu sudah dirasakan secara merata oleh seluruh rakyatnya.

      Beliau bersabda:

      • “Akan datang suatu zaman sepeninggalku, dimana banyak kepala negara yang bertindak zalim dan berbicara bohong. Siapa yang mempercayai kebohongannya dan membantu kezalimannya itu, maka mereka itu bukanlah dari golonganku dan aku bukan dari golongan mereka. Dan barang siapa yang tidak mempercayai kebohongan mereka dan tidak memperpanjang usia kezaliman mereka, maka mereka dari golonganku dan aku dari golongan mereka.”
      Malah Rasulullah memperjelas lagi ucapannya di atas dengan sabda:
      • “Akan datang masanya para kepala Negara dikitari sekelompok orang yang kerjanya hanya berbohong dan bertindak zalim.Siapa yang masuk menemui mereka, lantas mempercayai kebohongan dan mendukung kezaliman mereka,ukanlah dari golonganku dan akupun bukan dari golongan mereka. Dan barangsiapa tidak masuk menemui mereka, tidak mempercayai mereka, dan tidak mendukung kezaliman mereka, mereka adalah dari golonganku dan aku dari golongan mereka.”

      Rasulullah saw menunjuk pada para pembantu si zalim, dengan sabdanya:
      • “Mereka dikitari oleh sekelompok orang yang kerjanya berbohong dan bertindak zalim”.

      Rasulullah saw. Menganjurkan agar jangan mendekati para penguasa dan para pembantu mereka, sehingga dengan demikian jadi lebih jelas kelihatan ciri kezaliman mereka.

      Sabdanya:
      “Siapa yang masuk menemui mereka, bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongan mereka.”
        Perhatikan kalimat: “Siapa yang yang masuk menemui mereka .... ”

        MUHAMMAD ingin memencilkan (mengisolasi) mereka dari masyarakat, agar mereka merasa dikucilkan dan terhina. Kemudian karenanya mereka bertaubat, tidak melakukan kezaliman lagi dan jera akan perbuatan dosa yang telah mereka kerjakan selama ini. Dengan menunjuk hidung para pembantu penguasa yang zalim, MUHAMMAD mengungkapkan peran penting yang dilakukan kelompok ini dalam mendukung kezaliman atau dalam menopang keadilan, dalam membina atau dalam merusak para penguasa itu.

        Beliau bersabda:
        • “Tiap penguasa pastilah punya dua kelompok pembantu; sekelompok pembantu yang menganjurkan pada kebaikan dan mencegahnya dari kejahatan, dan sekelompok pembantu yang tidak berpayah-payah dalam merusaknya.Barangsiapa dari para penguasa yang selamat dari kejahatannya, maka ia telah diselamatkan.”

        Sabdanya pula:
        • “Kalau Allah berkehendak baik pada salah seorang kepala Negara, maka ia diberi seorang menteri yang jujur, yang kalau ia lupa, selalu mengingatkannya, dan kalau dia ingat, membantunya. Dan, kalau Allah berkehendak lain dari itu, maka ia diberi seorang Menteri yang jahat, yang kalau ia lupa, tidak mengingatkannya, dan kalau ingat, tidak membantunya.”

        Semoga shalawat dan salam selalu di limpahkan-Nya bagi junjungan kita Rasulullah SAW beserta ahlul baitnya, para sahabatnya, para tabi’in, tabi’ut tabi’in serta seluruh umat Islam yang taat pada risalahnya hingga di akhir zaman.
        Amin.

        [Dari buku NABI MUHAMMAD JUGA MANUSIA karya: Khalid Muhammad Khalid]

        CATATAN
        Tulisan ini adalah bagian kesembilanbelas dari duapuluhsatu tulisan lain berdasarkan pokok bahasannya masing-masing. Untuk memudahkan anda, artikel selanjutnya dapat diikuti melalui nomor urut di bawah ini, atau melalui lampiran DAFTAR ISI di sini.
        1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
        11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

        Dari Author

        Post a Comment

         
        Top