Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Seorang mukmin yang berakal, sungguh sangat tidak pantas berbuat durhaka dan memutuskan hubungan dengan kedua orang tua, padahal ia mengetahui keutamaan berbakti kepadanya, dan balasannya yang mulia di dunia maupun di akhirat. Allah memerintahkan si anak supaya berbakti kepada kedua orangtua, bertutur kata yang baik, merendahkan diri dalam perkataan maupun perbuatan di hadapan keduanya. Sebagaimana sikap seorang pembantu di hadapan majikannya.Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam Menjelaskan bahwa seseorang yang berjalan mengunjungi orangtuanya, maka Allah akan mencatat baginya setiap langkah 100 kebaikan, menghapus darinya 100 kejelekan, dan mengangkat baginya 100 derajat kemuliaan. Apabila dia duduk di hadapan keduanya serta berbicara dengan kata-kata sopan, maka di hari kiamat kelak Allah memberi kepadanya sinar yang memancar di hadapannya. Apabila ia keluar dari keduanya (pulang), maka ia akan mendapatkan ampunan.Bayangkanlah, baru mengunjungi saja sudah memperoleh 100 kebaikan, terhapus 100 kejelekan, dan di angkat baginya 100 derajat, apalagi jika berbuat lebih dari itu. Subhanallah!
Allah dan Rasul-Nya memberikan perhatian khusus kepada orang yang berbuat baik kepada kedua orang tua. Ini memberikan ‘mafhuum mukhalafaah (pemahaman sebaliknya) bahwa berbuat baik kepada orangtua, walaupun sedikit akan memberikan ganjaran nilai kebaikan yang banyak. Artinya, ia akan memperoleh nilai berkah yang melimpah. Sebaliknya, jika ia melakukan perbuatan buruk kepada orangtua, walaupun sedikit akan memberikan ganjaran nilai keburukan yang lebih besar. Dan ia akan semakin jauh dari berkah.Tentang hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa berhaji untuk kedua orang tuanya atau melunasi hutang-hutangnya maka dia akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat dari golongan orang-orang yang mengamalkan kebajikan. (HR. Ath-Thabrani dan Ad-Daar Quthni).
Karena itu, Rasulullah SAW berpesan agar kita pandai-pandai bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orangtua dan senantiasa mendoakan beliau berdua, sebab mereka telah banyak berjasa kepada kita, sebagaimana doa yang diajarkan-Nya kepada kita yaitu:
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي
ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS al-Ahqaf [46]:15)
Demikian pula, Allah memerintahkan si anak supaya mendoakan keduanya -dan DIA sendiri telah mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berdoa; “semoga Allah mengasihi keduanya sebagaimana keduanya telah mengasihi dan merawat si anak tatkala masih kecil.”
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)." (QS Ibrahim [14]:41)
Renungkanlah!
Betapa mengharukannya. Di saat engkau masih kecil, ibundamu rela berjaga saat malam hari demi menidurkan anda. Iapun rela menahan rasa letih supaya anda bisa beristirahat dengan cukup. Adapun ayahmu, ia berusaha sekuat tenaga mencari nafkah. Letih pikirannya, letih pula badannya. Semua itu, tidak lain ialah untuk memberi makan dan mencukupi kebutuhan anda beserta saudara-saudaramu. Sehingga sudah sepantasnya bagi kita semua sebagai si anak untuk berbakti kepada keduanya sebagai balasan atas kebaikannya yang tak terhitung dan yang tak mungkin tergantikan, sampai kapan pun!
Dalam satu hadits, Rasulullah SAW. Menjelaskan bahwa seorang hamba Allah yang mengerjakan shalat fardhu dan berdoa untuk kedua orangtuanya dengan memohonkan ampunan, maka Allah akan mengabulkan doanya. Allah SWT juga akan mengampuninya karena berkah doanya kepada orangtuanya, walaupun orangtuanya tersebut fasik. Artinya, orangtua yang tidak saleh bisa terangkat berkat doa anaknya yang saleh di dalam kuburnya. Disini, Beliau mengisyaratkan bahwa mendoakan orangtua akan mendapatkan berkah berupa dikabulkan doa dan mendapat ampunan Allah. Terkabulnya doa dan ampunan merupakan Rahmat kasihsayang Allah, dan adanya kasih sayang Allah karena seorang anak mendoakan orangtuanya. Jika ia tidak mendoakan orangtuanya, doanya tidak akan dikabulkan Allah dan ampunan Allah tidak akan diberikan kepadanya. Orang yang doanya tidak makbul berarti hidupnya akan amburadul (tidak berkah). Inilah makna dari “doa anak yang shaleh” yang selalu diharapkan oleh kedua orang tua di dalam kuburnya.
“Apabila anak Adam mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendoakan orangtuanya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Beliau mengingatkan kita agar tidak memandang remeh perbuatan dosa walaupun tampaknya kecil tapi ingatlah kepada SIAPA perbuatan dosa itu dilakukan!
“Janganlah memandang kecil kesalahan (dosa) tetapi pandanglah kepada Siapa yang kamu durhakai." (HR. Aththusi)
“Barangsiapa meninggalkan maksiat terhadap Allah karena takut kepada Allah maka ia akan memperoleh keridhoan Allah." (HR. Abu Ya'la) “
Pernah disebutkan dosa-dosa besar di dekat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: “Syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.’ Lalu beliau duduk bersandar seraya berkata, ‘Dan kesaksian palsu atau ucapan dusta."
Anehnya, sekarang ini kita menyaksikan sebagian pemuda yang begitu tunduk kepada isteri mereka, sementara mereka durhaka kepada ibu mereka. Padahal akibat perbuatannya itu menyebabkan Allah murka kepadanya!Alkisah, salah seorang sahabat Nabi bernama Alqamah sedang menghadapi sakaratul maut, tapi bibirnya terkunci untuk mengucapkan dua kalimah syahadat. Ternyata keadaan itu disebabkan ibunda Alqamah merasa tidak ridha atas sikapnya yang lebih mementingkan istrinya ketimbang ibunya sendiri. Kemudian beliau menyuruh Bilal untuk memanggil ibu Alqamah.
“Wahai Bilal!, pergilah kepada ibu Alqamah dan sampaikan salamku. Lalu katakan kepadanya; ’jika engkau dapat berjalan, pergilah kepada Rasulullah. Tetapi jika tidak dapat, maka Rasulullah akan datang ke sini.”
Bilal pun mnyampaikan pesan Rasulullah SAW, tetapi ibu Alqamah menjawab: “Sayalah yang lebih layak pergi menghadap Rasulullah Saw.” Lalu dia mengambil tongkat dan berjalan hingga masuk ke rumah Nabi SAW. Sesudah memberi salam, ia pun duduk di hadapan Rasulullah SAW., maka Nabi SAW berkata: ’Beritahukan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi! Jika engkau dusta kepadaku, niscaya akan turun wahyu memberi tahu kepadamu. “Bagaimana keadaan Alqamah?” Ibunya menjawab: “Ia rajin ibadah shalat, berpuasa, dan sedekah sebanyak-banyaknya hingga tidak diketahui berapa banyaknya.” Nabi SAW bertanya lagi: ”Bagaimana hubunganmu dengan dia?” Ibu Alqamah menjawab: “Saya murka kepadanya.” “Mengapa?” Tanya Rasulullah SAW. Ibu Alqamah menjawab: ”Karena ia lebih mengutamakan istrinya daripada aku, menurut kepada istrinya dan menentangku.” Maka Rasulullah SAW bersabda: ”Murka ibunya itulah yang mengunci lidah Alqamah untuk mengucapkan kalimat syahadat “Laa ilaaha illaallaah.”
Kemudian Nabi SAW menyuruh Bilal untuk mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya (seolah-olah) untuk persiapan pembakaran Alqamah. Tetapi ibu Alqamah berkata, “Wahai Rasulullah, putraku buah hatiku akan kau bakar dengan api di depanku, bagaimana hatiku bisa menerimanya?” Rasulullah SAW bersabda: “Wahai ibu Alqamah, siksa Allah lebih berat dan kekal. Karena itu, jika kau ingin Allah mengampuni dosa anakmu, maka relakanlah, kau harus ridha kepadanya. Demi Allah yang jiwaku ada dalam genggaman tangan-Nya, tidaklah berguna shalat, puasa dan sedekahnya, selama engkau murka kepadanya.” Lalu ibu Alqamah mengangkat kedua tangannya dan berkata,”Wahai Rasulullah! Saya mempersaksikan kepada Allah dan kepada engkau, ya Rasulullah, bahwa saya telah ridha kepada Alqamah.” Rasulullah pun langsung menyuruh Bilal untuk melihat keadaan Alqamah karena khawatir jika ibunya mengucapkannya karena malu, bukan keluar dari hatinya. Maka ketika Bilal sampai di pintu rumah Alqamah, terdengar suara Alqamah membaca syahadat Laa ilaaha illaallaah.” Alqamah pun meninggal dunia pada hari itu. Sesaat sesudah selesai penguburannya, Nabi SAW berdiri di tepi kubur Alqamah seraya bersabda:
“Wahai sahabat Muhajirin dan Anshar! Barang siapa mengutamakan istrinya daripada ibunya, maka ia terkena laknat Allah, Malaikat, dan semua manusia. Bahkan, Allah tidak akan menerima darinya ibadah fardhu dan sunnahnya kecuali jika ia benar-benar bertobat kepada Allah, berbuat baik terhadap ibunya, dan meminta kerelaannya.”Hikayat ini menjelaskan betapa ridha seorang ibu sangat menentukan selamat atau celakanya seorang anak.
[Dari buku NABI MUHAMMAD JUGA MANUSIA karya: Khalid Muhammad Khalid]
CATATAN
Tulisan ini adalah bagian ketiga dari duapuluhsatu tulisan lain berdasarkan pokok bahasannya masing-masing. Untuk memudahkan anda, artikel selanjutnya dapat diikuti melalui nomor urut di bawah ini, atau melalui lampiran DAFTAR ISI di sini.
BACA JUGA
Post a Comment