Rasulullah Saw ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab;
"Mereka adalah sarana (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu." (HR. Ibnu Majah)
(Penjelasan: Jika berbakti kepada keduanya maka akan masuk surga sedangkan bila bersikap durhaka kepada mereka maka akan masuk neraka)
Sabda Rasulullah saw:
"Ketahuilah bahwa Ridha Allah tergantung pada ridha kedua orangtuamu, dan Murka Allah terletak pada murka kedua orangtuamu.” (HR al-Hakim)
Betapa banyak orang yang tidak menyadari bahwasanya akan datang suatu hari dimana mereka akan membutuhkan bakti anak-anak mereka, sebagaimana orang tua mereka sekarang membutuhkan bakti mereka kepadanya. Dan balasan itu akan didapat seperti apa yang dikerjakan.Mengingat besarnya keutamaan yang akan diperolehi seorang anak dengan rahmat yang dimiliki kedua orangtuanya, maka MUHAMMAD saw telah berwasiat kepada kita dengan sabdanya:
“Berbaktilah kepada kedua orang tua kalian, niscaya akan berbakti pula anak-anak kalian” (HR. Thabrani).
Beliau berpesan agar seorang anak tidak berbuat zalim kepada kedua orangtuanya, sebab bagi setiap anak ada terdapat terdapat hak-hak orangtuanya yang harus ditunaikannya.
Sabdanya: “Ibu dan Bapak berhak makan dari harta milik anak mereka dengan cara yang makruf. Seorang anak tidak boleh makan dari harta ibu bapaknya kecuali dengan ijin mereka.” (HR. Ad-Dailami).
Rasulullah Saw pernah berkata kepada seseorang;
"Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu." (Asy-Syafi'i dan Abu Dawud)
Terdapat satu riwayat yang cukup panjang berkaitan dengan hal ini.
Dari Jabir Ra meriwayatkan, ada laki-laki yang datang menemui Nabi Saw dan melapor. Dia berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku ingin mengambil hartaku."
"Pergilah Kau membawa ayahmu kesini," perintah beliau. Bersamaan dengan itu Malaikat Jibril turun menyampaikan salam dan pesan Allah kepada beliau.
Jibril berkata: "Ya, MUHAMMAD, Allah 'Azza wa Jalla mengucapkan salam kepadamu, dan berpesan kepadamu, kalau orangtua itu datang, engkau harus menanyakan apa-apa yang dikatakan dalam hatinya dan tidak didengarkan oleh telinganya."
Ketika orang tua itu tiba, maka nabi pun bertanya kepadanya: "Mengapa anakmu mengadukanmu? Apakah benar engkau ingin mengambil uangnya?" Lelaki tua itu menjawab: "Tanyakan saja kepadanya, ya Rasulullah, bukankah saya menafkahkan uang itu untuk beberapa orang ammati (saudara ayahnya) atau khalati (saudara ibu) nya, atau untuk keperluan saya sendiri?"
Rasulullah bersabda lagi:
"Lupakanlah hal itu. Sekarang ceritakanlah kepadaku apa yang engkau katakan di dalam hatimu dan tak pernah didengar oleh telingamu?"
Maka wajah keriput lelaki itu tiba-tiba menjadi cerah dan tampak bahagia, dia berkata: "Demi Allah, ya Rasulullah, dengan ini Allah Swt berkenan menambah kuat keimananku dengan ke-Rasul-anmu. Memang saya pernah menangisi nasib malangku dan kedua telingaku tak pernah mendengarnya." Nabi mendesak: "Katakanlah, aku ingin mendengarnya." Orang tua itu berkata dengan sedih dan airmata yang berlinang:
"Saya mengatakan kepadanya kata-kata ini: 'Aku mengasuhmu sejak bayi dan memeliharamu waktu muda. Semua hasil jerih-payahku kau minum dan kau reguk puas. Bila kau sakit di malam hari, hatiku gundah dan gelisah, lantaran sakit dan deritamu, aku tak bisa tidur dan resah, bagaikan akulah yang sakit, bukan kau yang menderita. Lalu airmataku berlinang-linang dan meluncur deras. Hatiku takut engkau disambar maut, padahal aku tahu ajal pasti akan datang. Setelah engkau dewasa, dan mencapai apa yang kau cita-citakan, kau balas aku dengan kekerasan, kekasaran dan kekejaman, seolah kaulah pemberi kenikmatan dan keutamaan. Sayang, kau tak mampu penuhi hak ayahmu, kau perlakukan daku seperti tetangga jauhmu. Engkau selalu menyalahkan dan membentakku, seolah-olah kebenaran selalu menempel di dirimu, seakan-akan kesejukann bagi orang-orang yang benar sudah dipasrahkan.'Selanjutnya Jabir berkata: "Pada saat itu Nabi langsung memegangi ujung baju pada leher anak itu seraya berkata: "Engkau dan hartamu milik ayahmu!" (HR. At-Thabarani dalam "As-Saghir" dan Al-Ausath).
Dalam hadis lain, beliau bersabda:
“Jangan mengabaikan (membenci dan menjauhi) orang tuamu. Barangsiapa mengabaikan orang tuanya maka dia kafir.” (HR. Muslim)
Penjelasan: Yang dimaksud ‘kafir’ dalam konteks diatas adalah kufur nikmat dan bukan kufur akidah.
Gagasan rahmat pada diri pribadi yang diserukan MUHAMMAD itu, berkembang pula – semerbak harum baunya – menyentuh serta menyegarkan seluruh alam semesta meliputi segala kehidupan baik manusia maupun hewan. Rasulullah sangat bersungguh-sungguh menganjurkannya, terutama dalam hal dimana kebutuhan akan rahmat itu sangat besar.
Beliau, umpamanya, menganjurkan agar memperlakukan anak-anak dengan kasih sayang. Terutama sekali beliau tekankan pada anak yatim dan anak pungut (anak angkat) yang tidak jelas ibu bapanya, kepada fakir miskin dan juga para janda.
Semoga shalawat dan salam selalu di limpahkan-Nya bagi junjungan kita Rasulullah SAW beserta ahlul baitnya, para sahabatnya, para tabi’in, tabi’ut tabi’in serta seluruh umat Islam yang taat pada risalahnya hingga di akhir zaman.
Amiin.
[Dari buku NABI MUHAMMAD JUGA MANUSIA karya: Khalid Muhammad Khalid]
CATATAN
Tulisan ini adalah bagian keempat dari duapuluhsatu tulisan lain berdasarkan pokok bahasannya masing-masing. Untuk memudahkan anda, artikel selanjutnya dapat diikuti melalui nomor urut di bawah ini, atau melalui lampiran DAFTAR ISI di sini.
Post a Comment