Menu

Gus Mendem Gus Mendem Author
Title: 9. Jangan Berputus Asa Dari Rahmat Allah
Author: Gus Mendem
Rating 5 of 5 Des:
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah, Sesuai dengan hadits (Qudsi) yang di tampilkan sebelumnya [ 8 ]; Sebenarnya kedudukan manusia di si...


Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Sesuai dengan hadits (Qudsi) yang di tampilkan sebelumnya [8]; Sebenarnya kedudukan manusia di sisi Allah bagaikan kedudukan kelana yang hilir mudik antara Sang Kekasih dengan Tabibnya.

Demikian gambaran MUHAMMAD tentang Allah Subhanahu wa ta’ala ketika menceritakan tentang firman-Nya kepada langit, bumi, gunung-gunung dan lautan, itu:
  • “Biarkanlah AKU dengan hamba-hambaKU. Kalau mereka bertaubat pada-KU, maka AKU kekasih mereka. Kalau mereka tidak bertaubat pada-KU, maka AKU tabib mereka”.
Apabila dalam keadaan ridha kepada kita, Allah Swt. menjadi kekasih yang cinta-Nya menebarkan wangi-wangian tiada tara harumnya. Sebaliknya, dalam keadaan kecewa terhadap kita, Allah Swt. seolah-olah seorang tabib yang ikut merasa sedih dan memberikan sentuhan seorang dokter. Jadi tidak mungkin merupakan sumber kengerian dan ketakutan. Maka Maha Suci Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sambutlah DIA dengan penuh rasa hormat sebagai Kekasih. Berbanggalah menerima-Nya sebagai Tabib.
Sekali lagi, rahmat pada diri MUHAMMAD bergerak sendiri secara otomatis dan positip serta seimbang, mengolah rahmat itu menjadi suatu hakekat dan fakta yang bisa dinikmati dan dirasakan semua insan, sesuai dengan jiwa besar yang dimiliki MUHAMMAD. Di bawah pantulan cahaya itulah, kita sebaiknya berusaha memahami semua pengarahan dan bimbingan yang diberikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam kepada kita, taat dan patuh pada kebajikan.
Dengan bimbingan dan pengarahannya, beliau tidak bermaksud memaksakan pendapatnya atau menggiring kita mengikuti pendiriannya. Namun sebaliknya,beliau ingin menyempurnakan rahmatnya itu bagi manusia, menjauhkan mereka dari kesalahan. Agar jangan sampai mereka tergelincir oleh pengaruh buruk dari keadaan.
Apabila beliau menyerukan agar orang melakukan kebaikan berkali-kali mengulang-ulang seruannya itu, itu hanyalah karena rahmatnya. Sebaliknya, apabila beliau mencegah orang melakukan keburukan dan senantiasa memperingatkan akan resikonya, itu juga karena rahmatnya. Nah, rahmat bagi kemanusiaan itulah yang mendorong MUHAMMAD dengan penuh harap meminta agar kita melakukan kebaikan dan jangan melakukan keburukan, demi kebaikan dan hari depan kita sendiri. Dan karena itu pulalah beliau senantiasa bersaha menyadarkan manusia akan kengerian terhadap dosa. Beliau memandang dosa sebagai bahaya yang bisa datang secara mendadak, mengancam kehidupan dan keselamatan manusia.

Untuk menggambarkan dosa itu, beliau bersabda:
  • “Orang-orang beriman melihat dosa mereka seperti orang yang sedang duduk-duduk dibawah sebuah gunung yang senantiasa takut kalau-kalau gunung itu jatuh menindihnya.”
  • “Sedangkan orang-orang kafir, menganggap dosa mereka bagaikan seekor lalat yang hinggap di batang hidungnya, yang dengan mudah bisa dihalau dengan kibasan tangannya.”
Meskipun ia seorang Rasul yang mempertanggung-jawabkan risalahnya, namun dalam menghadapi para pembangkang beliau tidak melakukan pemaksaan kehendak dan tidak bertindak sebagai diktator. Malahan beliau memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang. Beliau benar-benar merasakan dukacita dan keresahan umatnya serta ingin sekali menyelamatkan mereka. Beliau menggarisbawahi kedudukannya itu dalam perumpamaan yang indah mempesonakan.

Sabda beliau:
  • “Perumpamaanku dengan para nabi, adalah seperti perumpamaan seseorang yang membangun sebuah rumah. Dia menata dengan bagus dan sempurna. Kecuali masih ada satu ruang kosong tempat bata. Banyak orang masuk kedalam bangunan tersebut dan mengaguminya seraya berkata: Kalau seandainya bukan karena tempat bata itu (masing kosong), maka akan jauh lebih bagus. Selanjutnya Rasulullah saw. bersabda: Aku adalah yang (diibaratkan) sebagai bata tersebut. Aku datang sekaligus sebagai penutup para nabi-nabi."(Shahih Muslim No.4240)
  • “Sesungguhnya perumpamaanku sebagai utusan Allah adalah seperti seorang lelaki yang mendatangi kaumnya seraya berkata: "Wahai kaumku! Sesungguhnya kau telah melihat dengan mata kepala sendiri sepasukan tentara dan sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang tidak bersenjata, maka carilah keselamatan. Sebagian kaumnya ada yang mematuhi lalu pada malam hari mereka berangkat (menyelamatkan diri) dengan tidak terburu-buru. Sebagian yang lain mendustakan hingga keesokan paginya mereka masih berada ditempat semula maka diserbulah mereka oleh pasukan tentara tadi lalu dimusnahkan dan dibantailah mereka. Itu adalah perumpamaan orang yang patuh-taat kepadaku dan mengikuti ajaran yang aku bawa serta perumpamaan orang yang durhaka kepadaku dan mendustakan kebenaran yang aku bawa." (Shahih Muslim No.4233)
  • “Sesungguhnya perumpamaanku dan umatku adalah seperti seorang yang menyalakan api yang mengakibatkan binatang-binatang melata dan nyamuk terperangkap ke dalam api tersebut. Aku sudah berusaha memegang ikat pinggang kalian namun kalian malah menceburkan diri ke dalamnya." (Shahih Muslim No.4234)

Dalam hadist lain beliau bersabda:
  • “Adapun saya dengan kalian, perumpamaannya adalah bagaikan orang yang sedang menyalakan api. Lantas datanglah belalang dan kupu-kupu berjatuhan kedalam api, sementara orang itu berusaha mencegah. Saya berupaya menghadang kalian dari api itu, sementara kalian berusaha melepaskan diri dari saya!”
Demikianlah posisi MUHAMMAD dalam hubungan dengan orang-orang yang terbawa hawa nafsu jatuh kedalam bencana. Dalam situasi semacam itu, MUHAMMAD tidak bisa bertindak sebagai diktator atau tiran. Beliau bertindak sebagai seorang manusia yang merasa punya tanggung jawab manusiawi, dan mencegah mereka menempuh jalan kesesatan. Seperti orang sedang menghalau kupu-kupu agar terbang menjauh dari api. Alangkah murni jiwa pribadinya ketika belau bersabda: “... Sementara kalian berusaha melepaskan diri dari saya!”
Pada taraf terakhir,Rasulullah pun mengembalikan segala sesuatu pada rahmat Allah jua. Bukan pada amal perbuatan orang, sekalipun amalnya baik. Karena amal kebajikan kita, bagaimanapun besar dan banyaknya, takkan mungkin mampu mengimbangi satu nikmat pun dari sekian banyak nikmat Allah yang maha besar itu.
Dalam hal ini belau bersabda:

“Dekatkan dan tepatkan! Ketahuilah bahwa tidak seorang pun akan selamat karena amal perbuatannya semata”. Para sahabatnya bekata: “Engkau juga, ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Ya! Termasuk juga saya, kecuali Allah melindungi saya dengan rahmat dan kemurahan-Nya.”
Demikianlah pribadi MUHAMMAD. Beliau tidak lupa daratan dan ‘ujub (bangga dengan diri sendiri) dengan ibadat dan ta’at yang telah dipersembahkannya pada Allah Swt., walaupun ibadatnya itu bisa mengubah keseimbangan piring timbangan amal dan dosa. Karena beliau tahu bahwa nikmat itu semuanya datang dari Allah. Dan jika beliau telah mendapatkan tuntutan -dihapuskan dosanya yang telah lalu dan yang akan datang-, semua itu karena kemurahan Allah semata. Dalam hal ini beliau menyadari posisi beliau terhadap orang lain yang sedang membutuhkan hidayah. Beliau tidak memaksa atau meremehkan mereka. Akan tetapi beliau berupaya menyeru dengan penuh rasa kasih-sayang, mendoakan mereka dan menonjolkan segi baik yang ada pada mereka sekalipun sangat kecilnya. Kebaikan mereka itu selalu diingat-ingatkannya dan bertolak dari kebaikan mereka itu, jiwa mereka dibangkitkan...dan kepercayaan diri mereka di pupuk.
Perhatikanlah!

“Telah didatangkan menghadap Rasulullah Saw seorang yang sedang mabuk minuman keras. Para sahabat beliau melihatnya, mereka berkata: ”Allah akan mengutuk orang itu... Alangkah banyak minumnya.”

Rasulullah berteriak pada mereka:
“Jangan kalian mengutuk dia. Dia cinta pada Allah dan pada Rasul-Nya!”

Apa adakah manusia secerah itu, selain MUHAMMAD?

Beliau tidak menghancurkan martabat seorang manusia karena kelemahan yang ada orang itu. Malah beliau memperhatikan sisi-sisi baik yang ada pada orang itu, dan meneriakkan kebaikannya itu! Begitulah beliau. Meskipun beliau berkedudukan sebagai seorang Rasul, sebagai pembawa misi agama yang mengharmkan minuman keras dan yang menyatakan menenggak minuman keras itu merupakan salah satu dosa besar.. Beliau hormat terhadap seorang manusia yang sedang tergelincir dalam dosa minum-minuman keras, karena masih ada segi baik pada orang itu, yakni keutamaan cinta.
  • “Jangan kalian mengutuknya. Dia cinta pada Allah dan pada Rasul-Nya!”
Jelaslah sudah bahwa MUHAMMAD senantiasa memusatkan hidupnya pada cinta dan kebajikan, dan benci serta menghindarkan diri dari kenistaan. Ini dilakukannya, seperti telah kami uraikan di atas, semata-mata karena dorongan rahmatnya pada ummatnya baik terhadap orang perorang (individu), ataupun terhadap masyarakatnya.
  • Terhadap individu: Agar orang jangan sampai dikuasai dosa yag dilakukannya.Agar jangan sampai tejerumus ke dalam keresahan jiwa yang bakal merusak ketenangan hidupnya.
  • Terhadap masyarakat luas: Karena masyarakat yang anggota-anggotanya tidak mengindahkan hak-hak yang sudah ditetapkan syariat, dan tidak saling mengingatkan agar melakukan keutamaan dan kebajikan (amar nahi munkar), maka masyaakat itu akan hancur dan porak poranda dengan sendi rinya.
Hal ini dipahami benar oleh MUHAMMAD, dan diberikannya perumpamaan sebagai berikut:
“Perumpamaan orang-orang yang memelihara hudud-hudud Allah dan orang yang terperosok ke dalamnya, adalah seperti kaum yang sedang berada dalam sebuah kapal. Sebagian di bagian atas dan sebagian lagi di bagian bawah (lambung) kapal. Orang-orang yang di bagian bawah, kalau mau minum, harus melalui orang-orang yang berada di bagian atas. Lantas kata mereka: “Kalau kita lubangi dinding kapal bagian bawah, tentu kita tidak usah mengganggu orang-orang yang di atas kita.” Jika kenginan mereka itu di biarkan terlaksana, tentu celakalah semua mereka. Akan tetapi kalau keinginan mereka itu dicegah, maka selamat pula mereka itu.”
Kebijaksanaan MUHAMMAD dalam menangani para pembangkang merupakan kebijaksanaan rahmat dan rahmat selalu,menampilkan fikiran manusiawi yang jauh jangkauan serta tepat pula mengenai sasarannya. Sudah berapa banyak orang yang datang pada beliau mengakui telah melakukan kesalahan melanggar hudud (dosa yang dikenai sanksi) Allah, namun beliau berusaha mengelak pengakuan mereka, agar jangan sampai mereka terkena hukuman yang telah di tetapkan Allah,dengan harapan agar mereka mendapat limpahan rahmat Allah Swt, yang maha luas itu! Dan beliau pun senantiasa menjauhkan diri dari orang-orang yang kerjanya hanya meresahkan kesalahan orang lain dan yang mematahkan harapan orang untuk perbaikan.

Dalam hal ini beliau bersabda memberikan pengarahan: “Kalau kalian mendengar seseorang berkata: “Celaka orang itu,” Maka dia itulah yang paling celaka!”

Disinilah terlihat kualitas dari seorang manusia bijak, seorang bapak kemanusian tempat orang mengadukan diri. Di sini bersemayam hati yang besar. Besar luar biasa, tidak kejam, tidak pernah angkuh, tidak mau mebalas dendam dan tidak kenal putus asa.

Disini MUHAMMAD. Titik.

Semoga shalawat dan salam selalu di limpahkan-Nya bagi junjungan kita Rasulullah SAW beserta ahlul baitnya, para sahabatnya, para tabi’in, tabi’ut tabi’in serta seluruh umat Islam yang taat pada risalahnya hingga di akhir zaman.
Amin.


[Dari buku NABI MUHAMMAD JUGA MANUSIA karya: Khalid Muhammad Khalid]

CATATAN
Tulisan ini adalah bagian kesembilan dari duapuluhsatu tulisan lain berdasarkan pokok bahasannya masing-masing. Untuk memudahkan anda, artikel selanjutnya dapat diikuti melalui nomor urut di bawah ini, atau melalui lampiran DAFTAR ISI di sini.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Dari Author

Post a Comment

 
Top